Bab 48 berpamitan

159 28 1
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Melihat Adnan membawa ramuan dari penyihir dan juga membawa perlengkapan lainnya dengan tergesa-gesa membuat Natya makin heran. "Mau dibawa ke mana ramuan itu?"

Adnan langsung menghentikan aksinya dan menatap wanita berkulit putih itu. "Kau sendiri tahu bukan, apa yang terjadi hari ini! Kita harus cepat bertindak sebelum semuanya semakin berantakan." Lelaki itu kembali menata perlengkapan yang akan mereka bawa.

Natya mengangguk mendekati Adnan, serta membantu lelaki itu untuk menyiapkan perlengkapan yang akan mereka bawa. "Apakah yang ini di bawa juga?" Memperlihatkan sebuah kain putih yang ia pegang.

"Masukkan saja di dalam tas apapun yang menurutmu penting, oh ya!" Adnan menghadapkan pandangannya ke arah mata biru milik Natya. "Kapan kau melihat makhluk itu? Maksudku sejak kapan? Apakah setelah meminum ramuan itu?"

Diberi pertanyaan beruntun seperti itu, Natya berpikir sejenak, sejak kapan dirinya melihat makhluk tak kasat mata itu. "Seingatku... saat di ruangan pembelajaran, Awalnya aku melihat banyaknya bangku kosong, namun setelah pembelajaran selesai semua bangku yang kosong telah terisi oleh makhluk."

"Apa kau melihat makhluk itu sebelum memakan biskuit dariku?"

"Oh obat nyamuk?" Pertanyaan itu membuat Adnan memutar bola matanya malas, seketika mata Natya terbelalak seolah mengetahui sesuatu. "Iya! obat nyamuk itu, karena obat nyamuk itu aku bisa melihat mereka."

Adnan menganggukinya. "Baikkah kita harus membawa biskuit itu untuk perlengkapan perjalanan kita."

Setelah Adnan mengatakan hal itu, Natya sangat kegirangan bahwa dirinya akan memakan snack berbentuk obat nyamuk itu dengan puas.

Seolah mengetahui apa yang wanita itu pikirkan, Adnan langsung menegaskan. "Tidak! Kita membawanya hanya untuk berjaga-jaga, bukan untuk kau cemili!" Kalimat tersebut langsung membuat Natya merubah ekspresinya menjadi murung.

Setelah barang-barang sudah diletakkan ke dalam tas, Adnan langsung menutup tas tersebut dan bergegas keluar ruangan. "Ayo!"

"Kita akan kemana?"

Adnan menoleh ke arah wanita berkulit putih itu. "Kita akan melawan monster itu dengan cepat sebelum semuanya menjadi buruk! Kau tidak ingin terjadi apa-apa kepada semua penduduk ini bukan? Jika kita tetap diam, tidak akan ada perubahan kedepannya, yang ada dunia makin hancur. Tunggu apalagi ayo cepat!"

Natya memegang lengan lelaki campuran serigala itu. "Bagaimana dengan penduduk di sini?"

"Kau tenang saja, mereka semua sudah aku ajari untuk bertarung dan bertahan hidup, setidaknya untuk beberapa hari ke depan mereka masih bisa menjaga diri mereka masing-masing, dan kabar baiknya makhluk tak kasat mata itu hanya bisa menyerang di malam hari."

Namun Natya tidak bisa percaya begitu saja, dan melepaskan genggaman tangannya dari lengan lelaki itu. "Tadi kamu lihat sendiri 'kan? guru tadi saja bisa terjatuh akibat makhluk itu. Dan ini masih pagi, Adnan!"

"Maka dari itu kita harus cepat! Setidaknya mereka masih bisa menjaga diri mereka sebelum makin banyak makhluk yang berada di dalam bangunan ini." Adnan kembali melangkahkan kakinya keluar ruangan.

Sebelum Natya ikut dengan Adnan untuk bertempur melawan monster, wanita itu memilih memasuki ruangan pribadinya terlebih dahulu untuk mengganti pakaiannya menjadi pakaian khusus kesatria, tak lupa Ia juga membawa sebilah pedang pemberian Pangeran Victor.

Cahaya Transmigrasi✓Where stories live. Discover now