Bab 24 rumah penyihir

223 43 0
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Di sepanjang langkah-langkahnya, Natya tak henti-henti melingkarkan tangannya pada lengan Adnan, sebab hal itu membuat dirinya merasa lebih tenang dari sebelumnya. Begitu juga dengan Adnan yang merasa senang dengan tingkah Natya ketika ketakutan.

Saat Natya menolehkan pandangannya pada Adnan, dia mendapati lelaki itu sedang tersenyum ke arahnya. "Kenapa senyum-senyum? Senang ya lihat aku ketakutan?"

"Tidak."

"Lalu kenapa kamu senyum-senyum begitu?"

"Kamu lucu saat ketakutan."

Natya langsung melepaskan tangannya dari lengan Adnan. "Tidak ada yang lucu ya! Ayo pulang sekarang!" Natya melangkahkan kakinya mendahului Adnan.

Adnan hanya tersenyum ketika Natya melangkahkan kakinya entah ke arah mana.

Natya yang menyadarinya langsung menoleh kebelakang. "Tunjukkan jalannya, aku tidak tahu!"

Adnan mengusap dahinya dengan senyuman yang belum juga mereda. Ia tidak mengerti mengapa wanita di depannya ini begitu menggemaskan layaknya anak kecil.

"Adnan! Tidak ada yang lucu."

"Iya-iya." Adnan melangkahkan kakinya mendekati wanita itu, menunjukkan arah jalan yang benar.

Sekian lama mereka melangkahkan kaki, mereka berdua menjumpai suatu tempat yang begitu berbeda dari tempat-tempat lain di desa Querins. Tempat ini bukan terlihat indah, melainkan menyeramkan. Semua pohon, batu, tanah memiliki lumut hijau. Membuat mata mereka hanya menatap lumut yang tumbuh sangat subur.

"Adnan! Bukankah tadi kita tidak melewati tempat ini."

"Kurasa begitu." Namun Adnan tetap saja melangkahkan kakinya, membuat Natya ketakutan.

"Sepertinya kita salah jalan."

Adnan menoleh ke arah Natya yang masih berdiri ketakutan, melihat suasana tempat yang cukup berbeda dari tempat lain. Tempat itu disebut hutan lumut. Adnan menjulurkan tangannya. "Ayo!"

"Aku tidak mau."

"Bukankah kau sendiri yang mengatakan ingin pulang?"

"Iya, tapi aku tidak mau melewati jalan ini!"

"Percayalah padaku, ayo!"

Natya terpaksa menerima uluran tangan lelaki itu untuk menuntunnya, agar dirinya tidak merasa ketakutan.

Semakin mereka melangkahkan kakinya memasuki tempat tersebut, semakin terlihat menyeramkan tempat itu di mata Natya. "Adnan aku takut!"

"Ada aku disini." Adnan memegang erat tangan Natya agar wanita itu tetap merasa tenang.

Tak lama dari perjalanan mereka, Adnan dan Natya menemui satu jembatan yang begitu menyeramkan ketika dilewati, namun hanya itulah jalan satu-satunya menuju tempat yang Adnan pikirkan. Sedangkan Natya tidak tahu sama sekali apa yang dipikirkan Adnan, ditambah dia hanya berpikir untuk pulang sekarang juga.

 Sedangkan Natya tidak tahu sama sekali apa yang dipikirkan Adnan, ditambah dia hanya berpikir untuk pulang sekarang juga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Cahaya Transmigrasi✓Where stories live. Discover now