Berubah

46 21 169
                                    

Siang itu Doni memantau perkembangan sawah dan ladang. Bersama Alexa yang sedari tadi bersungut karena Jekey terus menggandengnya seakan gadis itu akan melayang jika tidak dipegangi.

"Kenapa harus gini amat sih, Ren?" tanya Alexa dengan raut wajah masam.

"Nanti kamu lepas kontrol."

"Memangnya aku anjing pelacak apa? Gitu dilepas langsung keluyuran kemana-mana!"

"Nanti serigala lapar menerkam kamu, jadi aku harus waspada."

Abi menatap dengan perasaan tidak senang, "Norak!" cetusnya, membuat Dirman menatap sayu anak semata wayangnya itu, "Kamu kenapa jadi suka kasar begini sekarang Bi?" tanyanya dengan nada prihatin.

Abi melempar tatapan bengis ke arah Dirman, "Bapak nggak usah banyak komentar! Memangnya bapak tau apa yang aku rasakan?"

Dirman menghela nafas berat, "Bapak kenal betul watak kamu, dari kecil kamu tuh gak pernah kasar sama orang. Malah kamu yang ngajarin Alexa dan saudaranya untuk bersikap sopan."

Abi menyeringai, "Setiap orang punya perubahan sesuai situasi."

"Bahkan kamu berubah begitu drastis!"

"Nggak usah membicarakan tentang watakku, Pak tua! Urus saja badan sendiri. Kenapa kau memuja si Mafia sialan itu, padahal kelakuan dia lebih tidak sopan dari pada saya!"

Mata Dirman seketika membulat besar, bukan hal aneh jika Abi memanggilnya dengan sebutan Pak tua, tapi kali ini perasaannya berbeda. "Kau membuat bapak terkejut, selama ini bapak mengurus kamu sendirian sejak ibumu meninggal. Jadi bapak paham persis watak dan tingkah laku kamu. Bahkan kamu tak pandai menghina apalagi berkelahi dengan orang lain, Nak." Mata Dirman berkaca-kaca.

Tiba-tiba Alexa berjongkok di galangan sawah dengan senyum cerah terpancar di wajahnya. "Sudah di benahi bekas adu jotos kemarin?" selorohnya sambil terkekeh.

"Apa menurut kamu itu lucu?" Nada bicara Abi terdengar canggung di telinga Alexa.

"Aku cuma bercanda... Kalau nggak lucu, ya maaf!"

"Aku nggak suka kamu membela dia..."

"Kok kamu gitu sih? Ren itu tunangan aku..."

"Masa bodo aku tidak tahu apa itu tunangan."

Alexa mengernyit masam, "Abi... Kenapa sih? Kamu tuh sekarang berubah banget. Kasar, pemarah, dan yang lebih mengherankan kamu bisa berkelahi. Sejak kapan?"

Abi menyeringai, "Seharusnya kamu yang menjelaskan tentang latar belakangmu. Mantan Mafia yang menjadi pelarian di pulau ini!"

"Gue bukan pelarian! Kami memang datang ke sini untuk menjalani hidup baru."

"Ah, iya. Hidup baru untuk menghapus jejak kekejaman kamu..."

Seketika Alexa melotot, "Ada apa dengan raut wajahnya itu? Abi nggak pernah kayak gini." Alexa tertegun dengan raut wajah terhenyak, sampai Abi mengejutkannya, "Tolong bilang sama teman kamu itu, nggak usah sibuk mengintip dari semak-semak."

Alexa menoleh kearah yang ditunjuk Abi dengan telengan kepalanya. Sekelebat dua orang bersembunyi disana, siapa lagi kalau bukan Ningsih dan Wahyu. "Kenapa mereka akhir-akhir ini selalu mengintip Abi?" gumam Alexa dalam hati.

Alexa beranjak lalu menghampiri keduanya, "Kenapa kalian selalu mengendap di balik semak-semak?" tanya Alexa.

Ningsih tersipu malu, "Hehe, Kami mau nyari capung kok? Iya 'kan Yu?" Ningsih menunjukan capung di dalam plastik yang terikat.

"Capung itu memang sudah kalian siapkan! Lagian semak ini gersang, capung mana yang mau berkeliaran disini?"

Wahyu berusaha berkilah, "Memang kami cari di tempat lain tadi, tapi masih kurang. Jadi kami ke sini..."

Obsession Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang