Bagian 65

5K 267 29
                                    

Bagian 65

Aku dan semua sontak terdiam kecuali suara Sean yang meneguk air minumnya. Lalu dilanjut dengan tingkah anehnya yang mencomot beberapa buah di piring Hanan. Kulihat Sean menatap Hanan.

“Awalnya aku pikir ada yang mengantar Silvi, dad. Tapi pas aku buka pintu gak ada orang lain, jadi aku tidak tahu kak Silvi bersama siapa semalaman.”

Aku menelan ludah gugup dan menatap Silvi.

“Silvi hanya cari udara segar sambil nonton drakor kok, Dad. Signal di kamarku sama Sean kurang bagus, jadi cari signal di luar,”jelas Silvi panjang lebar.

Aku menatap Hanan dengan pandangan mata seolah ingin memakannya hidup-hidup. Aku harus menanyainya benar-benar nanti. Aku tidak bisa membuatnya mempermainkan Silvi.

Jadi saat kami semua kembali ke kamar masing-masing dan bersiap-siap mengepak barang, aku mencarinya lalu menarik Hanan ke tempat agak sepi untuk menanyakan perihal kejadian sebenarnya.

“Nan, kamu jangan macam-macam sama Silvi ya, jangan kira aku nggak lihat kamu semalam!!.”

Wajah Hanan pucat. Ia seperti sulit berucap.

“Bu… saya memang bersama Silvi tapi sumpah demi Tuhan kami hanya cerita dan tidak bikin apapun Bu, kami hanya cerita banyak hal di api unggun terus jalan-jalan mengeliling pulau, soalnya kan lagi bulan purnama Bu.”

“Kamu gak bohong, kan?”

“Serius Bu. Saya gak bohong demi Tuhan. Lihat Bapak marah saya tidak sanggup Bu.”

Aku mendesah napas lega. “Syukurlah Nan, ingat ya, semuanya boleh kamu pacarin, selain Silvi. Oke?”

“I…iya Bu.”

“Atau kamu mau pacarin Silvi?”

“Hhmmm.. anu Bu…. Itu…”

“Pokoknya singkirin semua pikiran kotormu kalau mau karirmu berjalan lancar. Saya dengan dari Bang Sultan kalau nanti kamu juga mau lanjut sekolah S2. Pasti butuh rekomendasi kan? Nah, saya harap kamu ingat baik-baik pesan peringatan dari saya kali ini.”

Setelah berbicara dengan meyakinkan diriku jika Hanan paham apa yang aku ucapkan, aku segera melangkah menuju vila dan melanjutkan beres-beres. Saat melihat pakaianku ternyata Sebagian telah disusun rapi oleh bang Sultan. Aku tinggal mengambil barang pribadiku di kamar mandi.

Pukul sebelas siang kami sudah sampai di dermaga setelah berkeliling sekali lagi mengitari pulau. Aku sempat membawa Bu sinan mengunjungi rumah terapi ikan. Cukup kaki ditaroh di air dan puluhan ikan kecil berbagai jenis akan berkerumun lalu mengigit kulit kaki kita. Entah apa sebabnya layanan ini selalu ramai pengunjung dan hampir ada di setiap pulau-pulau yang pernah kukunjungi. Meski sampai hari ini aku belum tahu apakah ada implikasi medisnya, namun sejauh ini Bu Sinan pasti lebih paham ketimbang aku yang masih harus banyak belajar lagi tentang ilmu kedokteran.

Jodoh Beda UsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang