Bab 44

2.8K 230 1
                                    

Bagian 44.

Aku berangkat menuju Rumah Sakit dalam mode jengkel. Meski begitu senyum menawan masih tetap kusunggingkan pada semua tentara yang berpapasan denganku. Banyak yang curi pandang melihatku lalu saat aku tersenyum mereka tiba-tiba menunduk tidak melihatku.

"Mereka kenapa ya Nan?,"tanyaku pada Hanan.

"Ya biasalah Bu. Kaget liat Wanita cantik."

"Iya tapi kenapa kok mereka kayak liat virus?"

"Bukan virus Bu. Itu karena mereka baru kali ini liat perempuan cantik kayak ibu di kompleks ini. Terus langsung status istrinya Pak Bos lagi, ya gimana coba? Iya kan?"

Aku berdecak mendengar komentar Hanan. Siang tadi setelah mandi aku melihat apa saja menu yang akan Kanti masak siang itu. Namun saat berpapasan dengan Palu beton, napsuku hilang seketika. Aku langung sigap menelpon Hanan lalu memintanya mengantarku siang itu juga. Makan siang rencananya aku kulakukan di kantin RS. Moodku lagi tidak baik-baik saja.

Beberapa menit setelah aku tiba di rumah sakit, masih ada waktu bagiku dua puluh menit sebelum melakukan kunjungan ke pasien. Aku memesan seporsi gado-gado kemudian berlanjut selancar di dunia maya. Namun gerakanku terhenti mana kala sebuah foto pengantin yang di blur diserta caption

"Artis bookingan Om-Om akhirnya melepas masa lajang" siapakah gerangan dia?

Mataku melotot lalu mencapture isi gossip itu kemudian meneruskannya pada manajerku dengan catatan jika dalam waktu dekat aku akan live di akun ig bersama suamiku. Setelahnya aku kembali melihat belasan ribu komentar yang masuk hanya dua jam setelah berita itu dipublish. Dasar nitijen Wakanda. Demen banget urusan hidup orang. Aku mulai membaca satu per satu sembari memasukkan sesuap demi sesuap gado-gado.

"Wah...Kalau duta lambe yang ngomong bener ygy."

"Siapa cuy, spiil akun ignya kk"

"Wah.. sp tuh?"

"Info donk. Akunnya apa sih?"

"Hey lambe jangan pake petak umpet. Kita penasaran njink!"

"Alah so cakep lu, mainan om-om pula."

"Eh di aini pelakor nggak sih"

"Eh pelakor?"

"Pelakor?"

"spill akunnya kita gruduk rame-rame."

"Sialan g enak beut rasanya penasaran."

"Eh ini seriusan dia pelakor? Artis ini merebut suami org? ihh ngeri euyy."

"Woi jgn suudzon lu pade. Belum ada bukti jgn banyakan bacot."

"lotion pemutihnya kaka, terima kasih udah pake lotion kami."

"Iya aku juga pake lotionnya, tangannya jadi putih seputih salju."

"iya nih aku juga pake. Jadi kinclong makanya repeat order deh."

"Eh...lu akun jualan gak ada akhlak, org penasaran lu jualan, sini luu yee... dimana luuu... awas kalau ada mata minus masuk di komen gw, gw seruduk looo..."

"Terima kasih ya kakak berkat obat kaka aku udah gak mines lagi."

"Ya elahh..."
"mataku sembuh hanya dalam satu detik kaka."

"makasih ya kk obat mata minusnya."

"-_- Gw doain mata elu minus duluan yang ngiklan."

"Doa yang sama kaka."

"Anjirr!"

Aku menutup kolom komen setelah puas ketawa. Syukurlah aku belum nemu siapapun yang berhasil ngetag akun Instagramku. Karena jika iya, udah sejak tadi permintaan pertemananku melonjak drastis. Aku ingat bener yang membuat followersku naik siginifikan dari dua juta ke lima juta adalah kabar kedekatanku dengan Yuda Tinggardi, Intinya ini gak bakalan kudiamin lama. Kalau udah ada foto tinggal nunggu waktu akun lambe buka identitasku. Makanya aku harus segera live sama Bang Sultan. ya ha.....harus live? Apa? Sama si Palu beton? Duh Tuhan. Mengingat tingkahku tadi, Entah gimana caranya aku harus yakinin dia.

Setelah dilema Panjang dalam kepalaku, aku segera melakukan visite pasien yang menerima penangan dariku sebelumnya. Ses Risna dengan sabar membimbingku. Dalam hal ini tak jarang banyak perawat lebih mahir ketimbang Dokter jika urusan seperti ini. Tangan mereka lebih terampil serta cekatan. Berbicara tentang tangan terampil dan cekatan aku ingat dengan Bang Sunan. Tangan terampilnya dalam menjahit membuatku terpana. Dia pernah menyelesaikan proses jahitan sepuluh sentimeter kurang dari beberapa menit. Aku menyaksikannya saat aku masih Co-Ass. Untuk itu aku jadi dekat dengan bang Sunan karena sering banyak bertanya padanya.

"Kamu harusnya yang ganti perban tadi, kenapa biarin ses Risna yang kerjain? Apa gunamu?"dokter Angkasa mulai memarahiku di ruangannya.

"Maaf dok." Aku belajar banyak dari masa co-ass. Dari pada mendebat senior lebih aman jika kami meminta maaf.

"Saya tidak bisa membantu kamu kalau hal seperti ini saja kamu tidak bisa cekatan."

Aduh mampus. Mana aku mau ijin pula. Please dok.... Nyawaku dalam bahaya. Please..

"Maaf Dok."

"Sebagai gantinya kamu masih harus dampingin saya operasi sampai bulan depan."

"Iya Dok. Maaf."

....

....

"Hah? Apa dok?." Kukira aku salah dengar.

"Kamu wajib menemani saya oprasi sampai giliran dokter lainnya tiba."

"Astaga dok, please.... Kan udah ada dokter baru dua orang yang baru datang, apakah tidak bisa sift ku diganti?"

"Apa kamu tahu kamu udah banyak liburnya? nih kamu lihat absen kamu..."

"Iya dok. Maaf."

"Saya gak butuh permintaan maaf kamu. Apa memang begini ya kalian para selebriti menganggap remeh urusan mengenai nyawa orang? Kamu kalau gak becus kerja mending bilang, jadi saya gak perlu tanda tangan laporan kamu!"

"Iya dok saya minta maaf. Tapi sebelumnya saya ingin menyampaikan alasan saya dok. Kenapa saya tidak bisa di sift yang sama minggu depan, karena suami saya dok. Kegiatan suami saya padat banget, ada jadwal bentrok. Terus sebagai istri karena saya diwajibkan pintar mengatur waktu, maka saya minta dispensasi agar bisa hadir mengisi kegiatan itu juga, Dok."

Lalu kulihat ia mengangguk. Kurasa masalah satu bisa kuatasi. Ahh... akhirnya...

"Oke. Kalau begitu kamu memang lebih memilih pekerjaan kamu yaitu menemani suami kamu. Jadi Lepasin aja di sini semua kerjaan kamu, toh kami gak rugi juga kalau kamu berhenti."

Hah? Tunggu. Dia bilang apa?

"Dok... bukan gitu maksudnya. Mana ada saya keluar Internship semudah itu? Bisa-bisa saya diblackklist. Ini itu hanya tawaran aja dok, karena saya pusing harus gimana atur waktu,"keluhku mencoba membuka rasa empatinya. Dia gak mungkin tidak tahu kalau aku adalah istri seorang perwira TNI.

"Intinya kamu gak bisa ganti shif. Sampai bulan depan kamu masih bertugas siang sampai  malam. Dokter yang lain berjaga dari pagi sampai siang. Harusnya kamu bersyukur karena giliran jaga jadwal malam bisa dihitung pasien yang mesti kita tanganin. Liburmu tetap seperti biasa. Udah cukup? udah gak ada lagi yang kurang jelas kan?"

"I-iya dok." Kenapa nasibku begini sih?





Jodoh Beda UsiaМесто, где живут истории. Откройте их для себя