41. Tidak Perlu Meminta Maaf

333 45 8
                                    

“Ngomong-ngomong kapan sidang perceraiannya?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ngomong-ngomong kapan sidang perceraiannya?”

Tangan Aya yang tengah mengaduk teh terhenti tatkala Anjani berceletuk tepat di belakangnya.

“Kenapa? Kamu mau datang?” tanya Aya mencoba mengatur emosinya setenang mungkin.

“Enggak sih, cuma aku nggak sabar aja jadi milik Dipta satu-satunya. Oh iya, mau susu dong. Enak pagi-pagi minum susu.” Anjani menarik kursi dan duduk di sana. Ia memandangi punggung Aya sambil memakan anggur yang tersedia.

“Aku sibuk. Buat sendiri aja, atau nanti minta Bu Tri buatkan kalau udah datang.”

“Tunggu!” tangan Anjani menahan tangan Aya. “Itu teh buat siapa?”

“Yang pasti bukan buat kamu.”

“Buat Dipta?”

Aya membalikkan badannya. “Buat diriku sendiri. Supaya pagiku nggak terlalu pahit banget karena kehadiran wajah seseorang.”

Anjani melepas pegangannya. Ia mengeraskan rahang dan mengatur napasnya supaya tidak emosi mendengar ucapan Aya barusan. Aya keluar dari dapur dan meminum tehnya beberapa teguk di kursi ruang tamu.

Tak kunjung lama Bu Tri datang dan menanyakan sesuatu. “Ibu beli sepatu baru ya?”

“Engga, itu bukan sepatu aku.”

“Ada tamu ya?” tanya Bu Tri sekali lagi.

“Iya, tolong diperlakukan baik ya, Bu tamunya,” minta Aya.

“Baik, Bu. Omong-omong, Bapak sudah berangkat?”

“Udah mungkin. Coba tanya sama tamu yang ada di dapur. Oh iya, aku titip cangkir ini. Mau cepet berangkat takut telat.”

Bu Tri menerima cangkir Teh milik Aya. Wanita itu beranjak, lalu keluar rumah setelah sebuah mobil berhenti di depan rumahnya. Aya meminta Lingga untuk menjemputnya. Ia sudah tidak peduli dengan anggapan tetangga jika ada yang melihat. Toh, cepat atau lambat Aya juga akan berpisah dengan Dipta.

Mau nanti Aya atau Dipta yang dikira berselingkuh duluan, Aya tidak peduli dengan hal itu.

Ia meminta Lingga untuk menjemputnya karena searah juga dan tidak perlu mengeluarkan uang. Aya harus hemat, supaya cepat kaya.

Aya sudah masuk ke dalam mobil Lingga. Wanita itu duduk di bangku tengah mobil lelaki itu.

“Jadwal pukul sembilan. Lokasi di Villa Garden Green. Mau langsung ke sana?” tanya Lingga.

“Langsung aja. Yang lain juga udah pada ke sana?” tanya Aya.

“Udah, Jeana sama Mona juga udah ke sana kayaknya. Stylish, Harsya juga udah.”

“Berarti kurang aku? Kamu nggak bilang.”

Lingga terkekeh. “Mereka yang terlalu buru-buru. Katanya pemandangan matahari terbit di sana bagus banget karena pegunungan.”

Kanagara Ayadipta [Yerin - Younghoon] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang