02

3.3K 345 1
                                    

Di tengah keramaian kota, seorang gadis berusia belasan tahun berjalan sendirian. Sosoknya yang memikat menarik perhatian banyak orang, tapi di sisi lain, aura mencekam yang mengelilinginya mencegah mereka semua untuk mendekatinya.

"Gedung, mobil, lampu. Setelah 15.000 tahun lebih, ternyata semuanya telah banyak berubah," gumamnya pelan.

Kedua kaki tanpa alas kaki itu terus menapak di atas tanah, pakaiannya yang terlihat seperti pakaian kuno jelas membuatnya menonjol di antara kerumunan orang.

Tiba-tiba saja suara guntur menggelegar di atas langit, bersamaan dengan hujan deras yang turun membasahi bumi.

Kedua mata gadis itu sedikit berkontraksi ketika dia melihat bayangan yang kurang jelas di benaknya.

Tanpa memperhatikan orang-orang disekitarnya, dia berlari membelah kerumunan. Kendaraan yang berlalu lalang terpaksa harus mengerem karena gadis itu menyeberangi jalan begitu saja tanpa melihat puluhan kendaraan yang melaju cepat di sana.

Dia berlari di tengah derasnya hujan. Langkah kakinya memecah keheningan di tengah malam.

Gadis itu berlari selama setengah jam tanpa merasa letih, sampai akhirnya dia sampai di sisi jurang. Di dalam jurang itu, terdapat seorang gadis yang persis seperti dirinya terkulai lemas dengan bahu yang tertusuk baja dan kedua mata yang tertutup serpihan kaca.

"Hujan, berhenti."

Seketika hujan deras itu berhenti, yang tersisa hanyalah gemuruh guntur yang memekakkan langit.

Dia melompat ke dalam jurang begitu saja.

Begitu kedua kakinya menapaki tanah, dia berjalan mendekat ke arah gadis yang rupanya hampir menyerupai dirinya. Kecuali fakta bahwa tubuh gadis itu lebih kecil dan rengkuh daripada miliknya.

"Air, bersihkan dia. Cahaya, munculkan dirimu."

Tiba-tiba genangan air keluar dari dalam tanah, membasuh tubuh gadis itu perlahan. Di saat yang sama, cahaya muncul menyinari mereka berdua. Membuat gadis itu dapat melihat dengan jelas gadis lain yang ada di depannya.

Gadis yang terkulai lemah itu ingin membuka kedua matanya, tapi sakit yang teramat membuatnya hanya bisa menangis tanpa suara.

"Tenang, kau adalah kembaran jiwaku, dan sudah seharusnya aku membuatmu hidup kembali."

Dia melepaskan kalung kristal merah yang ada di lehernya dan mengaitkannya ke leher gadis yang terkulai lemas itu.

"Burung Agung, ratu dari semua binatang, Phoenix. Aku memerintahkan mu untuk membuatnya hidup kembali dengan kehendakmu..."

Seketika kristal merah yang terkait di kalung itu mengeluarkan cahaya merah. Kedua gadis yang tampak identik itu diselimuti cahaya, kegelapan malam di dalam jurang langsung hilang.

Di ruangan dimensi yang berlatarkan putih tanpa akhir, dua sosok gadis yang tampak identik saling berhadapan. Sedangkan di sisi lain, seorang wanita berjubah merah menyala berdiri di antara mereka.

Wanita itu tak berani mengangkat kepalanya saat melihat siapa yang muncul di ruang dimensinya, karena salah satu di antara gadis itu adalah seorang Dewi Alam. Sosok yang memerintahkan seluruh alam dengan kehendaknya.

"Dimana aku? Apa sekarang aku ada di akhirat?" gumam gadis lain yang tampak kebingungan. Dia menelusuri ruang disekitarnya, tapi yang dia lihat hanyalah genangan air dan langit berwarna putih tanpa akhir.

Gadis itu menolehkan kepalanya melihat gadis lain yang tampak seperti dirinya. Saat itu dia terkejut, tapi keterkejutan itu tidak berlangsung lama karena dia berpikir bahwa semua hal yang tidak masuk akal ini terjadi karena dia telah mati.

Pewaris Sekte Kuno: Jiwa Sang DewiWhere stories live. Discover now