Bab 22 buku sejarah

243 43 8
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Baru saja Natya mengganti pakaian, pintu kamarnya diketuk, tentu yang dia kira Eina. "Masuklah!"

Pintu terbuka, namun bukan Eina yang dia lihat melainkan pelayan lain yang pernah ikut memberikan mahkota kepadanya saat dirinya di guillotine. Kucing bewarna putih, orange, dan hitam.

"Ku kira Eina, ada apa dirimu kemari?"

Wanita dengan ras kucing langsung memberikan hormat, membungkukkan badannya sejenak. "Raja memintaku mengantarkan putri keperpustakaan istana."

"Untuk apa?"

"Apakah putri lupa jika hari ini adalah jadwal putrimembaca?"

Natya sama sekali tidak tahu jika dikerajaan memiliki jadwal khusus untuk membaca. "Apakah harus sekarang?"

"Tentu putri, jika putri terus menunda Raja akan turun tangan."

"Baiklah antarkan aku kesana."

Pelayan tersebut kembali memberi hormat dengan membungkukkan tubuhnya, kemudian melangkah menuntun arah jalan ke perpustakaan istana.

Sesampainya di perpustakaan, pelayan itu hanya mengantarnya sampai depan pintu dan tetap berdiri disana. Natya tidak mengerti apa yang harus dia baca didalam perpustakaan ini. Saat dia baru melangkah masuk penjaga perpustakaan langsung menyambut. "Selamat siang putri."

"Selamat siang juga." Natya berpikir sejenak. "Memangnya sudah siang ya?"

"Tentu, putri selalu menunda saat jadwal membaca hingga waktu sudah mulai siang." Penjaga itu tersenyum melihat kedatangan Putri Rubliena dengan sukarela tanpa paksaan dari penjaga yang dikerahkan Raja. "Mari putri, bukunya sudah disiapkan."

Natya mengikuti penjaga perpustakaan. Namun saat si penjaga memperlihatkan banyaknya buku yang telah diletakkan di atas meja, Natya langsung terkejut. "Banyak banget!"

"Mengapa putri terkejut seperti baru melihat buku sebanyak itu saja? Bukankah Putri selalu membaca buku sebanyak itu?"

Natya melotot tak percaya, pantas saja Putri Rubliena selalu menunda ke perpustakaan ketika jadwal membaca telah tiba. "Aku tidak mampu membaca buku sebanyak itu."

"Silahkan duduk putri, dan nikmatlah waktu membaca." Penjaga perpustakaan itu tersenyum kearahnya. "Aku akan tetap berada dididekatmu, kau tidak akan bisa kabur, kali ini."

Natya menduduki bangku, mengambil satu buku untuk dibaca. Suasananya tidak ceria melihat buku sebanyak itu bertumpuk diatas meja. Natya membuka buku tersebut dan membaca halaman demi halaman.

Tak ada yang spesial dari buku pertama yang dia baca. "Aku lelah!"

"Putri harus menyelesaikan bukunya terlebih dahulu baru bisa beristirahat."

Natya memutar bola matanya malas, tak menyangka dirinya harus membaca buku sebanyak itu mungkin jika dilihat ada 7 atau 8 buah buku di meja. Mana mungkin dirinya bisa menyelesaikan membaca buku cepat itu? Natya juga tidak tahu bagaimana dirinya bisa kabur,bpenjaga itu terus saja memandanginya tanpa memalingkan pandangan ke arah lain.

Karena tidak ada pilihan lain, Natya kembali membaca halaman berikutnya pada buku pertamam. Sekian lama dia menyelesaikan buku pertamanya hinga menguap sangat lelah, bahkan Natya tidak pernah membaca buku secepat ini. "Aku butuh istirahat."

"Maaf putri, setidaknya kau harus membaca dua atau tiga buku terlebih dahulu. Baru aku akan mengijinkan istirahat."

Dengan rasa kesal, Natya mengambil buku bertumpuk di meja. Tatapannya makin tak suka pada si penjaga perpustakaan. Bolehkah dia berteriak? Saat Natya membuka buku itu, dia dikejutkan dengan halaman yang cocok dengan situasinya saat ini. Buku itu berisikan tentang alam lain yang kini Natya butuhkan untuk membekali dirinya.

Cahaya Transmigrasi✓Where stories live. Discover now