Bab 33 pabrik terbengkalai

194 38 0
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Natya sekarang sudah memakai gaun khas kerajaannya tentunya dengan warna biru dan corak putih abstrak di ujung gaunnya yang terkesan elegan. Guncangan di dalam ruangan kotak kayu kereta kuda milik Adnan membuat Natya memegangi sisi dinding kayu tersebut untuk menjaga keseimbangan tubuhnya.

"ADNAN! HATI-HATI!" Teriaknya pada kusir yang sama sekali tidak terlihat dari balik ruangan kayu.

"Siap!" Teriakan jawaban Adnan membuat guncangan di dalam ruangan semakin kecil dan makin stabil di atas jalan yang Natya sendiri tidak tahu.

"Jangan lupa ganti gaunmu! Kamu tidak mungkin menunjukkan identitasmu 'kan?" Teriak Adnan kembali.

"GAUN APA?"

"Gaun di dalam lemari!"

"LEMARI YANG MANA?" Natya melihat ada dua lemari di dalam kotak kayu, yang pertama adalah lemari kecil yang waktu lalu berisikan makanan dan yang satu lagi dengan ukuran yang sedikit lebih besar walaupun bentuk dan jenisnya sama.

"Yang kotak!"

"LEMARINYA KOTAK SEMUA, ADNAN!"

"Cari sendiri ajalah, aku masih fokus lewat hutan!"

Mendengar teriakan jawaban dari Adnan,  Natya sedikit kesal dan membuka salah satu lemari di antara dua lemari di dalam ruangan. Namun baru saja membuka, kotak tersebut berisikan buah-buahan, bekal untuk mereka berdua. Tentunya sudah jelas bahwa kotak satunya adalah gaun yang harus dia pakai.

Natya membuka kotak lemari satunya, dan benar sesuai dugaan, kotak tersebut berisikan gaun sederhana yang pernah Natya pakai sebelumnya namun dengan warna dan corak yang berbeda. Natya membuka lipatan gaun, melihat secara detail, gaun itu memiliki lengan yang panjang dengan rumbai-rumbai kecil melingkar pada ujung lengan. Garis lehernya berbentuk "U" dan bagian pinggang yang tergolong kecil sudah pasti terlihat ramping di tubuhnya, gaun tersebut berwarna kuning dengan motif bunga-bunga berwarna merah serta dedaunan hijau.

"Hey! Mengapa warna kuning?" Natya tidak menyangka bahwa gaun yang akan ia pakai berwarna cerah. Padahal dirinya sama sekali tidak menyukai warna cerah. Walaupun begitu Natya terpaksa memakai warna cerah, warna biru sebagai alasan agar semua makhluk tidak mencurigainya. Namun mengapa Adnan memberinya berwarna kuning? Mengapa tidak memberinya warna biru saja atau warna lain yang lebih gelap?

Tak mau berdebat, Natya langsung mengganti gaun elegan yang masih melekat di tubuhnya dengan gaun kuning bercorak bunga. Walaupun, dirinya kini tengah mengatur keseimbangan agar tidak terhuyung ataupun terbentur dinding kayu. Natya memakai gaun dengan punggung yang menyentuh atap ruangan kayu. Sangat kecil memang ruangan tersebut, hingga dia tidak bisa berdiri didalamnya.

Setelahmengganti pakaian dengan susah payah karena harus menjaga keseimbangannya, Natya merasa pakaian ini tidak terlalu buruk di tubuhnya, apalagi kulit putihnya mampu membuat gaunnya makin indah. "Jadi orang putih ternyata gini ya, pakai baju apa saja cocok."

Setelah lumayan lama diperjalanan, Adnan menghentikan kereta kudanya, untung saja Natya sudah siap-siap jika Adnan berhenti mendadak, alhasil dirinya tidak akan tersungkur didalam seperti waktu lalu.

Adnan membukakan pintu belakang ruangan Natya. "Kamu terlihat cantik memakai gaun itu."

Natya tidak menjawab dan hanya merangkak keluar ruangan kotak kayu. Setelah kakinya menapak pada salju, Natya menatap sinis lelaki itu. Adnan juga tidak mengerti mengapa wanita ini menampakan wajah seperti itu. Apa dia tidak suka dipuji cantik?

Cahaya Transmigrasi✓Where stories live. Discover now