Bagian 67

3.1K 160 2
                                    

Bagian 67

Aku segera mandi dan mengganti bajuku. Untung aku membawa celana jeanz dan baju kaos santai. Rambutku tinggal kuikat ekor kuda. Tak ketinggalan lipstick merah muda dan make-up tipis menunjang penampilanku.

"Abang gak mandi?"tanyaku

"Pulang aja baru mandi. Memangnya aku bau?."tanyanya lagi sembari mengendus aroamnya sendiri.

"Ya tanya aja, kali aja Abang gerah."

"Gak perlu. Ayo."ajaknya sembari memberiku satu helm. Tadi saat aku di kamar mandi salah seorang anggota prajurit raksatama yonif 771 datang membawa motor beserta dua helm.

Aku tak tahu kemana kami malam ini. Hanya yang aku tahu aku memeluk bang Sultan lumayan erat. Perjalanan entah menuju kemana, namun aku menyadari jalan kami menanjak. Kanan dan kiri hanyalah kegelapan. Mau kemana? Lalu tiba-tiba dia berbelok. Sebuah lapangan luas dengan mobil berjejer banyak terparkir. Sebelah utara ratusan motor juga terparkir rapi. Aku berjalan bersama Bang Sultan dan mengikutinya masuk. Lantunan music jazz dan puluhan meja yang tersusun rapi disertai lampu tumbler memenuhi area. Aku takjub bagaimana cantiknya pemadangan yang kulihat.

"Cie... Abang tahu juga nih tempat anak muda nongkrong,"godaku saat kami akhirnya mendapatkan meja. Yang membuat tempat ini menarik karena pemilik kafe ini menyiapkan ruang tertutup dan ruang terbuka. Namun ruang terbuka lebih banyak menjadi pilihan pengunjung.

Lantunan music mengawali saat salah seorang pelayan mendatangi kami. Aku memesan salad buah dan jus buah, sedang Bang Sultan meminta nasi goreng dan teh panas. Aku menambah pesanan dengan menud pisang goreng serta kentang goreng. Porsi nasi goreng yang akan datang nanti tidak akan cukup membuat perutnya kenyang. Aku yakin itu.

"Abang sering datang ke sini?"

"Baru pertama kali."

"Terus? Kok bisa tahu tempat secantik ini? Mana kota bisa kita lihat dari atas ini, ini cantik banget Bang pemandangannya."ujarku setelah mengedarkan pandangan dengan perasaan takjub luar biasa. Sebelah timur Nampak pemandangan kota palu dari atas bukti. Aku melihat ribuan lampu warna warni disertai dengan garis pantai yang memanjang.

"Sewaktu kamu mandi, aku browsing sekalian memeriksa google maps."

"Tapi aku gak pernah lihat abang ngecek Maps sewaktu kita dijalan."protesku

"Aku hanya perlu sekali melihatnya. Selebihnya jalur disepanjang kota ini udah melekat kuat. Aku hapal jalan-jalan kota ini. Dulu banget pernah tugas di sini."

Mulutku kembali membentuk huruf O. Apakah mungkin sebelum dia bertugas menjadi atasan ayahku?

"Sudah berapa lama bang jadi TNI?"

"Dua puluh empat tahun."

"Lama juga Bang. Gak kerasa ya. Sayang aja di usia gini abang belum punya keturunan, ngapain aja?"

Kusaksikan sudut mulutnya terangkat seolah memandangku penuh arti, lalu kemudian tersenyum sumringah "Aku punya Silvi dan Sean, mereka sudah kuanggap anak-anakku. Apa lagi yang kurang? Jujur aku sendiri bahkan tidak ingin lagi punya anak, mereka berdua sudah cukup bagiku."

"Serius abang gak ingin punya anak?"

"Yass serius. Punya anak lagi hanya akan membuat Sean dan Silvi tidak lagi menjadi prioritasku. Bagaimana dengan kamu? Setelah kamu mendapatkan info tentang Ayahmu, kamu akan kemana?"

"Entahlah Bang, disa pengennya sih lanjut sekolah, tapi belum tahu juga, Disa pengen ambil spesialis. Kerja di rumah sakit Luwuk bikin Disa sadar tujuan Disa yang sebenarnya."

"Kamu serius pengen lanjut sekolah Spesialis? Ambil spesialis apa?"

"Rencananya sih kandungan, bang. Entah kenapa Disa suka liat bayi, mungkin karena Disa anak semata wayang dan gak lagi punya siapa-siapa."

"Seberapa besar kamu ingin tahu tentang Ayahmu?"

Kepalaku berpaling menatap Bang Sultan. "Sangat besar Bang. Disa ahli warisnya. Biar gimanapun Disa wajib tahu kondisi Ayah Disa. Kalaupun dia meninggal maka Disa harus punya bukti otentik kalau dia memang benar sudah meninggal. Atau dia dikubur dimana, aneh rasanya Ayah bisa menghilang selama ini. Apa Abang tidak pernah mendengar apapun setelah Abang meninggalkan Ampana dua belas tahun yang lalu?"

"Sebenarnya ini masih ditelaah, kalau sudah valid, akan aku kabari. Dulu sekali aku pernah mencari keberadaan Ayahmu, karena sejujurnya dia sedang menyelidiki sebuah kasus. Namun ada sesuatu yang menghentikannya, jadi aku memilih mengikuti perintah atasan saat itu demi menunggu semuanya kondusif."

Pikiranku berkecamuk. Perintah atasan? Bang Sultan tahu? Ada apa sebenarnya?

"kapan Disa bisa tahu info yang sebenarnya Bang?"

"Paling lambat tiga bulan lagi. Ya bertepatan dengan masa jabatanku habis. Tapi.. kamu pasti tahu kalau aku bulan depan akan bertugas di tempat yang baru kan?"

Kutarik napas Panjang. "Iya Bang. Disa tahu. Tapi Abang tahu sendiri kalau Disa masih harus menyelesaikan masa internship di luwuk. Masih ada lima bulan lagi. Jadi... yaa... Disa gak bisa ikut Abang,"ujarku

"Jadi... gini Dis. Aku sebenarnya harus bilang ini ke kamu, jadi biar alasannya tepat. Aku tidak ingin orang-orang menaruh curiga saat nanti kita fix berpisah. Jadi momentum kamu tidak terlalu sering ikut aku ke Menado akan jadi alasan aku menggugat cerai kamu. Ini lebih mudah, ketimbang kamu yang mengurus. Paling sulit mengurus jika gugatan dari pihak wanita, dulu Selena butuh waktu lama dan berbulan-bulan mengurusnya. Namun jika pihak pria hanya butuh kurang dari sebulan maka putusan langsung keluar."

Aku meminum seteguk demi seteguk jus buah yang kupesan. Ada rasa sakit yang berusaha kutahan dalam diam. Air mataku sebentar lagi pasti tumpah jika aku tidak bisa mengendalikannya.

"Segera setelah urusan tentang Ayahmu selesai, aku pasti akan mulai menghubungimu bagaimana seharusnya kita menyikapi, jadi tidak akan ada kerugian. Dan... aku ingin sebisa mungkin ibu tahu tentang ini paling belakangan. Mungkin di beberapa upacara kamu tetap harus tampil menemaniku dan kita bersama menghadap Ibu, ya kurang lebih seperti ini pengaturan dariku. Gimana nurut kamu?"

"Waww rencana yang bagus Bang, Disa ikut aja, jadi setelah Abang pergi Disa udah wajib balik ke rumah petak lama ya? Kan udah gak bisa disitu lagi, iya kan?"

Bang Sultan tampak berpikir. "Sebenarnya bisa sih kamu menempati bangunan kosong di sebelah rumah kita, tap apa kamu mau?"

"Nggak deh bang, bulan depan Disa balik aja ke rumah lama, lagian uang sewanya masih ada enam bulan juga."

Akhirnya malam itu kami kembali menikmati makanan dalam keheningan. Seolah ada sesuatu yang membuatku tidak perlu banyak bicara. Mengerikan bagiku jika Bang Sultan tahu kalau aku benar-benar punya harapan untuknya.

Kami sampai di hotel hampir pukul dua belas malam. Bang Sultan sedang menunggu di depan hotel karena pemilik motor akan datang sepuluh menit lagi. Jujur mendengar penuturan Bang Sultan tadi membuatku terus menerus memikirkan perkataan Bu Akmal. Apakah aku harus mencobanya juga? Bagaimana jika gagal? Apakah malam ini saatnya?

Namun sebelum aku berubah pikiran yang aku lakukan kemudian adalah memakai satu-satunya baju tidur transparanku, memaksimalkan diriku di depan cermin, mengurai rambut, lalu menyemprot parfumku yang beraroma paling lembut, kemudian bersandar pada sofa dengan pose menantang, menunggunya dengan ponsel di tangan seolah sedang sibuk membaca sesuatu.. Ya aku harus mencobanya. Masih ada waktu sebulan membuatnya berubah pikiran.

Derap Langkah terdengar disusul bunyi handle pintu yang menutup. Aku tahu jika Bang Sultan menatapku. Namun aku memilih sibuk dengan ponsel ditanganku. Hanya beberapa detik yang dia butuhkan Ketika berhasil merebut ponsel di tanganku kemudian menaruhnya diatas meja.

"Sepertinya malam ini kamu kembali mengundangku...."

Aku tersenyum membalas tatapannya.

===========

Ahaii di KBM banyak extra part. Silahkan download apliksi KBM agar kalian bisa baca kejutan cerita tentang kisah lainnya. Cari emeraldthahir lalu temukan ceritaku yang sudah tamat lainnya di sana hanya dengan 1.500/bab.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih telah mengikuti kisah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih telah mengikuti kisah ini. Sekuelnya khusus ada di naskah abu-abu merah jambu dan tayang di KBM. Mungkin banyak dari kalian yang tanya kenapa hrus KbM kenapa bukan yang lainnya? KBM adalah platform milik penulis indonesia, kurang lebih paham apa yang penulis dan pembaca cari. Selain murah, aplikasi ini benar-benar menghargai penulis dan menerima semua masukan.

Oh iya yang mau bukunya dikirim langsung dr jogja bisa dm instagramku ya harganya naik 299k karena tersisa 3 buku (free ongkir pulau jawa)

Jodoh Beda UsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang