Penjara bawah tanah

55 19 68
                                    

Doni mengejarnya, membanting dan mengunci pintu.

"Aku serius..." ucap Doni dengan lantang.

"Keluar dari kamar gue!"

"Kasih aku kesempatan. Aku bersumpah gak akan menyia-nyiakannya...."

"Persetan dengan kesempatan! Bagi gue lo─" Mulut Alexa sudah dibungkam oleh Doni, dekapannya membuat Alexa tak sanggup menghindar.

Entah apa yang membuat Alexa seperti larut dalam harmoni yang diciptakan oleh Doni. Dia menyambut kecupan itu dengan emosi yang bercampur baur. Seolah dia tidak lagi memikirkan akan bagaimana akhirnya nanti. Yang ada dalam hatinya saat ini adalah dia merasa nyaman dengan apa yang mereka lakukan.

Doni melepas pagutannya, "Setelah semuanya selesai, tetaplah di sini. Tujuan kita ke pulau ini adalah untuk melupakan segalanya. Kalau pada akhirnya harus terjadi pertikaian, aku berharap itu bisa menguatkan ikatan cinta kita..."

"Lo ngomong apaan sih?"

"Intinya aku sayang sama kamu, ayo kita terus bersama sama akhir."

Perasaannya saat ini lebur bersama lukanya. Sosok Doni seolah adalah seorang yang dirindukannya selama ini. Alexa merangkul leher Doni, mendaratkan kecupan di bibirnya. Tak peduli apa yang akan terjadi nanti, yang jelas saat ini biarlah dengan perasaan saat ini. Dia tak peduli akan apa yang terjadi esok hari.

Hari sudah mulai gelap, para rombongan penjelajah bukit sudah pulang.

"Tumben lo keramas sore-sore, Lex?" tanya Hana mengernyit heran.

"Gerah gue..."

"Hem...."

"Sorry gue pulang duluan tadi, kepala gue pusing banget."

Hana menjawab sambil menyeruput kopi buatannya, "Santai aja Lex, lagian juga masih belum ada petunjuk apapun."

"Hem...."

Rian ikut duduk seraya menikmati kopi, "Gue takut semua Sandera sudah dihabisi oleh Seina."

Ryo menghempaskan nafas berat, "Ternyata dia bukan sekedar cewek biasa, memang agak aneh kalau Ren hidup bersama orang biasa yang pastinya akan bahaya untuk mereka."

"Logikanya Ren itu gak punya waktu untuk melakukan hal konyol. Selama di Jepang waktunya habis dipusingkan sama taktik. Jadi kapan dia punya waktu pacaran. Kecuali Seina satu agen dengan dia," seloroh Hana panjang lebar.

Rian kembali menimpali, "Dan yang tau cuma Papi, karena Ren bergerak atas perintah Papi. Masuk akal juga sih, kalau Seina selama ini adalah partnernya. Dia sengaja mengumpankan diri untuk menjebak Yongki. Kalau Seina gak datang waktu itu pastinya kita gak akan bisa membekuk Yongki, 'Kan?"

Hana kembali berkata, "Mungkin tujuan Ren datang ke Indonesia memang untuk  Yongki, untuk file itu. Kebetulan Ryo sama Farrel mengacak-acak tanpa rencana. Jadilah semua bergulir menjadi rumit."

"Betul juga sih! Kenapa baru sadar sekarang ya?" sambung Rian menganggukkan kepala.

Lagi-lagi Ryo mendesah dengan hempasan berat, "Karena kita cuma mengandalkan instruksi, yakan Lex?"

Alexa hanya mengangguk, "Heum..."

Alexa beranjak dari kursi, "Mau kemana Lex?" tanya Hana.

"Sumur..."

"Mau ngapain?"

"Ngambil payung, mau ke warung sebentar."

Doni ikut beranjak, "Biar gue antar!"

"Gak usah! Lagian dekat aja ke tempat wak Daeng."

"Mau beli apa?" tanya Hana.

"Pengen beli kerupuk! Laper gue, pengen makan telur ceplok pake kerupuk sama kecap."

Obsession Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang