Bab 8 kembali ke istana Ventera

434 101 17
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Natya dan Adnan berjalan menuju istana dengan membawa hasil buruan yang sangat menakjubkan. "Mengapa kita membawa buruan ini keistana?" Heran Adnan yang masih membawa hewan buruan yang diletakkan pada bahunya.

"Aku mengikuti acara buruan para bangsawan," jelas Natya sambil mengamati jalan pulang.

"Kamu? Mengikuti acara para bangsawan? Kok bisa?"

"Tentu bisa, aku terjebak ditubuh wanita bangsawan ini," jelasnya yang masih fokuskan kedepan.

"Kamu anggota kerajaan?" Pertanyaan itu langsung diangguki Natya. "Sungguh beruntung dirimu, sedangkan aku hanya rakyat yang sepertinya memiliki banyak masalah, mungkin buronan."

"Mungkin hanya ragamu saja yang banyak masalah, tapi tenang saja sekarang kamu bersamaku, tidak akan ada yang berani macam-macam denganmu."

"Bagaimana aku bisa mengamankan diriku padamu, kamu juga sama saja terjebak ditubuh bangsawan itu."

"Kamu benar, tapi wanita ini sangat mengerikan, tidak seperti apa yang kamu lihat."

"Tunggu, mengapa kamu tidak memakai jilbab?" Adnan baru menyadari rambut putih Natya yang diikat kuda.

"Semua makhluk akan mencurigaiku Adnan. Jangankan jilbab, aku sebenarnya juga tidak menyukai gaun biru yang biasa dipakai putri ini," jelas Natya menolehkan pandangannya pada Adnan.

"Tapi itu dosa! Lebih baik kamu memakai kain untuk menutupi auratmu itu."

"Lebih baik kita lupakan pembicaraan ini, kita tinggal melewati gerbang ini dan terus berjalan lurus menuju istana." Natya melewatinya lebih dulu.

"Tapi menutup aurat itu penting, Natya." Adnan ikut melangkah melewati gerbang besar.

Tepat setelah melewati gerbang besar tersebut, Natya mendadak menghentikan langkahnya dan langsung menatap wajah Adnan. "Aku tahu, tapi itu dapat membahayakanku. Jika kamu tidak mau melihat auratku, tutup saja matamu. Mudah 'kan?" Natya kembali melanjutkan perjalanannya.

Berbeda dengan Adnan yang masih terdiam. Menyadari sesuatu Natya langsung menoleh kebelakang. "Kenapa berhenti?"

"Bukankah sama saja jika tidak melewati gerbang itu."

"Mungkin kamu benar. Tapi sudahlah, kita juga sudah melewatinya, lagipula tadi aku juga masuk melalui gerbang itu." Natya meneruskan langkahnya, diikuti Adnan.

"Untuk apa? Kurang kerjaan?"

Natya langsung menghentikan langkahnya, menghadapkan badannya kearah Adnan dengan tatapan sinis, kemudian kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Adnan.

"Aneh." Namun tiba-tiba dia merasakan hal yang berbeda, seperti sebuah ancaman. Dengan ketelitiannya Adnan mengamati dibalik pepohonan hutan, hingga menampakkan seseorang dengan jubah hitam sedang menarik panah mengarah ke Natya.

Adnan segera memanggil Natya seolah-olah dirinya tertinggal. "Putri! Tunggu!" Segera berlari mendekati Natya, berjalan disampingnya sengaja menutupi orang misterius itu.

"Bisakah kita jalan lebih cepat?" Tanya Adnan yang khawatir.

Dengan wajah heran Natya memandangnya. "Ada apa? Dan kenapa kamu terlihat cemas?"

Cahaya Transmigrasi✓Onde histórias criam vida. Descubra agora