Epilog

2.7K 208 40
                                    

IBU BILANG kalau kita menemui orang yang tak dikenal di mimpi, kemungkinan besar aku pernah mengenalnya. Kurasa itu ada benarnya. Bisa jadi kami perpapasan di jalan. Tanpa disadari roman mukanya bakal disimpan di otak, lalu muncul di mimpi. Kadang-kadang sosoknya menjadi seorang kawan atau pacar.

Aku sering memimpikan seorang pria idaman. Sekarang ia jadi suamiku. Tidak ada yang lebih membahagiakan selain orang yang kusuka menjadi jodoh. Kebahagiaanku menjadi berlipat ganda ketika aku mengandung bayi yang sehat. Dokter bilang anakku perempuan. Suamiku senang, katanya ia menginginkan anak perempuan yang manis.

Kujaga asupan makan; kuelus perutku; kudoakan anakku.

Hari demi hari berlalu, perutku terus membesar. Kurasakan perutku ditendang olehnya. Ia minta segera lahir ternyata. Aku terkekeh kecil, “Sebentar, ya, Sayang. Mama mau bersiap-siap.”

Sehari sebelum kelahiran, suamiku sigap membawaku ke rumah sakit. Di sana kedua keluarga sudah menunggu. Mereka menanti kelahiran jabang bayi pertama kami. Dua ibuku bilang jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Dua ayahku menghibur suamiku, "istri dan anakmu akan lahir dengan selamat," kata mereka.

Suamiku sengaja menepi ke pojokan. Ia minta maaf sebesar-besarnya. Katanya ia takut melihat banyak darah. Aku terkekeh kecil, asal ia tidak kabur keluar saja.

Jantungku mengetuk tulang rusuk begitu cepat dan keras. Aku tak sabar, di lain sisi juga takut. Kontraksi yang kurasakan sudah lebih dari sehari semalam, dokter bolak-balik mengontrol. Tidak apa, katanya, aku akan kuat.

Kuremas sprei, aku mulai mengejan. Peluhku deras tak keruan. Perutku diaduk-aduk, ditusuk, ditendang, dan diinjak. Aku tidak bisa berhenti berteriak dan menangis. Paru-paruku seperti diikat tali tambang, aku dihimpit pesakitan luar biasa.

Di tengah kesakitan kudengar bayi menangis kencang. Aku membuka telinga lebar-lebar, betapa keras suara tangisannya. Aku mengejan lebih kuat lagi sampai ia keluar sepenuhnya.

Aku menangis lagi. Aku meminta maaf kepada ibuku atas semua perbuatan yang telah menyakiti mereka. Ibu bilang aku tidak pernah menyakitinya, sedangkan Mama bilang aku selalu membahagiakannya.

Dengan kelahiran cucu pertama, kebahagiaan kami tak terhitung kiranya. Dalam setiap tarikan napas kupanjatkan doa untuk mereka. Ya Tuhan, ampunilah semua dosaku dan dosa-dosa kedua orang tuaku. Sayangilah mereka seperti mereka menyayangi aku di waktu kecil.

Suamiku datang memeluk dan mencium keningku, terima kasih katanya. Ia juga tak berhenti meminta maaf. Aku tersenyum kecil, tidak apa-apa. Aku tahu dirinya takut darah. “Bayi kita sedang dimandikan. Tidak ada darah yang melumurinya.”

Ketika yang kami semua tunggu telah tiba, suamiku tidak ada hentinya mengucap syukur. Ia baru terbungkam saat suster menaruh buah hati kami ke dadaku. Aku bisa merasakan jantung mungilnya bersentuhan dengan degup jantungku.

Begitu hangat dan rapuhnya ia di dadaku. Napas kecilnya bertiup halus membelai kulit. Kutilik ia sedang tidur pulas, manik mata masih bersembunyi di balik kelopak mata yang kemerahan itu. Ia menguap kecil, segera kututup dengan telunjukku.

“Jemarinya kecil sekali,” gumam suamiku. Ujung telunjuknya bagai raksasa besar saat mengelus punggung tangan bayi kami yang merah ini. “Dahayu, siapa nama anak kita yang mungil ini?”

Suamiku berbinar-binar sembari memamerkan senyum bahagia. Ia menyerahkan nama anak sepenuhnya kepadaku. Ia selalu meminta bocoran nama, tetapi sengaja kurahasiakan.

Baru-baru ini aku membuka buku jurnal lama. Di sana sebuah nama tertulis. Nama itu muncul selepas aku bermimpi panjang di sebuah taman bunga. Aku lupa pernah memimpikan seorang perempuan. Namun tak dapat dibohongi saat diucapkan, nama tersebut membuat dadaku berdegup kencang.

"Akuibita Kaulan," kataku mantap. “Teman-teman akan memanggilnya Aku—“ kutatap lamat-lamat bayi mungilku “—tapi aku akan memanggilnya Kau.”

TAMAT












Photograph - Ed Sheeran










549 kata

AyamLincah
Minggu, 26 Februari 2023

The Crying WhalesOù les histoires vivent. Découvrez maintenant