11

1.5K 220 0
                                    

"Feifei, selama itu bukan hal yang buruk atau membahayakan nyawamu. Aku tidak keberatan. Adapun dengan semua uang yang kalau dapatkan, itu milikmu jadi kau bebas menggunakannya. Dan ingat untuk tidak sombong ataupun tinggi hati..." ucap Meng Qi sambil menggenggam tangan gadisnya.

"Ibu tidak perlu khawatir tentang itu. Ibu hanya perlu percaya padaku. Mulai sekarang, kehidupan kita akan menjadi lebih baik daripada sebelumnya, dan tentunya baik itu di masa lalu atau masa depan, selama aku bersama ibu, aku akan selalu bahagia." Dia kemudian memberikan salah satu kartu rekeningnya kepada ibunya, "ibu, gunakan uang di dalamnya untuk melunasi hutang-hutang kita. Dan juga besok kita akan pindah ke rumah baru."

Sepasang alis Meng Qi terangkat, "rumah? Kau membeli rumah baru? Kapan?"

"Tadi siang, aku melihat-lihat rumah di Distrik Pusat dan akhirnya aku membelinya."

Meng Qi ingin mengatakan sesuatu, tapi dia urungkan. Dia juga tidak berniat menghentikan anaknya untuk membeli sesuatu yang disukainya, selama itu tidak berlebihan. Kondisi ekonominya kini membaik, lebih baik daripada sebelumnya. Dia bersyukur Meng Fei bisa membeli pakaian baru, karena dia sendiri sebagai ibunya jarang membelikannya pakaian baru.

"Kalau begitu ibu akan masak besar hari ini sebagai tanda perpisahan."

"Baik, bu! Aku akan membantumu, aku juga akan memanggil Qiu Ning!"

Ketika malam tiba, makan malam besar-besaran di adakan di rumah Meng Qi. Dia juga mengumumkan kalau besok mereka akan pindah ke rumah baru. Mendengar itu, semua orang di sana bersyukur, selama ini mereka selalu melihat Meng Qi yang bekerja keras tanpa lelah demi menghidupi anak semata wayangnya. Mengetahui dia telah membeli rumah baru itu artinya kondisi keuangannya sedikit lebih baik.

Meng Fei membiarkan Qiu Ning bermain di dalam kamarnya semalaman. Begitu dia melihat ponsel baru serta laptop keluaran terbaru ada di kamarnya, Qiu Ning mau tidak mau terkejut. Setahunya kedua barang itu harganya sangat mahal.

Tapi dia tidak bertanya lebih lanjut, dia hanya memutar film komedi dan menontonnya bersama Meng Fei di dalam kamar ditemani dengan cemilan.

Keesokan harinya, Meng Qi dan Meng Fei mengemas beberapa barang dan pakaian yang masih bagus. Sedangkan untuk yang lainnya yang sudah tua, mereka meninggalkannya.

Hari itu Meng Qi menjadi lebih cantik daripada biasanya, dia mengenakan setelan yang kemarin Meng Fei belikan untuknya. Usianya yang masih di pertengahan 30 tahunan masih memancarkan kecantikan muda yang membuat banyak pria menolehkan kepala nya ke arahnya.

Begitu taksi yang mereka naiki memasuki kawasan Lumeng Luxury, mau tidak mau Meng Qi menatap anaknya penuh tanda tanya. Dia tahu Lumeng Luxury, komplek perumahan termewah di kota B yang ada di Distrik pusat.

Rumah paling biasa saja harganya mencapai 300.000 yuan, itupun dengan skala ukuran paling kecil, 80 meter persegi. Meskipun dia tahu anaknya memegang banyak uang, sangat banyak uang, tetap saja Meng Qi belum terbiasa dengan perubahan gaya hidupnya yang terlalu drastis.

Dulu dia hanyalah seorang ibu yang bekerja keras mencari receh untuk makan anaknya di rumah, sekarang dia menjadi nyonya besar dengan kekayaan yang luar biasa banyaknya. Dia berpikir kalau semua ini mungkin saja hanya mimpi, tapi nyatanya tidak.

Ketika penumpangnya masih belum meminta berhenti, supir taksi terus melaju semakin dalam sampai akhirnya Meng Fei memintanya berhenti di depan sebuah rumah mewah dengan pagar setinggi tiga meter di barisan terdepan.

"Terimakasih banyak pak..." ucapnya sambil menyerahkan uang kepada supir taksi itu. Kemudian taksi itu berbalik meninggalkan Meng Qi dan Meng Fei di depan rumah mewah itu.

Pewaris Sekte Kuno: Jiwa Sang DewiWhere stories live. Discover now