Alexa VS Alisa

74 23 111
                                    

Alisa terbelalak melihat darah di baju Jekey, "Kok bisa begini?" tanya Alisa.

"Jatuh..." sahut Jekey.

"Nggak mungkin! Pasti ini ulah Alexa 'kan?" tebak Alisa.

"Nggak, gue jatuh sendiri tadi."

Alisa mengobati luka Jekey sambil mengomel, "Keterlaluan si Alexa itu! Kejam banget sih jadi orang!"

Jekey bergumam dalam hati, "Lo juga sama kejamnya."

"Kalau saran gue nih ya, berhenti deh mengharapkan si Alexa bakal balik lagi kayak dulu. Lo bisa dapetin cewek yang sama kayak dia bahkan lebih baik dari dia!" omel Alisa.

"Lo mau kalau gue suruh nyari yang lebih baik dari Doni?"

Alisa mendadak terdiam.

"Nggak mau 'kan lo? Apalagi gue..."

"Karena terikat oleh anak, itu satu-satunya alasan gue."

Jekey menarik bola matanya kesamping, dari raut wajahnya dia seperti menemukan sebuah petuah, "Anak membuat cewek berat untuk berpisah?" akal luar Jekey bermain dengan sempurna dalam kepalanya.

Kening Alisa mengerut melihat ekspresi aneh mantan Mafia tersebut, "wajahmu kayak orang lagi menang lotre miliaran," celoteh Alisa.

"Tunggu! Maksud lo kalau sudah punya anak, cewek bakal bertekuk lutut gitu?"

Alisa menarik nafas panjang, "Kadangkala kita bertahan bukan untuk cinta melainkan ada pertimbangan yang lebih mengharuskan kita untuk bertahan."

"Anak?"

"Yang pastinya kebanyakan kasus rumah tangga, ya begitu..."

Jekey menyunggingkan senyum jahanamnya untuk dipersembahkan kepada Alexa jika keangkuhan gadis itu bisa dia taklukan nantinya.

"Lo pasti lagi mikirin buat buntingin Alexa 'kan?" tebak Alisa.

Rona wajah Jekey seketika berubah masam, "Kok dia tau?" tanyanya dalam hati.

Alisa melanjutkan kata-katanya, "Lo harus tau kalau Alexa bukan tipe cewek yang begitu saja merengek ketika menghadapi kesulitan hidup."

"Jadi nggak bakalan mempan sama dia, gitu?"

Alisa tertawa dengan nada mengejek kemudian dia menjawab, "Lo pikir dia bakal serta merta mengikuti kemauan lo hanya karena dia mengandung bibit dari lo, gitu?"

Jekey tak berani menjawab cecaran Alisa, kemudian calon ibu muda itu melanjutkan kembali ucapannya, "Lo salah besar kalau menganggap Alexa itu sama aja dengan gadis kebanyakan. Jangan lupa, dia itu terbiasa bergerak sesuai perintah. Disaat dia harus bergerak mengandalkan insting, dia bakal berjalan layaknya cangkang kosong yang ditinggal pemiliknya. Paham lo?!"

Jekey semakin frustasi mendengar uraian Alisa, apalagi dia tidak mungkin bisa memerintah Alexa diluar kepentingan Misi.

"Jadi gue harus gimana?"

"Turuti kata hati lo! Itu 'kan prinsip yang selalu lo pegang?"

Jekey mendesah, "Okelah, gue mau istirahat capek!" langkahnya melangkah lunglai menaiki anak tangga menuju kamarnya.

***

Besok paginya Alisa mendatangi rumah mereka dengan emosi yang membara.

"Lo memang manusia yang nggak tau diuntung ya?" umpatnya kepada Alexa.

"Lo kesambet setan apa? Datang-datang ngamuk!"

"Lo apain si Jekey kemarin? Pinggangnya sampe robek gitu!"

"Wah! Lo bener-bener jadi anjingnya dia ya sekarang, hanya karena dikasih makan enak!"

Plak! Tamparan keras mendarat diwajah Alexa.

"Alisa!" hardik Doni.

"Kenapa kamu bentak aku kayak gitu? Dia yang menghina aku, harusnya kamu belain aku bukan dia!"

"Cukup, Lis! Kamu sudah bener-bener keterlaluan!"

"Tega banget kamu ngomong kayak gitu, aku korbannya di sini kenapa aku yang jadi tersangkanya?" jerit Alisa.

"Kalau kamu nggak menyulut api nggak akan ada asapnya, Alisa!"

Jekey datang ditengah perdebatan sengit itu, "Sudah cukup! Apa-apaan sih kalian ini?"

Melihat kedatangan Jekey, Alexa bersiap untuk pergi. Kali ini Jekey sudah tidak tahan lagi menghadapi sikap dinginya tersebut.

"Kalau kamu nggak bisa menganggap aku manusia, setidaknya anggap aku seperti iblis yang harus dimusnahkan. Paling tidak masih dianggap kehadirannya," seloroh Jekey.

Meskipun begitu, Alexa tetap saja membatu. Sepertinya tidak ada cara yang bisa membuat hati gadis itu tersentuh.

Jekey bergegas menghadangnya, "Apa masa laluku sangat menjijikan dibanding dengan masa lalumu?"

Alexa menendang perut Jekey sampai pemuda itu melanting ke beranda rumah. Lalu dia berbalik kearah pintu belakang.

"Memang pantas lo disebut Iblis kayangan, ah sorry gue ralat. Iblis neraka tepatnya!" umpat Alisa.

Gigi Alexa menggertak dalam mulutnya yang tertutup rapat. Kecamuk rasa yang dia abaikan, menyeruak begitu saja oleh hujatan Alisa.

"Aku nggak nyangka kamu bisa sepicik ini Alisa! Hanya karena mendapat perlakuan istimewa di rumah besar itu, kamu tega menyakiti hati saudaramu!"

Alisa menyeringai sinis, "kheuh! Saudara?" sindirnya, "Apa yang lo maksud dengan saudara itu adalah bayangan?"

Alexa semakin menggeram dengan sorot mata tajam menatap Alisa.

"Betul 'kan Alexa? Gue nggak lebih dari bayangan lo! Gue diperintahkan untuk jadi kembaran lo! Kembaran tai ayam! Padahal gue cuma dijadikan umpan bahkan tumbal oleh Mami lo!"

Alexa memegang tepi meja lalu membalikannya sampai benda-benda yang berada di atasnya terjatuh dan menghasilkan suara gemerisik. Membuat Alisa mundur dari posisinya berdiri.

Jekey tertegun melihat pemandangan itu, namun dia hanya diam membisu sama halnya seperti Doni.

"Silahkan lo hina gue sepuasnya, tapi lo nggak berhak menilai mami kayak gitu. Lo lupa siapa yang ngangkat derajat hina lo sampai setinggi ini?" balas Alexa dengan tatapan sengit.

Alisa tersenyum kecut, "Oh, jadi lo mau ungkit-ungkitan sekarang? Oke!" Alisa diam sejenak untuk menarik nafas panjang, "Oke gue akui derajat gue naik berkat Kalian! Tapi apa lo pernah ingat berapa kali gue hampir mati demi menyelamatkan nyawa lo! Kalau gue berhutang satu hal yang kalian sebut derajat, maka kalian berhutang sesuatu yang paling berharga yaitu nyawa, ngerti lo?!"

"Telpon ibu lo! Tanya kenapa Mami nyuruh lo buat jadi kembaran gue. Kalau lo sudah tau alasannya, jangan pernah lo sesali apa yang lo ucapkan sekarang ini..." tetes air mata Alexa adalah simbol kekecewaan terdalam dari sebuah rasa sakit yang terlampau ia rasakan.

Sejenak Alisa tertegun, ia sangat hapal dengan watak gadis itu. Alexa tidak akan mudah menangis jika tidak ada yang terlalu dalam menyentuh hatinya. Baik itu rasa sedih, terharu ataupun rasa sakit.

Alexa pergi menyudahi perdebatannya dengan Alisa. Hatinya hancur berkeping-keping, bagaimana tidak, orang yang sangat dia sayangi tega memperlakukan dia seperti ini.

Alisa terduduk lemas di bangku kayu yang kerap menjadi saksi tawa canda mereka saat tengah menikmati masakan Alexa. Hatinya ikut hancur bersama derasnya air mata yang mengalir diwajah pucatnya.

Jekey dan Doni membenahi ruangan yang menjadi satu dengan dapur tersebut.

"Tidak ada yang lebih menakutkan di dunia ini, kecuali ledakan amarah Alexa," gumam Jekey.

"Mendingan lo pulang deh, bawa juga Alisa kalau dia masih mau tinggal sama lo! Suruh dia memikirkan lagi apa yang sudah diucapkannya."

Doni berlalu menyusul Alexa yang pastinya sedang berjalan menuju ladang mereka.

Obsession Of Love Where stories live. Discover now