BAB 36

2.4K 135 0
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.
.

PRANG...

Suara lemparan nampan terdengar keras diruang yang sangat minim penerangan. Tampak Serra menundukkan kepalanya menatap tajam Nathala yang tengah terduduk dilantai kotor dengan beberapa makanan berserakan disana. Tak lupa pula terlihat sebuah rantai yang menjerat kedua kakinya.

" makan! " bentaknya setelah melemparkan nampan berisi makanan kepada Nathala dan berjalan menjauh.

Nathala menatap nampan itu. Matanya berkaca - kaca kala ia mengalihkan tatapannya pada Serra yang mulai mejauh.

Ia menatap kembali kearah makanannya yang berserakan dilantai kotor. Sungguh melihat makanan itu membuat rasa lapar Nathala hilang seketika.

Air mata yang mulai berat seketika luruh membasahi kedua pipinya. Takut, itulah kata yang ada dibenaknya saat ini.

Ia takut jika saja Serra akan melukainya seperti menyayat kulitnya. Atau mungkin bisa saja jika tuan dari Serra datang dan-.

Brukk...

Nathala terkejut saat jendela yang hampir tak terlihat itu terbuka dan menampilkan seorang pria dengan hoodie hitamnya.

Nathala mencoba mempertajam penglihatannya. Namun, percuma ia hanya melihat pria itu berjalan mendekatinya.

Tak... Tak... Tak...

Ketukan suara sepatu terdengar samar ditelinga Nathala. Perasaan campur aduk antara takut dan mungkin senang tergambar jelas diwajahnya.

Nathala semakin mempertajam penglihatannya, mencoba berharap jika pria itu adalah Harlan. Namun harapan Nathala sirna kala pria itu berjongkok dan mengeluarkan jarum suntik disaku celananya.

HAP...

Air matanya semakin meluruh saat pria itu membekap mulutnya dan menyuntikkan jarum pada lengan kirinya.

Penglihatan Nathala perlahan kabur, kepalanya terasa sangat pusing. Sebelum Nathala benar - benar kehilangan kesadarannya ia dengan sengaja menatap mata pria itu dan bibirnya mengucapkan kata " Harlan... ".

Brukk...

Tepat seperti hitungan pria itu Nathala akhirnya tumbang didada bidang pria itu. Perlahan pria itu mengusap rambut Nathala mengelus wajah cantiknya dan mengecup seluruh wajah Nathala dengan sayang.

" kita pergi " ucapnya saat ia dengan mudahnya melepaskan rantai yang menjerat kedua kaki Nathala dan menggendong tubuh lemas Nathala.

Sebelum bener - benar pergi pria itu tampak mengeluarkan sebuah peledak. Tenang saja peledak itu hanya untuk terlihat ramai saja mana mungkin ia melepaskan musuhnya begitu saja, sungguh itu sangat tidak menyenangkan.

Dalam waktu kurang dari tiga menit pria ber hoodie itu keluar dari tempat itu dan saat itu pula suara ledakkan terdengar sangat keras.

Pria itu yang tak lain adalah Harlan tersenyum puas saat mendengar suara ledakan itu dan tampak puas saat melihat begitu banyak kobaran api yang menghanguskan bangunan itu.

You are mine !!  [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang