30

1.3K 179 0
                                    

Bai Lintian berusaha untuk melepaskan dirinya dari kekangan ranting-ranting itu, tapi naas, dia sama sekali tidak bisa melepaskannya dan itu sedikit mengejutkannya. Hanya kakek tua itu yang bisa menahannya sedemikian rupa.

"Oke, oke... Lepaskan aku maka aku akan pergi dari sini," ujar Bai Lintian pasrah. Meski dia tidak tahu siapa gadis di depannya ini, dia merasakan bahaya yang mengancam nyawa darinya. Baginya yang lebih mementingkan dirinya sendiri, dia jelas memilih untuk pergi dari hadapan Meng Fei.

Meng Fei menurunkan tatapannya dan ranting-ranting serta tanah kembali ke posisinya semula. Bai Lintian menstabilkan napasnya yang tadi sempat tertahan, "aku tidak tahu siapa kau, tapi kekuatanmu setara dengan Kepala Akademi. Jika kakek tua itu tahu ada orang lain yang menandingi kekuatannya, dia pasti akan terkejut."

Usai mengatakan itu, Bai Lintian melemparkan secarik kertas dengan tulisan di atasnya. Kemudian dia pergi secepat kilat dari hadapan Meng Fei. Begitu saja.

Meng Fei mengambil kertas itu dan membaca tulisan yang tertera, "Akademi Sihir Jianlong?" Kertas yang dia pegang adalah alamat lengkap dimana Akademi itu berada. Dia menyimpannya, karena dia juga ingin tahu mengapa ada orang lain dengan kemampuan spiritual di dunia ini selain dirinya.

Bai Lintian yang sudah pergi dari kawasan Lumeng Luxury, mendapati tiga pria dewasa mengikutinya dari belakang. "Kakek tua itu benar-benar jeli..." gumamnya kesal.

Dia tanpa ragu berhenti dan mengangkat kedua tangannya, "baiklah, aku menyerah."

Ketiga pria itu langsung membawanya ke pusat kota B, dimana gedung berlantai 50 ada di sana. Setelah berlari secepat bayangan selama beberapa menit, akhirnya mereka sampai ditempat tujuan. Ketiga pria itu menyeret Bai Lintian untuk memasuki ruangan di lantai paling atas.

Di balik kursi yang menghadap ke keramaian kota dan gemerlap lampu malam, seorang pria tua duduk memasang wajah datar. Pria tua itu memutar kursinya, menghadap ke arah pria remaja yang diseret oleh ketiga bawahannya.

"Tuan, kami sudah membawanya..." ujar salah satu dari ketiga pria itu.

"Baiklah, kalian bisa pergi sekarang..." balas pria itu sambil melambaikan tangannya. Ketiga pria itu melenggang pergi meninggalkan ruangan, membiarkan Bai Lintian dan pria tua itu berduaan.

"Kau sudah benar-benar keterlaluan, Lintian..." pria tua itu memandang Bai Lintian dengan tatapan kecewa.

"Itulah alasanku kenapa aku lari dari rumah, karena aku khawatir akan melukai orang lain tanpa aku sadari," jawab Bai Lintian dengan kepala tertunduk.

"Karena itu dengarkan aku! Hal seperti ini terjadi karena kau selalu menentang ku, ketika hal seperti ini terjadi, siapa yang akan bertanggung jawab? Kau mau wajahmu di kenali oleh banyak orang sebagai monster, bukan sebagai manusia biasa?!"

Bai Lintian diam tidak menjawab bentakan pria tua di depannya. Benar, dia berbeda dengan manusia pada umumnya. Di saat orang lain lebih suka makanan seperti nasi dan roti, dia lebih suka darah dan jantung segar. Dia berbeda, faktanya dia bukan manusia seutuhnya, melainkan hasil dari perkawinan silang antara manusia dan iblis.

Dia adalah manusia iblis.

Fakta itu lah yang berusaha dia terima tapi di waktu yang sama, dia sangkal. Dia tidak ingin terus menjadi seperti ini, melukai orang lain bahkan sampai membunuh orang lain. Dia tidak ingin melakukannya.

Pria tua itu tidak lain adalah kakek kandungnya, seorang manusia yang memiliki kemampuan spiritual tingkat atas, Bai Wuji. Sekaligus Kepala Sekolah Akademi Sihir Jianlong.

Bai Wuji berkata, "mulai sekarang, kau harus terus di rumah sampai naluri iblismu itu kembali tenang. Ketika saatnya tiba, aku akan membiarkanmu berkeliaran sesuka hati bahkan membiarkanmu bersekolah seperti remaja lainnya. Yang perlu kau lakukan hanya menuruti kata-kata ku, mengerti?"

Pewaris Sekte Kuno: Jiwa Sang DewiWhere stories live. Discover now