09. Naraya Gayatri

607 90 6
                                    


"Pak, ini rekap perjalanan dinas Pak Wira ke Surabaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pak, ini rekap perjalanan dinas Pak Wira ke Surabaya. Mohon ditanda tangani," ucap Agatha, sekretaris Dipta yang kini memberikan rekap perjalanan dinas milik Pak Wira, seorang kepala bagian keuangan yang ditugaskan untuk menghadiri beberapa acara di Surabaya, selama Dipta melangsungkan acara pernikahannya.

"Terus ini pengeluaran dana kas kecil bulan ini. Di tanggal ini sesuai dengan ketentuan, saya ingin meminta persetujuan untuk penambahan dana. Dan saldo yang tersisa sebesar ini." Agatha menyerahkan semua bukti pengeluaran dana kas kecil perusahaan pada Dipta. Dipta mengecek bukti-bukti tersebut dan menandatanginya.

"Undangan rapat sudah dibagikan?" tanya Dipta pada Agatha. Agatha mengangguk, "Sudah pak."

"Kalau gitu, saya permisi pak." Agatha keluar dari ruangan Dipta untuk ke bagian keuangan dan menyerahkan laporan dana kas pada bendahara.

Dipta berdiri dan berjalan menuju jendela. Siang ini tidak begitu panas. Namun angin bertiup kencang bukan main. Bahkan banyak ranting-ranting pohon yang rapuh beterbangan terbawa angin. Tak sekali dua kali beberapa pengendara motor terlihat oleng.

Aya memang sudah tidak jutek seperti sebelumnya. Tapi gadis itu kini banyak diam. Sedikit ada perasaan sesak pada benak Dipta ketika Aya hanya menanggapi singkat perkataannya.

Tok...tok...

Ceklek!

"Permisi pak, ada yang ingin bertemu dengan bapak." Agatha berdiri di belakang Dipta. Dan seorang perempuan dengan rambut blonde masuk ke ruangan Dipta.

"Dipta."

Agatha memilih keluar dari ruangan dan meninggalkan mereka berdua.

"Grace?"

*****

"Ke mana sih? Kalau udah pulang disuruh telpon. Giliran ditelpon nggak dijawab. Males banget deh!" dumal Aya malam ini pukul tujuh sambil berdiri di sebuah halte bus depan gedung Majesty Management.

Aya terus menghubungi Dipta. Tapi suaminya itu tidak kunjung menjawab teleponnya. Sedikit kesal, Aya menendang besi halte dan mengaduh kesakitan setelahnya.

"Sakit anjir!" dumel Aya. Memang kesabarannya setipis tisu dibelah dua.

Tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti di depan Aya. Aya sudah memasang wajah judes, tapi jatuhnya malah menggemaskan. Gadis itu membuka pintu mobil lalu masuk. Dan tak sampai di situ saja. Ia menutup pintunya dengan sangat brutal.

"Tadi katanya disuruh nelpon. Dari sebelum Maghrib sampai aku tinggal sholat sebentar nggak dateng-dateng. Ke mana sih kak?" omel Aya.

"Tadi ada kepentingan. Maaf ya aku agak telat."

Dipta mengendarai mobilnya membelah jalanan malam ini. Jalan Pandanaran cukup padat dan alhasil mereka terjebak macet.

Kanagara Ayadipta [Yerin - Younghoon] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang