-PROLOG-

2.4K 316 47
                                    

️ ⚠️Ambil sisi positifnya saja⚠️

Bebas berkomentar, apalagi kalau memberi saran untuk penulisan yang lebih baik. Terimakasih (◍•ᴗ•◍)

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Di suatu malam disebuah ibu kota yang ramai, terdapat tiang-tiang lampu berwarna kuning terang menerangi jalan di setiap jarak 2 meter. Menampakkan seorang gadis yang tengah berlari panik disebuah gang sempit nan gelap yang hanya diterangi lampu redup. Gusaran napasnya membuatnya mengeluarkan banyak keringat pada pelipis wajah. Dan sesekali wanita itu menoleh kebelakang untuk memastikan mereka tidak lagi mengejarnya.

Wanita itu bernama Natya Bia Alexian, dirinya yang mulai kelelahan memutuskan untuk berhenti sejenak menutupi diri dengan berjongkok disamping tempat sampah besar yang biasa digunakan restoran ataupun hotel sebagai tepat pembuangan terakhir sebelum dibawa oleh truk pembawa sampah. "Huh." Natya mengusap keringat pada pelipis wajahnya. Dengan napas yang masih gusar, ia mencoba menarik napas panjang kemudian membuangnya, melakukannya sebanyak 3 kali hingga pompa jantungnya merasa normal kembali.

"Apa yang kau lakukan disini?" Seorang pemuda memakai pakaian pelayan dengan membawa dua kantung plastik hitam dikedua tangannya.

"Hanya bersembunyi." Natya menjawabnya tanpa merubah posisi.

Pemuda itu melangkah melewatinya, meletakkan dua kantung plastik dibawah untuk membuka penutup pada tempat sampah. Setelah membukanya pemuda itu segera memasukan dua kantung plastik hitam tersebut kedalam tempat sampah.

"Ber-sem-bunyi?" Pemuda itu menutup pintu tempat sampah. "Masuk saja, didalam lebih aman." Kemudian melangkah memasuki pintu dimana tempat dirinya berlalu lalang.

Natya mengangguk, berdiri mengikuti pemuda itu dengan memasuki pintu. Selangkah dia memasuki tempat tersebut, pandangannya memperlihatkan dapur yang sudah bersih. Piring-piring sudah tersusun pada rak basah, gelas-gelas bergelantungan, dan alat masak sudah di bereskan.

Pemuda itu menutup pintu, melangkah ke-wastafel terdekat. "Sepertinya kamu kelelahan." Pemuda itu mencuci tangannya, dan mengeringkannya. Dia segera mengambil gelas pada laci bawah meja. Kemudian mengisi gelas kosong tersebut dengan air putih. "Silahkan diminum." Pemuda itu menyodorkan segelas air putih kepada Natya.

Natya mengambil gelas tersebut dari genggaman pemuda itu. "Terimakasih." Kemudian duduk di bangku terdekat. Dia meneguk air hingga habis tak tersisa. Sedangkan pemuda itu melendotkan punggungnya pada dinding menunggu Natya menyelesaikan minumnya.

Natya memberikan gelas kosong tersebut kepada pemuda itu.
      
"Sepertinya kamu sangat kehausan. Mau lagi?" Pemuda itu menawarkan kembali dengan mendekatkan dirinya untuk mengambil gelas kosong ditangan Natya.

"Tidak, terimakasih. Ini cukup."
      
"Ada apa kamu bersembunyi? Dikejar begal?" Pemuda itu bertanya penasaran. Namun hanya dijawab gelengan dari Natya.

"Pasti dikejar para laki-laki yang akan melecehkanmu?" Pertanyaan itu tetap saja dijawab gelengan dari Natya. "Lalu?"

"Aku kabur dari asrama." Natya baru saja menempati asrama tiga hari lalu. Ini semua ulah tantenya yang mengirimnya ke asrama. Padahal Natya tidak suka tempat seperti itu.

"Pantas saja pakaianmu sangat sopan." Pemuda itu memperhatikan pakaian Natya yang panjang menutupi mata kaki. Apalagi dengan posisi yang sekarang, sudah pasti sangat menutupi seluruh kaki hingga kain tersebut menyentuh lantai. Dan juga hijab instan yang dia kenakan. "Kenapa memilih kabur?"

Cahaya Transmigrasi✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن