Rintihan dalam keheningan

113 23 128
                                    

Jekey menganggap Alexa telah pasrah dengan kondisinya sekarang ini.

"Izinkan aku melepaskan rindu yang terus menyiksaku, Sayang..." bisik Jekey kemudian meraup telinga Alexa dengan lembut.

Nuansa rasa dalam balutan antara kebencian dan rindu menyergap secara bersamaan. Membuat Alexa ingin menjerit sekuat tenaga, "Andai memang harus kembali, bukan cara seperti ini yang gue mau!" jeritnya dalam hati.

Jekey semakin gencar memainkan lidahnya, kali ini sudah pindah ke leher jenjangnya, kemudian memberi sedikit gigitan kecil disana.

"Besok jangan ikat rambut kamu ya, bekasnya bakal terlihat jelas," ujar Jekey dengan suara yang makin berat.

Alexa semakin dirasuki oleh emosi yang tak terhingga. Perasaan jijik dan terpesona jadi campuran yang pas untuk kondisi hatinya saat ini. Merasa Jijik karena bayangan Jekey menggauli Seina terus menari dikepalanya. Perasaan terpesona ketika melihat pemuda itu semakin matang dengan perawakan yang semakin membuat otak Alexa terasa mau meledak.

Suasana semakin menegangkan bagi Alexa ketika celana tidurnya ternyata sudah tak lagi melekat sempurna. Jekey buru-buru menurunkannya tanpa melepas sepenuhnya dari kaki. Sementara celana kolor yang dia comot dari lemari Alexa sudah terlepas sepenuhnya dari kaki berbulu tipis tersebut.

"Maafin aku, Sayang..." lirih Jekey langsung menancapkapkan senjatanya dengan kaki Alexa yang tertutup rapat. Karena gadis itu enggan membuka kakinya.

Mau tau mau Jekey harus berupaya ekstra untuk menembus liang perinduan itu karena sempitnya celah yang Alexa berikan.

"Buka Sayang..." pinta Jekey dengan nada memelas. Tapi Alexa masih tak bergeming, wajahnya masih condong ke samping dengan rona wajah menyala.

"Sayang, Please...! Susah masuk, Yang..." rengek Jekey.

Mendapati Alexa yang tetap tidak mau membuka kakinya, Jekey bangkit kemudian mengekang kedua tangan Alexa supaya dia tidak bisa mendorong Jekey seperti yang sudah-sudah.

Kini dengan posisi belutut Jekey lebih leluasa membuka sedikit kaki gadis keras kepala itu agar celah itu lebih mudah ditembus.

Blas, pentungan mini itu sudah masuk separuh. Jekey menciumi sekujur wajah mulus Alexa, sambil terus menekan pinggulnya agar alat tempurnya bisa masuk lebih dalam.

"Ah," ringisnya disamping telinga Alexa.

Gadis itu menggigit bibirnya, matanya terpejam, raut wajahnya meringis seakan menahan sesuatu yang tidak boleh ia lepaskan saat ini.

"Sayang..." Jekey mulai memompa dengan ayunan perlahan. "Kejepit, Sayang, buka dong kakinya..." pinta Jekey lagi.

Alexa semakin merasa muak dengan keadaan itu tapi dia juga merasakan kenikmatan. Hatinya gamang menentukan sikap apa yang harus dia ambil sekarang ini.

Jekey masih berusaha menggerakkan alat bornya keatas dan kebawah dalam himpitan dinding yang teramat sempit itu. Gairahnya yang menggebu-gebu membuat dia tidak bisa bersabar lagi. Tak peduli sesulit apa bergerak, dia tetap mengebor dinding itu dengan tempo lebih cepat.

Sambil terus menggeranyangi wajah dan leher Alexa, Jekey terus mengejar pelepasannya.

"Paling tidak puas dulu walau cuma sebentar, aku cuma ingin melepaskan rindu yang menggebu, Sayangku..." racau Jekey.

Alexa semakin tak kuasa menerima serangan yang nertubi-tubi itu, nafasnya memburu. Bibirnya bawahnya semakin masuk kedalam mulutnya. Alisnya bersatu dengan mata semakin rekat terpejam.

Tak lama, "Ah..." suara itu keluar begitu saja dari mulut Alexa. Pinggulnya terangkat, bersamaan dengan getaran tubuhnya yang bereaksi secara alami tanpa dia sadari.

Jekey menyeringai dengan penuh kemenangan, ternyata Alexa juga menikmati hanya saja gengsi  untuk meluapkannya. Diapun semakin bersemangat mengaduk dinding perinduan milik Alexa, sampai gadis itu tak kuasa lagi untuk pura-pura tak merasakan.

Tanpa sadar dia berhasil melepaskan tangannya dari cengkraman Jekey dan merangkul pundak pemuda itu dengan kencang. Suara lenguhannya semakin jelas terdengar, seirama dengan ayunan pinggul sang pria perkasa.

Kesempatan itu tak akan di sia-siakan oleh Jekey. Dalam sekejap ia telah membuka baju tidur Alexa, praktis kini dua buah gundukan bukit terlarang itu sudah menjadi legal baginya. Entah kapan celana tidur Alexa pun sudah lolos sempurna dari kaki panjangnya.

Pergumulan panas itu berlanjut dengan gerakan tubuh brutal Jekey yang tak hentinya menyerang setiap inci daerah sensitif Alexa tanpa ampun.

"Ah...! Kheuh...!" desahan bercampur rengekan itu semakin memicu gairah Jekey.

Rasa rindunya turut andil dalam pergumulan yang semakin panas itu, sehingga sangat terasa sekali dua insan itu saling berpagut dalam keharuan satu sama lain.

Terus dan terus, suara lenguhan keduanya saling bertautan.

"Peluk yang kuat, Sayang..." rintih Jekey.

Entah karena bawaan hasrat yang hampir mencapai puncak atau rasa rindu yang dalam. Tanpa sadar Alexa mengikuti permintaan Jekey. Tangannya merangkul Jekey dengan erat, menyambut cumbuan panas dibibirnya. Air matanya mengalir deras, gumpalan luka yang membeku terasa semakin menyakiti relung hatinya.

Keduanya berpacu dan terpacu dengan bahasa tubuh yang saling mendominasi. Mencengkram dan memagut seperti orang yang tengah kerasukan. Semakin intens sampai puncak itu tercapai dengan keharuan yang dalam.

Jekey tersengal manatap wajah Alexa yang telah basah kuyup oleh air mata bercampur keringat yang menetes dari kepala Jekey.

"Aku rindu banget sama kamu, Sayang..." Jekey menempelkan wajahnya merapat ke wajah Alexa. Mencumbu secara bertubi-tubi, sampai akhirnya tubuh itu ambruk diatas tubuh lembab Alexa.

"Apa yang sudah gue lakukan...?" rintih Alexa dalam hati, ia berusaha menggeser tubuh Jekey.

"Aku masih pengen kayak gini," rengek Jekey.

Alexa masih enggan menanggapi ucapan Jekey, ia hanya diam terpaku seraya memejamkan mata.

"Gak akan ada kejadian kayak gini lagi untuk kedua kalinya," gumam Alexa dalam hati.

"Aku lagi mengurus identitas dengan nama asli, kalau sudah selesai, aku bakal urus dokumen pernikahan kita."

Alexa terkejut bukan kepalang mendengar penuturan pemuda itu, "Gila! Gue nggak mau!" jeritnya dalam hati.

"Kita bakal melangsungkan pernikahan di rumah Kendi, atau di hotel juga boleh. Aku bakal pesen gaun terindah untukmu nanti, Sayang..."

Ingin rasanya Alexa menyangkal rencana itu, ingin rasanya dia menolak rancangan itu. Tapi lidahnya mendadak keluh, rasa muak dan benci semakin marasuk dalam pikirannya.

"Belum sembuh luka gue! Lo udah seenaknya membuat rencana menyedihkan ini!" raung Alexa dalam hati.

Jekey mengangkat kepalanya, "Kamu pasti akan menjadi pengantin Aren yang sangat cantik, kita akan hidup bahagia di pulau ini. Aku nggak sabar menantikan moment itu, Sayang..."

Alexa memalingkan wajah, tanda tidak menyetujui ucapan pemuda itu. Hatinya semakin keruh dan membeku. Satu sisi dia masih sangat mencintai Jekey, tapi disisi lain dia tidak bisa menerima masa lalunya itu.

"Gue memang punya masa lalu yang gelap, tapi setidaknya gue nggak pernah menyerahkan tubuh gue untuk orang yang nggak gue cintai. Sakit banget...! Lo nggak akan ngerti rasanya," Alexa merintih dalam keheningan hatinya.

Obsession Of Love Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin