Bagian 58

3.6K 264 17
                                    

Bukunya masih ada 12 set.
Idr. 250rb
Bisa ke shopi atau dm instagramku yak.

🏝🏝🏝🏝🏝🏝🏝🏝🏝🏝🏝🏝🏝🏝🏝🏝

Bagian 58

Satu hari sebelum resepsi aku menerima kabar dari Qodril jika tiga hari ke depan aku diwajibkan mengikuti pelatihan kepemimpinan untuk para ketua PERSIT. Pelatihan ini dilaksanakan dua hari. Seluruh istri dari pimpinan satuan dari tiap cabang hingga kabupaten diwajibkan datang. Pelatihan ini sendiri dilakukan di kota Palu dengan menunjuk Batalyon Infanteri 711/Raksatama atau Yonif RKS yang masih berada dibawah Komando Kodam XIII/Merdeka sebagai tempat berlangsungnya kegiatan. Bertindak sebagai panitia pelaksana adalah PERSIT KCK Yonif 711 dibawah komando langsung Ibu ketua PERSIT KCK Merdeka.

Aku membaca surat pemberitahuan itu sebagai tanda keramat karena aku harus meminta ijin lagi dengan konsekuensi penukaran jam kerja yang bakalan padat. Padahal aku mulai terbiasa bekerja 8-10 jam tiap hari.

Selama prtengkaran kami malam itu Bang Sultan tidak lagi banyak bicara. Dia akan masuk tidur di kamar dan keluar kamar sebelum aku bangun. Biasanya dia akan masuk kamar dalam pakaian olahraga dan keluar dengan pakaian Dinas. Aku hampir hapal semua aktifitasnya bahkan hanya dengan tiga minggu tinggal bersamanya. Senin hingga rabu pagi sebelum apel pagi dia akan menemani para prajurit baru berlari dan Latihan fisik. Biasanya para prajurit senior yang lain akan lari terbirit-birit jika telah melihat Bang Sultan telah berada di lapangan turun tangan langsung meihat Latihan para prajurit baru. Hanya Qodril dan Hanan, perwira yang menurutku memiliki indeks rasa malu yang sulit ditebak. Di sisi lain mereka akan tampak seperti bawahan yang patuh, namun Ketika dirumah mereka pasti akan cari gara-gara dengn sasaran Bang Sultan.

“Bu, pudding yang ibu buat siang kemarin diminta Bapak dihidangkan juga di Resepsi besok malam,”Kata Kanti padaku.

“Waktunya udah gak bisa Kanti, kalau bapak mau bilang aja sama petugas catering yang buat, aku sama ibu PERSIT lainnya udah selesai Menyusun menu untuk acare besok, dan malam nanti aku masih harus gladi.”

“Cie… ibu. Saya tuh baru kali ini lihat Bapak banyak diam. Apa-apa minta tanya ibu. Mau dimasakin apapun minta tanya Ibu, pilih warna taplak tanya ibu, biasanya dia bilang terserah. Atur. Oke. Atau Hmmm.”

“Ya wajar, lagian kenapa kamu tanyain Bapak soalan dapur?”protesku lalu memindahkan pakaian Bang Sultan ke keranjang pakaian kotor agar bisa dicuci oleh Kanti. Biasanya Bang Sultan yang selalu menaruhnya, namun selama berminggu minggu tinggal di sini, akulah yang memindahkan pakaian kotor dan mangaturnya kembali masuk ke lemari saat bersih dan telah disetrika Kanti.

“Biasanya Bapak gak mau pusing bu, makanya heran aja. Udah sepuluh tahun saya ikut bapak semenjak dia masih sama Bu Sele…. Eh.. ma-maaf bu. Aduh…”

Tanganku berhenti mengatur piring diatas meja lalu melihat wajah Kanti. Tiba-tiba aku sadar jika tidak tahu sama sekali tentang mantan instri bang Sultan.

“Kanti….”

“Yaa bu?”jawabnya takut-takut

“Kamu cerita dong tentang Mantannya bang Sultan, aku mau dengar, semuanya tanpa kecuali,”bisikku serius setelah berhasil menggaet tangan kanti dan memaksanya duduk di kursi pantry.

Jodoh Beda UsiaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt