33. Permintaan Gila

540 58 3
                                    

Maaf kalau ada typo, aku belum sempat revisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf kalau ada typo, aku belum sempat revisi..

***

Pemakaman Dikta dan Sonia sudah selesai dilakukan. Ibu dan Ayah masih sangat berduka sampai belum menyadari kehadiran Aya di samping anak keduanya.

Papa dan Mama Aya juga menghadiri pemakaman tersebut. Namun, sedari tadi Aya tak mau menatap Mamanya dan terus memegang erat-erat tangan Dipta. Seakan ia tak mau terlepas bahkan tak mau jauh dari suaminya.

“Ayo kita pulang,” ajak Ayah pada Ibu sembari memegang kedua bahu istrinya. Ibu berbalik dan melihat Aya. Wanita itu menghampiri Aya dan memeluknya dengan senang. “Ini beneran kamu?”

“Iya Ibu.”

“Kamu ke mana aja? Kita semua cari kamu.”

Aya tidak menjawab dan hanya bisa menangis dalam pelukan Ibu. Sesekali ia melirik Mama. Tak ada ekspresi yang mencurigakan dari Mama. Jujur saja Aya takut melihat wanita itu. Ada sorot mata yang berbeda. Tidak sehangat sorot mata Mama yang dulu.

“Ibu kangen kamu, Aya.” Tangis Ibu semakin pecah.

“Siapa yang bawa kamu pergi, nak? Bilang sama Ibu,” suruh Ibu. Wanita itu melepas pelukan dan memegang kedua tangan menantunya. Aya tidak bisa menjawab. Tak mungkin ia menjawab Dikta dengan suasana masih berkabung seperti ini.

Dipta mendekat dan memenangkan mereka berdua. Ia juga mengatakan, lebih baik pulang saja terlebih dahulu.

Ayah dan Ibu pulang ke rumah. Ya, Dikta dan Sonia dimakamkan di Jogja. Dan kuburan mereka juga tidak berjauhan. Sebab anak mereka yang sudah meninggal juga dimakamkan di sana.

Sementara itu, Dipta mengajak Aya untuk pergi ke rumah Papa dan Mama. Di sepanjang perjalanan, Aya terus diam. Satu mobil dengan Mama membuatnya sedikit takut. Apalagi wanita itu duduk di sebelahnya.

Mama memegang tangan Aya dengan senyuman. Hal itu membuat Aya menarik tangannya kembali. Tatapan Mana terlihat sangat mengerikan kali ini.

Sampai di rumah. Mereka masuk ke dalam. Aliya langsung berhambur ke pelukan Kakak perempuannya dan menangis. “Kak, ke mana aja?” tanya Aliya.

Aya memeluk Aliya erat seakan ingin melindunginya. Aliya, tidak boleh mengalami hal yang sama seperti apa yang ia alami.

Papa mengelus kepala kedua putrinya. Kemudian mereka berbincang dengan duka yang masih terasa. Hingga Aya memilih untuk masuk ke kamarnya karena tak nyaman melihat tatapan Mama yang terus menatapnya dan tersenyum aneh.

Melihat istrinya pergi. Dipta memilih untuk mengikuti langkah sang istri. Pria itu menutup pintu dan duduk di sebelah Aya. Raut wajah Aya menunjukkan seperti ada yang disembunyikan. Sejak awal pemakaman sampai saat ini, wanita itu terlihat gusar.

“Ada apa, hm? Kamu masih khawatir?”

Aya menggeleng.

“Kamu udah aman.”

Kanagara Ayadipta [Yerin - Younghoon] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang