Bab 45

3.5K 298 13
                                    

Bagian 45

Rasa-rasanya banyak kejadian beruntun yang kualami hari ini. Dari pertama dimarahin dokter Angkasa, sekarang saat aku sampai di rumah pukul satu malam, aku malah memikirkna cara gimana agar bisa mengajak Bang Sultan live tanpa kendala. Apakah besok pagi aku harus membuatkan sarapan kesukaannya? Ya kurasa ini adalah langkah awal.

Seperti biasa aku tiba tengah malam. Dia sudah terlelap di pulau tak berpenghuni bersama kawanan srigala dan pohon kaktus kanebo berduri. Melihat caranya tidur aja bikin aku beranggapan jika manusia ini adalah jenis manusia yang dilahirkan minus empati. Hormone-hormon yang seharusnya menghasilkan empati dalam tubuhnya tidak berhasil berkembang biak karena pengaruh hormon testosterone yang terlalu mendominasi.

Tunggu. Hormon testosteron? Bukannya  di umur Bang Sultan sekarang seharusnya lagi lucu-lucunya hormone itu? Kenapa dia sama sekali tidak tertarik minimal menggodaku? Apa aku masih kurang menggoda dibanding mantan istrinya? Sepertinya tidak karena Hanan jelas mengatakan jika aku lebih menarik. Pantas saja Bu Sinan kegirangan saat mendengar anaknya membuat aku keramas tiga kali.

Atau jangan-jangan dia.... Dia Gay? Oh No. tapi... hal seperti ini bukan tidak asing di telingaku. Karena aku punya banyak kenalan dengan kondisi seperti ini. Apa ini yang membuat mereka berpisah? Seperti itu? Pernikahan hanya kamuflase? Tidak. Aku harus membuktikannya sendiri. Nanti.

Keesokan paginya aku berhasil bangun lebih pagi. Meski telat bersyukur aku bisa berada di dapur jam enam tiga puluh sembari menunggu Bang Sultan menyelsaikan lari paginya. Kata Hanan juga Qodril sehari bos nya itu bisa berlari sepuluh kilo. Kadang angkat beban sebelum tidur. Dia rutin melakukan olahraga itu. Pantas saja tubuhnya padat berisi. Berotot lebih tepatnya. Aku pernah melihat sedikit jika perut Bang Sultan memiliki bentuk. Bentuknya kotak-kotak segi Panjang gitulah.

Aku sudah selesai dengan sarapan sederhanaku. Pagi itu aku sengaja memasak bubur ayam dengan toping Ikan suir pedas. Kata bu Sinan, ini juga merupakan makanan favorite semua anaknya. Jadi, saat aku menghidangkan semua makaanan di atas meja, semua kursi langsung terisi.

"Aromanya kecium sampe di luar Bu."sahut Hans.

"Duhh lapar."

Namun meski mereka sudah sejak tadi melirik namun berlum ada satupun yang bergerak mengambil. Walhasil aku yang lebih dulu menyendok bubur tersebut ke dalam mangkok lalu memberikannya pada Bang Sultan disertai sambel dan juga kerupuk. Tak lama mereka langsung menyerbu sepanci bubur menggunakan sendok yang mereka pegang tanpa banyak bicara. Dan seperti biasa yang yang membuat tidak kebagian seincipun. Ingatkan aku untuk lebih dulu memisahkan bagianku besok. Padahal aku sudah memasak sepanci penuh. Oh tidak. Ini salah mangkoknya yang kebesaran. Besok akan kutukar mangkok buburnya.

"Wahh... luar biasa masakan Ibu. Enak. Gak salah Bapak milih istri. Biasanya pagi-pagi gini hanya sarapan roti atau nunggu kanti beli nasi kuning karena dia baru masak siang hari."tutur Qodril sembari memegang perutnya.

"Jangan dibiasakan. Gak bagus kalau kalian kekenyangan."Suara Bang Sultan menginterupsi padahal buburnya juga habis tak bersisa, memang sih ya, gak semua orang dianugrahi kemampuan bercermin. Lebih enak menyalahkan orang lain.

"Bang....Disa mau ngomong penting Bang..."selaku saat dia masuk kamar dan aku ikut mengekorinya.

"Besok kalau kamu mau masak mending pakai baju yang pantas."ucapnya tiba-tiba

Dahiku mengkerut? Apa lagi ini?

"Baju Disa gak pantas dari mananya Bang? ini disa pake celana jogger samabaju kaos hitam? Mananya yang gak pantas?"keluhku

"Tadi sewaktu kamu lalu lalang ngambil air, beberapa kali belakang bajumu tersingkap. Sengaja ya? Mau memamerkan kulitmu?"

Aku spontan tertawa. Paling pintar bayik besar ini cari perkara.

"Bang, mungkin yaa... ini mungkin. Mungkin mata Abang saja yang kelewat sensitife. Ajudan abang semuanya pada kelaparan. Mana ada ngintip kulit Disa. Atau abang yang merhatiin Disa? Tapi gak papa sih. Lagian kalau Abang yang lihat memangnya kenapa? Wong Abang udah pernah lihat dari itu juga kan?"

Kulihat dia kembali berkacak pinggang lalu melihatku dengan tatapannya yang tak biasa. Astaga aku bikin dia marah lagi. Jangan.... Please jangan dulu. Masih ada hal yang harus aku bilang.

"Kenapa kamu susah dinasehatin sih? Apa susahnya menuruti saranku?"

"Oke. Besok, Disa kalau masak pake baju yang lebih sopan. Oke?" ungkapku mencoba mengalah.

"Eh.... bang Disa pengen minta waktu Abang dua puluh menit aja, bisa nggak?"

Dahinya berkerut menatapku. Pinggangnya bersandar pada meja kerja mini dekat jendela. Meja mini itu diapit oleh lemari besar milik Bang Sultan dan lemari milikku.

"Untuk apa? Gak usah aneh-aneh."

Aku lalu mulai menceritakan pada Bang Sultan disertai tampilan akun gossip yang kulihat kemarin. Mungkin siang ini dia akan membuka identitas siapa Wanita itu. Sebelum semuanya runyam aku harus lebih dulu memberikan klarifikasi.

"Tidak. Aku tidak mau. Itu bukan tugasku."

Rasanya aku ingin menangis.

"Bang... please ini itu hidup Disa. Gak sulit kok. Kita hanya Latihan sebentar dan membuat Abang banyak senyum dan kita berlagak kayak pasangan romantis itu aja, gimana? Mau ya Bang?  Sering-sering deh Abang senyum, susah payah pipi abang ditunjuk-tunjuk sama malaikat sewaktu dikandungan agar punya lesung pipi sedalam samudra, kok jadi malas senyum sih Bang?"kataku berusaha membujuknya.

"Aku tidak bisa. Aku pimpinan. Ada norma yang berlaku dan...."

"Iya tapi..., Disa ini bukan melanggar Norma Bang. Disa ini Istri Abang."

"Hah. Istri dari mana? Kalau dengan kamu masak terus kamu disebut istri maka Kanti juga bisa masak."

"Loh? Kita udah nikah Bang, kurang bukti apalagi? Kita sekamar lo ini..."

"Aku tidak butuh teman sekamar."

"Kita bukan hanya sekedar teman sekamar Mas. Kita ini teman tidur..."ucapku tak mau kalah. Kemudian aku melihat sesuatu di matanya. Sebuah... sebuah... tunggu! Ada yang salah. Dia salah tingkah?

"Sekali aku bilang tidak ya tidak. Cukup kamu yang klarifikasi maka semua udah beres!"

"Gini aja Bang. kalau Abang temanin Disa klarifikasi dua menit aja, maka DIsa janji malam nanti gak bakalan hanya jadi teman tidur abang, gimana? Disa bakalan bikin abang senang juga main sampai puas?"

Kulihat dia kembali salah tingkah. Kurasa tawaranku berhasil. Akhirnya ya Tuhan. Aku butuh dia buat meyakinkan semua followers dan membungkam mulut nitijen julid nan kepo. Namun hingga semenit dia masih belum bersuara. Apakah tawaranku kurang menarik? Kurang menarik apanya tawaranku hingga berinisiatif temanin dia lalu bikin dia puas?

Aku sudah lemas saat di menit ke lima dia masih juga tak bersuara namun sibuk mengganti baju dinasnya di depanku. sesekali mengecek ponselnya. Oh Tuhan. Hidupku akan kacau balau. Kacau balau.

"Jam berapa livenya? Aku bisa lima menit."

Aku masih terpana selama beberapa menit. Tanpa sengaja aku melonjak kegirangan. Hahahahaha. Semprul kamu Bang. Tunggu tanggal mainnya. Kita gasskeunnn.

========

Terima kasih. Semoga ini cukup menghibur. Minggu depan di waatpad akan tayang Luka hati dita (udh tamat di aplikasi) dan luka hati samantha (on going) Jangan tanya judul yang lain 😅.

Terima kasih.

Jodoh Beda UsiaWhere stories live. Discover now