Dirman Hilang

52 23 64
                                    

Setelah sarapan mereka kembali menyusuri tempat yang Alexa sebutkan kepada Jekey. Kali ini mereka tidak mengajak Cakra dan Wahyu karena dikhawatirkan akan mengalami masalah besar.

"Kamu yakin ini tempatnya?" tanya Jekey memastikan.

"Hem..." jawab Alexa.

Mereka berpencar menelisik tempat itu, namun tidak ada apapun disana yang bisa dijadikan acuan.

"Tidak ada apa-apa disini..." ujar Rian menghampiri Jekey dan Alexa yang tengah memperhatikan drum-drum itu.

"Kami juga nggak menemukan apapun!" ucap Ryo.

"Aneh, kalau memang ini pernah dijadikan markas, kenapa drum ini bisa berkarat? Tidak ada sesuatu apapun kecuali sampah daun dan air yang yang sudah memprihatinkan. Artinya tempat ini nggak dijadikan tempat menetap untuk mereka." Alexa terus memperhatikan sekelilingnya sambil menelisik dalam hati.

"Kayaknya ini cuma bekas pondok warga setempat," ujar Doni seraya menggaruk-garukan kakinya yang gatal terkena rerumputan liar yang lumayan bersemak.

"Lihat aja dari keadaannya, minimal halaman ini tidak ada rumputnya, bener nggak sih?" timpal Hana.

Pendapat mereka membuat Alexa bingung, "Lantas apa yang dipindahkan oleh mereka?" Lamunannya terhenti ketika Jekey berkata, "Sebaiknya kita pulang, besok kita kembali menyusuri titik berikutnya. Karena Cakra dan Wahyu nggak ikut. Kita bakal kesulitan kalau gerak sendiri." Mereka akhirnya sepakat untuk pulang.

Doni berpamitan untuk memantau sawah dan rumah. Sejak mereka tinggal bersama Jekey, rumah itu tidak pernah terjamah.

"Gue ikut lo!" seru Alexa seraya berlari mengejar Doni.

Tak mau kalah saing, Jekey pun mengikuti mereka. Dia tidak bisa membiarkan Alexa berduaan dengan Abi di sawah. Namun belum sempat sampai di sawah, mereka melihat Ningsih dan Wahyu tergesa-gesa berlari dari arah sawah.

"Kalian kenapa?" tanya Alexa penasaran.

"Pak Dirman hilang..."

"Hilang gimana maksudnya?" tanya Jekey dengan cepat.

"Tadi kami datang ke rumahnya, karena Ayahku nyuruh kami nganterin undangan pemilihan ketua RT yang baru. Tapi orangnya nggak ada dirumah, terus kami balik lagi ke sawah tapi dia juga nggak ada..."

"Mungkin ke kota atau ke dermaga gitu?" terka Doni.

Wahyu menjawab, "Nggak mungkin, soalnya motor Abi ada dirumah!"

Ningsih menimpali, "Rumahnya juga nggak terkunci, pintu belakangnya terbuka lebar."

Tanpa basa-basi mereka meluncur kerumah Abi. Benar saja, rumah itu kosong dan pintu dibiarkan terbuka. Mereka berpencar memanggil-manggil Abi dan ayahnya. Namun mereka berdua tak menjawab. Ningsih semakin panik, dia terus meracau tak tentu arah.

Alexa memperhatikan sepasang sandal yang biasa dipakai Dirman sehari-hari. "Sendalnya ada," ujarnya kemudian berlari ke arah sumur. "Sepatu botnya juga ada, terus Pak Dirman keluar pake apa?"

Sontak pernyataan Alexa membuat mereka saling memandang. "Hanya ada dua pasang sandal dan satu pasang sepatu bot. Artinya Abi keluar pake sepatu bot. Apa pak Dirman punya sepatu bot yang lain?" sambung Alexa.

Wahyu menjawab, "Bisa jadi sih!"

Mereka memutuskan untuk menunggu, entah sudah berapa batang rokok yang sudah mereka hisap. Namun yang ditunggu tak juga menampakan batang hidungnya. Keadaan semakin mencekam saat Ningsih tak juga menghentikan tangisnya.

"Diamlah Ningsih! Kenapa kamu nangis begini?" Alexa mulai gerah mendengar sesegukan itu.

"Aku gak peduli kalaupun Abi berbohong tentang perasaannya ke aku. Tapi aku peduli kalau sampai mereka hilang kayak penduduk yang sudah-sudah."

Obsession Of Love Where stories live. Discover now