Bagian 66

2.8K 214 12
                                    

Bagian 66

Aku masih sempat masuk mengisi absen dan menghadap sekali lagi ke Direktur rumah sakit tentang pelatihan yang aku ikuti. Rasanya tidak adil saat aku diberi ijin dan teman Internship yang lain harus berjibaku dengan waktu dan tenaga yang mereka miliki dan bekerja menangani pasien, namun sungguh aku tidak punya pilihan lain.

Aku meninggalkan Andi yang menerima sumpah serapah dokter senior yang baru dikabari jadwal pelaksanaan Cito yang mendadak. Aku hanya bisa menyemangati dengan memeluk. Dulu semasa Coass aku sudah sering menerima makian juga sumpah serapah, jadi jangan heran darimana asal kekebalan hati dan wajahku menghadapi emosi Bang Sultan yang naik turun. Setelah dari RS aku menumpang motor milik dr. Angkasa demi efisiensi waktu. Agar bisa cepat tiba dan karena aku harus bersiap siap. Sampai di rumah aku berpapasan dengan Bang Sultan yang melirikku dari atas hingga bawah. Saat aku menyusuri halaman batalion tadi, terlihat puluhan tantara sedang Push-Up sembari mengumandangkan yel-yel persatuan. Biasanya mereka akan melakukan hal itu berkali-kali. Kadang aku bertanya pada Bang Sultan apa sih, tujuan mereka sering dihukum seperti itu?

Kata bang Sultan : “Prajurit harus dilatih siap tempur, Push-up adalah salah satu bagian penting membentuk kekuatan lengan mereka, dan bernyanyi membuat mereka bisa melakukan dua hal dalam waktu bersamaan, mengatur napas dan mengatur nada”

Ya itu salah satu jawabannya. Aku lupa berbagai jawaban lain yang pernah dia jawab. Saat ini aku membawa tiga pakaian olahraga, tiga pakaian santai, dan dua baju wajib persatuan yang akan kami kenakan. Serta beberapa baju lainnya. Tak lupa kubawa dua sepatu dan satu hells. Satu koper mini cukup untuk membawa semua barangku.

Siang harinya aku tiba di Palu. Sudah ada yang menjemput kami di bandara. Aku bergegas mengikuti arahan dan dibawa menuju penginapan yang dekat dengan tempat kegiatan. Ada sekitar lima puluhan wanita peserta pelatihan kepemimpinana IBU PERSIT Kartika candra kirana kali ini. Aku tidak tahu persis apa saja materi yang akan disampaikan namun jujur aku sangat bersemangat mengikutinya.

Ternyata kegiatan ini adalah kegiatan yang nantinya sifatnya wajib bagi para istri perwira. Tujuannya agar istri tantara lebih siap mendampingi suami dalam melaksanakan tugas-tugas sebagai pemimpin satuan karena Istri juga ikut memimpin satuan di tempat suami bertugas.

Aku dibekali berbagai materi hingga keterampilan. Tiba di hari ketiga kami dibekali tentang metode perlindungan diri dan menyelamatkan orang lain melalui metode CPR. Kali ini aku bertindak sebagai pendamping instruktur dalam membantu ibu lainnya agar cepat menguasai prakteknya. Saat malam hari para panitia menyiapkan acara perpisahan sebelum mengantar kami ke tempat persitirahatan. Acaranya diiisi dengan diskusi sederhana hingga penguatan kapasitas,  hal-hal yang harus kami jaga hingga cara kami berdiskusi hingga meminta pertolongan dimasa sulit. Betapa teraturnya hidup seorang istri abdi negara. Aku masih ingat bagaimana kalutnya isi kepalaku saat mengetahui pesawat bang Sultan jatuh. Jujur aku tidak bisa membayangkan yang jauh lebih sulit.

Di tempat pelatihan aku akbrab dengan salah satu peserta bernama Bu Akmal. Suaminya baru saja ditunjuk menjadi DANREM  wilayah Sigi. Dia wanita yang cukup terbuka dan mudah diajak cerita. Yang menjadikan kami dekat juga karena Bu Akmal sama sepertiku, kami dokter. Bedanya Bu Akmal sangat mencintai suaminya. Itu yang kulihat, namu saat dua hari mengenalnya aku seperti menemukan teman bercerita baru yang hampir senasib denganku.

“Dulu aku dijodohin, Mbak. Pak Akmal itu orangnya kaku. Sebenarnya dia tetangga saya sih, saya yang minta sama Bapak saya buat ngajuin lamaran.”

Jodoh Beda UsiaWhere stories live. Discover now