Bab 39

2.7K 260 6
                                    


Semoga beruntung.

🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱

Bagian 39

Pagi harinya kami bangun kesiangan. Sialnya aku seperti tidur mati. Aku baru tersadar saat Bang Sultan secara samar memaki kemudian menarik kuat-kuat jempolku kakiku. Lebih naas lagi alarm dari ponselku sama sekali tidak terdengar. Jadi saat Bang Sulthan mandi, aku gelagapan mempersiapkan seragam milikku sendiri. MUA yang pagi ini bertugas mendandaniku telah mengirim chat jika dia sudah sejam menunggu di depan rumah. Namun aku belum bisa memintanya masuk karena Bang Sulthan sendiri belum selesai berpakaian.

"Bang, yang mau dandanin Disa bentar lagi masuk kamar, masih gak telat kan ya?,"tanyaku saat melihatnya memakan beskap berwarna abu. Pagi hingga siang hari para keluarga memakai kebaya berwarna silver. Malam harinya saat resepsi kami mamakai kebaya pink keunguan. Mujur bagiku karena untuk resepsi aku tak perlu mencari baju yang warnanya mirip. Kak Sidni menyiapkan kebaya seragam untukku. Jadi saat aku masih di luwuk, Uti kuminta untuk mendatangi tukang jahit langgananku. Setidaknya dia sudah hapal bagaimana seleraku.

"Suruh masuk aja."jawabnya tanpa melihatku.

"Eh tapi abang jangan keluar dulu ya, tungguin Disa selesai mandi,"kataku setengah berteriak lalu masuk ke kamar mandi.

Lima menit yang singkat bagiku masuk kamar mandi dan mendapati diriku lupa membawa handuk. Walhasil aku hanya menggunakan baju tidur satu tali tadi menutupi tubuhku bagian depan dan tak lagi pusing bagian belakang. Anggap saja yang aku lakukan adalah Latihan tipis-tipis.

"Astagafirullahhh Disaaa...... A-apaaa yang..."

"Aduh Bang... Disa buru-buru. Anggap aja gratis. Lagian hanya bagian belakang juga,"jangan tanya gimana raut wajah Bang Sulthan, karena aku tidak sempat melihatnya. Karena aku sibuk mencari handuk. Lalu saat handuk kutemukan di tempat itu juga kukenakan handukku tanpa memperdulikan Bang Sultan dibelakangku.

"Lain kali pastikan kamu bawa handuk ke kamar mandi. Kurang jelas apa sih penyampaiannku semalam?"protesnya tegas. Namun aku sibuk mengeringkan badan kemudian lanjut melumuri seluruh tubuhku dengan lotion, lalu dilanjut dengan parfum favoritku.

"Bang... udah gak usah jaim-jaim. Meski Abang alergi sama DIsa, gak usah terlalu kaku. Oke? Abang juga yang untung dapat pemandangan gratis pagi-pagi."

"Sinting!"

"Bodo amat."
"Kamu bilang apa?"

"Disa bilang BO-DO A-MAT... ini dalam kondisi darurat Bang, gak ada waktu, mana Abang belum sarapan, dah turun dibawah sarapan. Kalau Disa dicariin bilang aja masih keramas yang ketiga kalinya."

"Kenapa aku harus bilang kamu keramas tigas kali?"tanyanya dengan tangan terlipa di dada.

"Ya Abang bilang aja, kepala Disa kotor, dih Bang Sultan pangkat aja gede... udan sana turun. Gak enak sama orang, ini udah mau jam delapan."

Tak berapa lama setelah Bang Sultan turun, MUA yang telah menungguku sejak pagi akhirnya masuk ke kamar. Butuh hampir sejam bagiku bersiap dan mengenakan semua printilan. Hari ini aku sengaja mengatakan tak ingin ada sanggul sanggulan. Aku mau rambut panjangku dibiarkan tergerai namun sedikit sisi rambut kanan dan kiri dibiarkan bertemu dibelakang kepala dicacing hingga membentuk pita. Ya anggap saja pengganti sanggul.

Saat kurasa penampilanku telah maximal dan turun dari tangga beberapa mata melihatku. Namun aku langsung bergerak ke kamar kak Sidni karena aku takut jika dia membutuhkan bantuanku.

"kak Sid, butuh bantuan? Atau pengen diambilin sesuatu?"sapaku saat melihatnya yang tengah duduk di tengah ranjang, aku mendapati hampir semua mata memandangku. Namun aku tidak bisa menebak isi kepala mereka saat melihatku.

Jodoh Beda UsiaWhere stories live. Discover now