BAB 25

3.3K 281 4
                                    

Bagian 25.

Mungkin ini jenis pembicaraan yang akan membuatku kelabakan jika dituntut untuk bercerita panjang lebar. Tap aku tahu Bang Sultan jauh lebih tahu banyak hal lebih dari yang aku tahu.

"Semalam aku berenang dengan Hanan bersamaku. Kami mengambil tiga cottage hingga besok. Cottage yang kamu tempati sekarang sebenarnya adalah tempatku."

Suaranya masih sedingin dan tidak bersahabat seperti biasanya.

"Aku yang lebih dulu berjalan mendekati bibir pantai saat melihat seorang gadis meneguk habis minuman lalu tak berapa lama dipapah seorang pria. Awalnya aku ingin mengacuhkannya. Tapi harusnya saat aku tahu wanita itu kamu, akan lebih baik jika pria bajingan itu menyelesaikan fantasinya. Menyelesaikan apa yang sudah dia mulai. Bukankah itu yang sering kamu lakukan dengan pekerjaanmu? Menawarkan apa yang bisa ditawarkan?"

Suara baritonnya, tiap kata demi kata seperti jarum yang melesat sempurna di dadaku. Seulas senyum tipis menjengkelkan bertengger angkuh di bibirnya. Aku tidak butuh tambahan rasa sakit lainnya dari ucapan pria di depanku. Namun aku terlampau marah. Sangat marah.

"Jadi sebelum aku tahu siapa wanita malang itu, aku sudah lebih dulu menghajar dan membuatnya babak belur tentu selain area wajah. Aku mengambil selimut yang diberikan Hanan, lalu membawamu masuk ke cottage. Qodril juga Hanan sempat memberi pria itu pelajaran sebelum mengamankan semua barang bukti. Bersyukur keadaanmu baik-baik saja meski aku tahu semalam hampir saja semua benang ditubuhmu ludes tak bersisa. Tapi, apakah coki tidak berpikir? Kenapa dia harus menggunakan cara keji? Padahal dia bisa saja meminta lebih dan menawarimu uang, begitu kan? Atau kamu menolakknya karena tawarannya rendah? Memangnya berapa tarif seorang artis dengan profesi dokter jika diajak kencan semalam?"

Buku-buku jariku memutih. Namun aku sangat sadar Ketika berdiri lalu melayangkan satu tamparan keras pada pipinya. Seolah otakku berpikir cepat. Beradu dengan beberapa peristiwa. Menyimpulkan sebuah keputusan yang akan membantuku dan membuatku menyelesaikan beberapa masalah sekaligus membuat pria di depanku kalah.

"Apa Abang lupa kalau aku punya dua abang baik hati yang akan melindungiku? Disa adalah wanita setia Bang, meskipun Disa seringnya diajak kencan, bukan berarti Disa akan sembarangan mencari pasangan. Disa baru akan menjadwalkan janji temu dengan Bang Sunan saat acara pernikahan Sidni nanti,"umpanku dan berhasil membuat dia berdiri menatapku dengan emosi yang tak bisa dia tutupi.

"Apa ini caramu berterima kasih? Setelah kuselamatkan? Setelah semua yang aku lakukan?"

Aku tertawa miris. "Apa yang sebenarnya abang harapkan? Bukannya itu tugas pelayan masyarakat? Menyelamatkan warga dan melindung hak-haknya? Abang tidak dengan sengaja menyelamatkanku,"lontarku berang. Ombak bergulung-gulung di luar sana. Sepertinya cuaca sedang plin-plan karena tak lama hujan deras turun tanpa petanda. Tanpa penanda.

"Apakah kamu sedang berusaha berbohong padaku? Katamu tidak akan pernah menyetujui ajakan adikku? Kenapa lantas berubah?"koreksinya masih dengan nada seolah sedang menginterogasiku

"Aku memang berjanji pada Abang jika itu menyangkut Bang Sasran, tapi Disa tidak berjanji jika itu Abang Sunan. Disa belum ketemu secara langsung dan mengetahui apa yang sebenarnya tawaran Bang Sunan,"jawabku penuh nyali. Kini kami saling tatap dengan amarah yang sama.

Sumpah serapah dan geraman keluar dari mulutnya. Aku sama sekali tidak pernah terpengaruh dengan ancaman apalagi amarahnya. Peristiwa kemarin makin menambah daftar pasokan nyali pada diriku.

"Seharusnya aku tahu tidak bisa mempercayaimu, tapi aku tidak akan pernah membiarkan wanita sepertimu merusak keluargaku. Terlebih aku yang menolong dan membawamu masuk ke rumahku. Jadi, aku pasti akan memakai segala cara agar adik-adikku tidak termakan topeng palsu dan bujuk rayumu,"tuturnya dengan suara lebih terkendali.

Jodoh Beda UsiaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora