05

2.1K 252 1
                                    

Saat itu Meng Fei dan Meng Qi tengah menikmati makan malam mereka sambil menghangatkan beberapa hidangan pemberian tetangga-tetangganya. Tapi sayangnya kegiatan makan malam mereka harus terganggu karena seseorang yang tiba-tiba saja datang membuka pintu rumah dengan paksa.

"Meng Qi! Dimana kau?!" teriak Meng Zhao, kakak kedua Meng Qi.

"Meng Zhao, berhenti membuat kegaduhan!" balas Meng Qi kesal. Dia sudah menebak alasan kenapa Meng Zhao mendatangi rumahnya, untuk meminta uang kepadanya.

"Meng Qi, berikan aku semua uangmu. Cepat!"

"Aku sudah tidak lagi memiliki uang, bahkan aku masih berhutang kepada kakak pertama. Tidak ada lagi uang yang bisa aku berikan kepadamu," balas Meng Qi dengan tegas.

Meng Zhao melotot marah saat Meng Qi berkata demikian, "itu urusanmu! Aku kakakmu, dan kau harus mendengar ku. Berikan aku 5.000 yuan, maka aku tak akan datang lagi ke sini dan menyusahkanmu, aku berjanji ini adalah yang terakhir."

"Setiap kali kau datang ke sini, kau selalu berkata seperti itu. Sudah tak terhitung berapa puluh ribu yuan yang aku habiskan untuk memuaskan hasrat judi mu itu. Aku tidak punya saudara tidak tahu malu sepertimu! Pergi kau sekarang dari sini, atau aku akan memanggil polisi untuk mengusir mu!"

'—plak!'

Meng Fei terperanjat ketika dia melihat ibunya ditampar oleh paman keduanya. Dia tidak terima ibunya diperlakukan dengan kasar, dia berdiri dan berkata, "paman, apa yang kau lakukan?!"

Dia berjalan mendekat ke arah Meng Qi untuk melihat kondisinya, "ibu, kau tidak apa-apa?"

Tamparan yang diberikan Meng Zhao kepada ibunya berhasil menyulut emosi Meng Fei. Yang dia miliki sekarang hanyalah ibunya, satu-satunya orang yang mendengar keluh kesahnya dan mengurusnya.

"Ibu tidak apa-apa, Feifei, kau pergilah ke kamar. Ibu akan berbicara dengan pamanmu sebentar..." Meng Qi tidak ingin Meng Fei melihat perkelahian mereka.

Mendengar itu, Meng Fei menggelengkan kepalanya, "tidak bu, aku akan di sini bersamamu. Dia bukan lagi pamanku setelah melakukan itu pada ibu!"

"Sungguh mengharukan, seorang anak yang melindungi ibunya. Aku yakin orang-orang akan tertarik dengan pemandangan yang aku lihat ini. Tapi meski begitu, ibumu harus memberiku uang, atau rumah ini akan aku hancurkan," ancam Meng Zhao. Meng Qi mengepalkan kedua tangannya erat, dia benci keluarganya, dia benci mereka semua.

Dengan uluran tangan Meng Fei, Meng Qi berdiri lagi dengan kepala terangkat menatap kedua mata kakak keduanya, "Meng Zhao, aku malu punya saudara sepertimu. Tidak... Aku malu memiliki keluarga seperti kalian semua, merendahkanku hanya karena aku seorang perempuan. Dan diantara semua orang yang aku benci, kau adalah orangnya. Meski kau saudaraku, kau selalu menyusahkanku, memaksaku dan bahkan mengancamku. Apa kau tahu sudah berapa kali rumah kami direnovasi karena orang-orang yang mencari mu itu? Apa kau tahu seberapa sulit bagiku untuk mengumpulkan semua uang itu dan kau dengan mudahnya meminta kepadaku?! Bukankah ibu mengatakan kalau seorang anak lelaki lebih menjanjikan? Mana buktinya?! Yang bisa kau lakukan hanyalah berjudi dan berjudi! Mulai sekarang, hubungan persaudaraan kita akan berakhir di sini!"

Meng Fei hanya bisa mengusap punggung tangan ibunya berusaha menenangkannya. Sebagai anak satu-satunya, dia tahu apa yang ibunya alami selama ini.

Keluarga Meng bukanlah keluarga kaya atau keluarga kelas atas, itu hanya keluarga biasa yang memprioritaskan anak lelaki daripada perempuan. Karena itu juga Meng Qi yang merupakan satu-satunya anak perempuan di keluarga Meng, harus menerima perlakuan tidak adil dari kedua orang tuanya sejak kecil.

Diskriminasi yang Meng Qi terima selama hidupnya membuatnya enggan untuk bergantung kepada keluarganya. Dia berusaha untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dengan anaknya, tapi selalu saja keluarganya mengacaukan nya seolah-olah mereka tidak mau melihatnya bahagia.

Pewaris Sekte Kuno: Jiwa Sang DewiWhere stories live. Discover now