Bab 34 Matter Bender

197 38 0
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Natya merenggangkan tubuhnya disaat merasa hari sudah pagi. Membuka kelopak matanya dan menatap seisi ruangan yang kosong tanpa siapapun kecuali dirinya. Merasa matanya tidak menemukan Adnan dia langsung bangkit mencari lelaki itu.

"Adnan!" Namun panggilannya sama sekali tidak mendapatkan respon apapun dari lelaki itu.

Natya melangkah menatap ruangannya dengan berdiri, "Adnan kamu dimana?" Namun tetap saja tidak ada jawaban dari lelaki itu.

Natya mencoba melangkahkan kakinya menuju api yang masih menyala, duduk di dekat api tersebut. Rasa hangat terasa pada bagian kulitnya, hanya satu kata yang dapat ia ungkapkan yaitu... Nyaman.

Setelah lumayan lama duduk di dekat api, tidak ada sedikit tanda-tanda Adnan datang ke ruangannya. Natya kembali bangkit dan berjalan menuju luar ruangan, berpikir bahwa Adnan tidur di luar ruangannya. Apalagi Adnan mengatakan bahwa dirinya bisa tidur di mana saja, mungkin saja lelaki itu tidur di luar ruangan.

Natya menelusuri luar ruangannya yang begitu luas, matanya masih melihat kereta kuda mereka yang masih terparkir di dalam pabrik terbengkalai, memungkinkan bahwa Adnan masih di dalam pabrik. "Adnan! Kamu dimana?"

Tak ada jawaban apapun dari teriakannya, membuatnya terpaksa mencari Adnan sendiri dengan menelusuri pabrik terbengkalai.

Saat memasuki suatu ruangan Natya merasakan ada suatu hawa yang tak asing baginya. Hawa seperti ada suatu makhluk didalam ruangan disebelahnya, tentu Natya pikir itu adalah Adnan. Namun makhluk didalamnya tidak nampak jelas, hanya bayangan hitam saja yang terlihat. "Adnan jangan main-main!"

Bayangan hitam itu melangkah maju hingga wajahnya mengenai cahaya, sehingga menampakkan wajahnya dengan jelas. Natya melototkan matanya tak percaya, tangannya pemutipi mulutnya yang terbuka. "Pangeran Victor! Mengapa pangeran ada disini?"

Pangeran Victor kembali melangkah sedikit demi sedikit hingga memperlihatkan pedang pegang yang bergesekan dengan alas pabrik.

Suara nyaring dari gesekan pedang membuat Natya ketakutan hingga dirinya melangkah mundur. "Pangeran! Mengapa kamu membawa pedang seperti itu?"

Pangeran Victor terus melangkah santai, dengan tatapan yang menusuk. Pangeran Victor mengangkat salah satu ujung bibirnya memperlihatkan senyuman remeh.. "Padahal kau sudah tahu prinsipku putri Rubliena! Mengapa kau menjadi mereka?"

Natya tidak mengerti ucapan Pangeran Victor, prinsip apa yang ia tahu tentang pangeran Victor? Dan mengapa Pangeran Victor mengatakan bahwa dirinya menjadi mereka? Apa arti mereka? Memangnya mereka itu siapa?

Pangeran Victor masih menggesekkan pedangnya pada alas pabrik. "Kau terlihat bodoh dengan tatapan seperti itu putri Rubliena!"

"Aku tidak tahu apa maksudmu Pangeran!" Natya masih saja melangkahkan kakinya mundur hingga dirinya menjauhi pintu ruangan.

"Mengapa kau mencuri batuku?"

Alis Natya saling bertautan, dirinya sama sekali tidak tahu mengapa Pangeran didepannya menuduhnya mencuri. "Aku tidak mencurinya!"

"Tidak ada pencuri yang mengaku pencuri, putri Rubliena!" Tatapan Pangeran Victor tetap saja mengerikan bagi Natya.

"Aku tidak mencuri batu milikmu pangeran!" Matanya seketika melotot ketika punggungnya menempel pada salah satu mesin pabrik.

"DASAR PENGHIANAT!"

Pangeran Victor melayangkan pedangnya. Dengan segera Natya melarikan diri agar tidak terkena pedang Pangeran Victor.

Cahaya Transmigrasi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang