29. Dugaan

421 68 9
                                    

Udah lama bgt ga update ini😭🙏

Aku emg lg fokus ke Regal Rena sm The Rain In November karena itu event 30 hari. Dan rencana mau selesaiin The Rain In November dulu baru update Ayadipta.

Tp tiba2 dapet ide, jd enjoy ya happy reading all...

Makasih bagi yg masih menunggu cerita ini❤️

"Kenapa bisa?" mata Aya menatap setajam silet ke arah Dikta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kenapa bisa?" mata Aya menatap setajam silet ke arah Dikta. Mamanya, yang tak pernah ia duga muncul di hadapannya.

"Kenapa bisa bangsat?!" teriak Aya sambil menendang tubuh Dikta namun lelaki itu berhasil menghindar sebelum kena.

"Tenang. Kita bisa bicara baik-baik."

Aya menunjuk ke arah pintu. "Mama aku. Itu Mama aku kan? Kenapa bisa Mama aku- kamu?" Aya menggeleng dan mencoba melepas ikatan di kedua tangannya.

"Bajingan kamu Pradikta! Kenapa Mama aku bisa ada di sini ha?!"
tanyanya begitu lantang dengan air mata berderai. Dadanya sangat sakit sampai rasanya tak mampu untuk mencerna semuanya. Mamanya ada di hadapan dirinya, bahkan sangat menerima Dikta. Mengapa dan Bagaimana bisa itu terjadi?

"Tenang, Aya. Bukankah baik jika Mama kamu menyetujui hubungan kita?" tanya Dikta sambil mendekat ke arah Aya. Ia mengeluarkan sebuah belati. Tentu saja hal itu membuat Aya ketakutan.

Dikta memutus satu tali menggunakan belati itu. "Untuk satu tali yang lain bisa kamu lepas sendiri. Aku pergi dulu. Tenangin diri kamu. Aku bakal kembali lagi setelah menyelesaikan urusan penting," ucap Dikta.

Aya segera melepas ikatan dan berlari ke arah pintu. Terlambat, Dikta sudah menutup dan menguncinya. Wanita itu memukul pintu begitu keras sambil berteriak memanggil nama Dikta hingga suaranya semakin lama semakin menghilang. Tubuhnya terjatuh dan ia menangis begitu hebatnya.

"Mama..." lirihnya disela-sela isak tangis. Sesuatu hal yang tak pernah ia duga. Bagaimana bisa Mamanya bersama dengan Dikta mengurung dirinya di sebuah kamar yang entah di mana lokasi ini berada. Dan kenapa harus Mama? Kenapa harus Mama yang paling ia sayangi?

***

"Lima puluh juta karena kamu sudah tutup mulut." Sebuah tas berisi uang lima puluh juta telah lelaki itu terima. Ia tersenyum begitu lebar pada Dikta. Diakhiri dengan jabatan tangan dan pelukan singkat keduanya.

"Kamu bisa pergi dari sini."

"Terima kasih. Kapan bapak bakal ke Canada?" tanyanya.

"Mungkin dalam waktu dekat setelah memastikan jejak dan bukti apapun sudah ditiadakan. Termasuk mayatnya," jawab Dikta dan mendapat anggukan dari lelaki itu.

"Baik, saya permisi."

"Ya."

Dikta berjalan menuju jendela di salah satu ruangan yang ada di Villa itu. Ia tersenyum sambil memikirkan bahwa ia akan bahagia bersama Aya di Canada tanpa ada halangan apapun. Termasuk Dipta.

"Kamu yakin akan membawanya ke Canada?" pertanyaan wanita yang diketahui adalah Mamanya Aya membuat Dikta berbalik. Ia mengangguk dan memasukkan kedua tangan di kantung celana.

"Saya sangat menyayanginya. Saya ingin memilikinya secara utuh," balas Dikta. Ia kini berjalan menuju sebuah laci dan mengeluarkan sebuah uang dari dalam. Uang berjumlah tiga puluh juta di dalam amplop wanita itu terima.

"Terima kasih atas kerja samanya," ucap Dikta.

"Saya juga berterima kasih atas kerja samanya. Kita impas," balas wanita itu dan setelahnya ia tertawa.

"Apa yang harus dilakukan setelah ini?" tanya wanita itu.

"Kamu ibunya, jadi terserah ingin mengapakan anak kamu selagi tidak membahayakan nyawanya. Tapi, jika kamu membahayakan nyawa dia, tidak segan-segan saya mempertaruhkan nyawamu demi dia," ucap Dikta. Wanita itu mengangguk.

"Saya permisi. Sepertinya tidak baik jika saya terus berlama-lama di sini. Saya harus pergi ke Jogja secepatnya," ucap wanita paruh baya itu.

"Ya, lakukan saja," balas Dikta.

***

"Apa udah ada kabar?" pertanyaan Tama membuat tubuh Dipta semakin lemas.

Dipta menggeleng dan duduk di sofa ruang tamunya. Ayah dan Ibu juga terus memantau. Namun, tak kunjung ditemukan keberadaan Aya di lokasi terakhir.

"Dikta."

Tama menoleh ketika Dipta berkata seperti itu. "Kenapa?"

"Dia pasti yang ada dibalik semua ini."

"Kita nggak bisa langsung menyimpulkan. Dia juga lagi ada dinas yang mendadak, pasti dia juga sibuk."

"Justru itu!" sela Dipta.

"Dia pakai alasan itu untuk rencanain ini semua. Kita harus cari dia," ucap Dipta yang mendapat tatapan serius dari Tama.

"Nggak mungkin. Dia kakak lo sendiri," balas Tama yang masih tidak percaya apa yang dikatakan Dipta.

"Maka dari itu, gue lebih tau gimana dia. Dia mantan Aya, dia pernah culik Aya. Ya! Waktu itu dia bawa Aya dan dia lepas lagi. Aya bilang sendiri ke gue."

"Tapi gimana kalau Aya bohong?"

Dipta berdiri dan menatap Tama. "Istri gue nggak bohong tentang itu. Gue tau, karena gue suaminya," tekannya membuat Tama mengangguk.

"Kalau memang dari orang terdekat. Berarti kita harus jauh lebih waspada. Dan jangan gegabah," tutur Tama dan dapat anggukan dari Dipta.

"Dipta, jangan lupa makan. Jangan siksa diri lo sendiri. Aya bakal baik-baik aja. Gue yakin kalau Kak Dikta pelakunya, dia nggak bakal lukai Aya," jelas Tama.

"Tapi dia bisa ngelakuin apa aja. Gue nggak ngerti kenapa dia bisa gitu? Kakak kandung gue sendiri, Tam." Dipta duduk dan mengusap wajahnya. Bagaimana jika Ayah dan Ibu tahu bahwa Dikta yang selama ini mereka kenal bukanlah Dikta yang mereka kira? Mereka pasti akan sangat hancur dan kecewa.

"Semua bakal baik-baik aja. Lo, ataupun Dikta. Begitu juga dengan Aya." Tama mencoba menenangkan Dipta yang terus saja dihantui rasa bersalah.

Maaf pendek dulu, Insyaallah aku bakal update lg klo udh 40 votes

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Maaf pendek dulu, Insyaallah aku bakal update lg klo udh 40 votes

- Day

Kanagara Ayadipta [Yerin - Younghoon] ✓Where stories live. Discover now