30. Menemukan Aya

419 61 9
                                    

Malam ini semua keluarga berkumpul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini semua keluarga berkumpul. Orangtua dari pihak Dipta dan Aya duduk di ruang tamu rumah Dipta. Mereka merembuk agar Aya cepat ditemukan. Kondisi Dipta sudah sangat kacau.

Di tengah-tengah mereka. Tak ada Dikta. Lelaki itu bilang ada dinas mendadak dan Ayah memahaminya. Dikta memang sudah mengambil alih perusahaan pusat hampir secara utuh.

Tama juga hadir di antara mereka. Lelaki itu benar-benar mengamati gerak-gerik semuanya. Siapa tahu di antara mereka ada yang membantu Dikta. Nyatanya, tidak ada yang Tama temukan selain kekhawatiran pada raut wajah mereka. Ia juga masih ragu apakah benar Dikta dalang dibalik penculikan Aya.

Menurutnya, sangat tidak mungkin. Tapi, ketika mendengar cerita Dipta. Tama berpikir itu bisa saja. Kita tidak pernah tahu bagaimana diri seseorang. Tama mengenal Dikta begitu pula dengan Dipta. Mereka sering bersama sejak kecil.

Sedari kecil, Dikta bukanlah lelaki yang pendendam. Ia cenderung diam ketika sedang bermain bersama. Berbeda dengan Dipta yang lebih suka bercanda dan banyak bicara. Lantas pantaskah Tama menaruh curiga pada saudara sepupunya sendiri?

"Apa kita tanya Sonia?" tanya Ibu pada Ayah.

"Aku udah hubungi Sonia dan bahkan waktu datang ke rumahnya. Dia nggak bisa dihubungi dan terakhir kata satpam dia pergi," balas Dipta. Kantung mata pria itu mulai terlihat. Mata lelahnya benar-benar merepresentasikan perasaan di dalam hatinya.

Sudah beberapa hari ini Kadipta tidak bisa tidur nyenyak. Makan pun tidak tertelan. Di pikirannya hanya ada Aya. Aya menginvasi seluruh ruang pikir dan ruang geraknya. Ia tak akan pernah merasa tenang sampai Aya berhasil ia temukan.

Aliya menggenggam tangan Mama yang terus menunduk sedih. Sementara Papa tidak berbicara sepatah kata pun. Pria paruh baya itu merasa ada yang janggal dan ia tidak yakin apa yang ada di pikirannya benar. Alhasil, untuk meredam emosi, Papa memilih untuk diam.

*****

Malam ini, Sonia mengendap ketika mendengar dua bodyguard yang menjaganya berbicara sesuatu. Wanita itu sudah menyiapkan obat yang akan membuat kedua lelaki itu tidak sadarkan diri. Untung saja Sonia pernah gila. Alhasil kegilaannya menjadi berguna hari ini.

"Pak Dikta bakal ke Canada besok."

"Dia ada di Surabaya. Villa Sunset."

Sonia mendengar dan merekam semuanya pada memori otaknya.
"Surabaya, Villa Sunset."

Wanita itu melangkahkan kakinya dari balik tembok garasi rumahnya. Sampai tangannya ia ulurkan dan ia membekap kedua hidung dan mulut bodyguard itu. Tak selang beberapa detik, mereka berdua tak sadarkan diri.

Kanagara Ayadipta [Yerin - Younghoon] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang