Bab 20

3.8K 287 14
                                    

Bagian 20.
Aku bukannya tidak suka Wanita. Aku suka. Hanya saja kalau ada yang lain maka aku pilih yang lain.


Aku baru saja akan menyelesaikan beberapa laporan terkait situasi dan kondisi di kabupaten ini. Bulan lalu aku menerima tawaran di kantor pusat TNI Angkatan darat jika tahun depan telah menyelesaikan pendidikan SESKO TNI. Ada banyak keuntungan jika tahun depan aku bisa bertugas di Mabes, namun entah kenapa hatiku tidak tergerak untuk menerima. Hans masuk dan mengatakan jika adikku Sasran datang. Aku keluar dari ruangan dan melihatnya masuk melalui pintu ruang tengah.

Baru tadi pagi dia menghubungiku jika dia akan berkunjung namun malam ini dia sudah ada di sini.

"Pantas saja Abang jarang pulang. Tempat ini luar biasa." tawa Sasran masih menular seperti biasa. Aku ikut bahagia dalam hati melihatnya.

"Jadi apa gerangan sebab yang bikin kamu ada di sini?"

"Gak ada yang istimewa Bang. Hanya ingin melihat tempat abang tugas gantiiin ibu."

Sudah kuduga pasti ibu yang menyuruhnya datang. Dulu hampir tiap tahun ibu selalu bergantian mengunjungi anak-anaknya meski tempatnya jauh atau dipelosok dunia sekalipun. Aku ingat Sasran pernah menerima kedatangan Ibu di dubai dalam kondisi dia sedang bersama teman kencannya. Sasran berjanji pada dirinya sendiri jika itu terakhir kalinya dia akan memberitahu ibunya dimana lokasinya beristirahat.

"Berapa hari?"

"Dua hari. Lusa aku balik. Ini juga kebetulan karena sebulan ini aku gantiin flight teman yang lagi sakit parah, sebagai gantinya bulan ini sama tiga bulan lagi pas acaranya Sidni aku bisa ambil libur Panjang."

"Good."

"Ck, Eh bang, mau sampai kapan kata ibu, Abang menolak dicarikan pendamping? Diantara kita bertiga Ibu paling kepikiran Abang."

Aku membalas tatapan Sasran tanpa menoleh. "Aku sudah pernah, lebih baik kamu dan Sunan yang berpikir ke depan, udah dapat calonnya?"pancingku lalu mengalihkannya. Perasaanku tidak enak jika maksud kedatangannya salah satunya karena Disa. Dia pasti tahu Disa ada di sini.

"Udah. Gak usah jauh-jauh. Aku sulit mengajak dan mencari Wanita. Abang pasti udah tahu siapa yang aku maksud."

"Tidak. Kalau yang kamu maksud Disa. Abang tidak akan pernah setuju."

"Aku sama Sunan sepakat, dengan DIsa menjadi pendamping salah satu dari kami, ibu bisa tenang."

"Tidak. Ada banyak Wanita lain. Aku kenal Sunan, dia hanya berusaha menyudutkan kamu, Sasran. Aku yakin kamu udah kenal banyak wanita."

Sasran membuka jaket kulitnya dan menyampirkannya di bahu sofa. Aku memberi kode pada Kania agar menunda talenan yang akan dia bawa ke tengah kami.

"Banyak Bang. Sasran kenal banyak wanita, tapi belum ketemu yang istimewa."

"Menurut kamu Disa istimewa?"

"Kenapa tidak? Disa cantik, dia artis, Ibu sayang sama dia, aku gak perlu jadi siapa-siapa, dia udah tahu keluarga kita luar dalam."

Ternyata hal ini lebih ruwet dari yang aku bayangkan. "Kamu tidak bisa memutuskan menikah hanya karena tidak ada pilihan Sasran, itu bukan Tindakan bijaksana. Kamu tidak menyukai DIsa dan mengenalnya, andai kamu tahu latar belakang dia, pasti kamu berpikir seribu kali sebelum mengatakan ini."

Tatapan mata Sasran memicing seolah meminta penjelasan lebih lanjut dariku. "Aku tidak bisa memberitahu kamu apapun, tapi kamu harus sadar jika Disa tidak akan bisa jadi anggota keluarga kita. Titik."

"Aku tidak percaya Abang ikut-ikutan kepengaruh Sastri mikirin latar belakang dia. Bukannya cukup dia baik dan kepribadiannya Bang? apa lagi masalahnya?"

Jodoh Beda UsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang