Kanagara Ayadipta [Yerin - Younghoon] ✓

12. Pilihan

Desember sudah berlalu dan hari ini adalah acara gender reveal kehamilan Sonia tepat dengan kehamilannya yang berumur 5 bulan. Aya dan Dipta pun datang jauh-jauh dari Semarang ke Jogja. Tapi sebelum acara nanti malam, Aya pulang ke rumah dan menggendol Mamanya terus karena kangen.

Sementara Papa sedang berbincang pada suaminya sambil makan mendoan buatan Aliya di teras.

Ibu sempat pangling dengan Aya dengan rambut blondenya. Satu Minggu yang lalu ia sudah mengerjakan pemotretan dengan rambut ini. Dan hasilnya begitu cantik. Aya terlihat seperti Disney princess dengan rambut blonde.

Saat tau istrinya mengubah warna rambut, Dipta sampai tidak berkedip.

"Gimana? Udah?" tanya Mama sambil mengelus perut Aya. Aya menarik napas dalam dan menahan kekesalannya. Mama kenapa sangat memburu dirinya sih? Dia kan belum mau memiliki anak.

"Belum."

"Yaudah nggak apa-apa," balas Mama.

Ada sedikit perilaku Mama yang Aya tidak suka. Walaupun Mama sangat menyayanginya, terkadang Mama terlalu menuntut Aya untuk ini itu. Maka dari itu Aya jarang mengutarakan isi hatinya pada Mama. Bahkan Mama tau jika Aya punya pengalaman buruk waktu SMA pun saat Aya berkuliah semester empat. Aya benar-benar memendam semuanya sendiri.

Dan pada akhirnya saat itu ia mengutarakan semua isi hatinya dengan begitu sakit di hadapan sang Mama, karena Mama mendesak Aya untuk berkata yang sejujurnya kenapa Aya sering menangis.

Selain impiannya yang gagal untuk masuk ke STAN ia juga banyak melewati hari yang buruk. Aya sering dibandingkan oleh saudaranya sendiri oleh budhe atau buleknya. Bahkan dengan Aliya pun. Tapi Aya selalu membuktikan ia bisa menjadi pribadi yang lebih baik.

"Mbak Aya tuh pengen pacaran dulu sama kak Dipta, Ma. Makannya dia belum hamil. Pacaran habis menikah kan lebih enak," sela Aliya yang mendengar perbincangan mereka karena ia masih membuat bakwan jagung.

Berbeda dengan Aya. Aliya sangat mahir dalam hal memasak. Dia pernah ikut junior master chef saat SD kelas 6 dan masuk sepuluh besar.

"Iya, Mama tau kok. Nggak apa-apa, puas-puasin dulu aja. Yowes, Mama mau keluar dulu ya, nduk." Mama meninggalkan Aya dan Aliya.

Aya menatap Aliya dan ia memilih untuk duduk di kursi meja makan.

"Ucapan Mama nggak usah terlalu dimasukin hati ya, Mbak. Santai aja lah. Lagian kan Mbak Aya baru nikah."

"Iya."

"Di Semarang gimana mbak? Seru?"

"Nggak begitu. Tapi oke lah. Cuma masih ada rasa kangen rumah sama kamar lama," balas Aya.

"Iya. Tapi nanti kalau udah bertahun-tahun di sana bakal betah banget sih Mbak menurutku. Buktinya Mama yang dari Jakarta pindah ke sini aja udah males balik ke sana. Udah terlalu cinta sama Jogja. Katanya, Jogja ngangenin," jelas Aliya.