Pencarian Di hutan terjal

59 23 99
                                    

Abi terus memanggil manggil Dirman, langkahnya kalang kabut kesana kemari. Dari arah belakang, Ryo Dan Rian bersama Hana, Cakra dan Wahyu berlari menyusul mereka.

"Ada apa ini?" tanya Ryo dengan nafas tersengal.

Jekey menelengkan kepalanya kemudian menjawab, "Pak Dirman hilang, Abi panik mencarinya ke sini!"

"Kenapa harus nyari kesini?" tanya Ryo seraya mengernyitkan dahi.

Alexa langsung mendekatinya, "Memangnya kenapa?"

"Terlalu cepat menarik kesimpulan seolah pak Dirman sudah dicari ke tempat yang lebih memungkinkan!"

Alexa terhenyak, "Bener juga sih, seharusnya dia mencari ke tempat yang paling memungkinkan. Bukan malah sekonyong-konyong lari ke hutan." Dia terus menelisik dalam hati seraya memperhatikan gelagat Abi. "Kenapa gue terlalu terfokus sama Ren, sampai tak memperhatikan yang lainnya."

"Jadi gimana Sayang, apa kita harus balik lagi ke rumah. Terlalu berbahaya mengingat bentar lagi gelap." Jekey membuyarkan konsentrasinya.

"Oke kita balik aja, siapa tau Pak Dirman sudah pulang."

Rian mengemukakan pendapatan, "Terlalu ceroboh kalau dia sekonyong-konyong masuk hutan, kecuali dia memang sengaja menggiring kita untuk masuk perangkap."

"Maksud lo?" Mata Alexa membulat.

"Gue udah curiga sama dia sejak kemarin, sekian banyak dari kita gak ada yang menyadari kehadiran dia. Tiba-tiba dia bisa nyelamatin lo. Kalau memang dia ngikuti kita, insting salah satu diantara kita pasti bakal terasa bukan?"

Betapa Alexa baru menyadari bahwa kemampuannya menganalisa situasi benar-benar lumpuh total. "Sialan! Kenapa gue jadi payah begini! Kenapa gue gak menyadari? Tapi gimana bisa pada akhirnya gue malah mengetahui fakta tentang Ren? Apa mereka kerja sama?"

"Sebaiknya kita segera keluar dari hutan ini! Kita sama sekali gak ada persiapan apapun. Bahkan hanya membawa peluru seadanya dalam pistol." usul Ryo seraya menarik tangan Hana supaya tidak jauh darinya.

Jekey menyuruh Cakra dan Wahyu membujuk Abi pulang. Namun bukannya menurut, pemuda itu malah meneriaki mereka, "Kalau kalian mau pulang, silahkan saja! Aku juga gak minta kalian ikut!"

"Jangan membangkang! Meskipun daerah ini memiliki dataran terjal bukan tidak mungkin mereka bermarkas disini!" seru Jekey.

Alexa melayangkan tatapan sengit padanya, "Hah, pantas saja kau selalu mengajak kami mencari di titik yang salah! Ternyata memang disini markasnya..."

Abi masih nekat terus masuk kedalam hutan, "Biarin aja sih, paling kalau ketemu setan dia bakalan pulang!" sungut Hana yang jengah melihat tingkah Abi. 

Tapi walau bagaimanapun Jekey tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Sebelum prasangka tentang Abi terbukti baginya. Mereka terus mengikuti pemuda itu, walau hari sudah gelap pemuda itu tetap berteriak memanggil Dirman.

Alexa tersengal mengempaskan tubuhkan ke akar pohon. Sesuatu dari atas sana terasa menetes diwajahnya, tangannya menyeka cairan itu.

"Amis..." ujarnya, kepalanya refleks mendongak keatas. Dan "A....!!!" Tak pelak Jekey melompat menghampirinya.

"Kenapa Sayang..." Pertanyaan Jekey berbarengan dengan berkumpulnya mereka mengepung Alexa dengan pertanyaan.

Dengan tangan gemetar dia menunjuk keatas, "A...!!!" terdengar teriakan dari yang lainnya kecuali Ryo dan Jekey.

"Apa itu...?" Suara Ryo mengaung.

Rian menyela, "Setan Bang...!"

Doni bergegas menghampiri mereka dengan menarik Abi. "Ada apa?" tanyanya dengan nafas tersengal. Pasalnya Abi semakin masuk ke hutan membuat Doni kewalahan menyenyeretnya kembali.

"Arahkan senter HP lo kesana!" teriak Jekey seraya mengarahkan pistol ke atas sana.

Bukan main terkejutnya mereka melihat penampakan diatas sana, "Kuntilanak...!!!" teriak Wahyu, berlari kocar-kacir entah kemana.

"Kejar dia...!" seru Jekey.

"Kejar Ian..." seru Ryo.

Ternyata Rian sudah bergumul dengan Hana dan Ningsih yang merunduk saling berpelukan. Mau tak mau Cakra menyusul Wahyu yang masih terengar suara teriakannya. Tak lama Wahyu kembali, kecepatannya tak terkontrol hingga menabrak tubuh Cakra. Praktis mereka berdua tersungkur ke semak-semak.

"Ge- ge- Gerandong...!" Suara Wahyu gemetar menunjuk ke arah pohon besar. Meski tergolong pemberani, namun Cakra tak bisa menepis rasa takutnya.

Sementara Jekey menarik tubuh Alexa ke belakangnya, "Tembak, Ren!" seru Ryo.

Kali ini peluru itu tidak mental tetapi tembus melewati tubuh penampakan itu. Jekey dan Ryo tercekat mendapati pemandangan itu.

"A- apa... I- tu Ren...!" Rian sempat melihat peluru  itu melewati tubuh perempuan itu.

"Jadi gosip tentang tumbal itu bener?" Doni memperhatikan penampakan itu dengan seksama. Perempuan itu tidak bergeming hanya melihat kearah mereka tanpa melakukan apapun.

"Pulang yuk!" ajak Alexa.

Jekey masih penasaran, dia meminta Doni tetap mengarahkan senter pada ponselnya. Kemudian dia melepas tautan tangan Alexa dan menghampiri pohon tersebut.

"Gue gak percaya sebelum membuktikannya." Jekey memanjat pohon tersebut. Tapi sosok itu menghilang dalam sekejap.

Tak ayal suara lengkingan kian menggema memecah kesunyian malam di hutan itu. Tak lama Wahyu dan Cakra berlari pontang panting menghampiri mereka.

"Dia muncul Bos!" seru Cakra yang tersengal karena harus berlari sambil menyeret tubuh Wahyu yang sudah tak mampu berdiri. Celananya sudah basah oleh cairan kecut yang disebut dengan air seni.

"Siapa? Apa?" desak Ryo.

"Gerandong...!" teriak Wahyu histeris.

Jekey turun dari atas pohon, bergegas merangkul tubuh Alexa yang sudah gemetaran. "Ini gak bagus, ayo kita turun dari sini!" seru Jekey.

Mendengar pernyataan itu, Alexa teringat akan instruksi Jekey untuk menahan mahkluk itu keluar sementara waktu, "Oke, setidaknya mahluk itu bukan setan!" dengusnya dalam hati.

Dengan dada membusung, Alexa berkata, "Gue bakal selamatkan Bapak lo!" ucapnya kepada Abi yang sedari tadi hanya diam terpaku.

Jekey mengernyit heran, baru sedetik yang lalu dia mengerut ketakutan. Sekarang malah berdiri tegak menantang makhluk tersebut.

"Sayang sudahlah! Ayo kita turun!"

Alexa menoleh cepat dengan tatapan tajam, "Kenapa, kamu takut?" Senyum sarkastisnya mengisyaratkan sesuatu yang sulit diartikan oleh Jekey.

"Kita gak paham medan ini, menyerang mereka hanya akan menimbulkan kekacauan. Berapa orang yang harus kita lindungi disini. Apalagi tempat ini gelap! Kau tidak akan bisa membidik mereka tepat ke sasaran!"

"Sebab itu kau menggunakan hutan yang paling rawan untuk membangun markas!" seloroh Alexa dalam hati. Setidaknya ketakutan Jekey memberi ruang gerak untuk Alexa berfikir bahwa makhluk itu tidak sehebat seperti yang mereka kira.

"Kita lihat saja, apa mereka bisa lolos kali ini!" Alexa menarik pistol dari pinggangnya. Tapi Jekey terus menahannya, "Hentikan Alexa, ayo kita turun!"

Belum sempat turun, suara raungan berbaur dengan suara tangis memilukan membuat nyali Alexa seketika menjadi ciut. "Kenapa si Kunti kudu muncul sih!" Alexa meringis kesal. Selain takut dia juga merasa malu sempat berkata sombong.

"Ayo kita pergi sebelum terlambat!" ajak Doni.

Tanpa menunggu lama, Jekey menarik lengan Alexa. Sementara Doni mencekal Abi dan dan Rian. Ryo menggiring Hana dan Ningsih. Terakhir Cakra harus ngos-ngosan menggeret Wahyu yang terus merintih ketakutan.

Mereka bergerak cepat menuju tempat mereka pertama masuk, yaitu semak belukar di belakang rumah Abi.

Obsession Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang