Bab 35 Mama

199 36 1
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Setelah kepergian Pangeran Victor, Adnan menoleh kepada wanita yang masih tergeletak diatas lantai pabrik dengan manik mata yang sudah netral seperti sedia kala. Adnan melangkahkan kakinya mendekati wanita itu, merobek pakaian kemejanya dibalik rompi. Adnan berjongkok didekat kaki Natya melilitkan robekan kain pada luka wanita itu.

Adnan menatap manik mata berwarna biru yang masih meneteskan air mata. "Sakit?"

Natya tidak merespon apapun selain menatap dengan diam. Adnan beralih mendekat di samping tubuh wanita itu. Tangannya terangkat berniat mengusap cairan bening yang mengalir, namun belum tangannya menyentuh, Natya langsung menepis tangan Adnan begitu saja.

Adnan mengernyitkan dahinya. "Kamu kenapa?"

"Kamu masih bertanya?"

"Kita pulang! Tidak ada gunanya kita melanjutkan perjalanan." Adnan berusaha mengangkat tubuh Natya yang masih terduduk diatas alas pabrik.

"Bahkan sejak awal aku tidak tahu tujuanmu! Aku tidak mengerti mengapa kamu menyembunyikan semuanya dariku? Aku berhak tahu Adnan!"

Adnan tidak membalas ocehan Natya, ia hanya mengangkat Natya menuju kereta kudanya. Adnan membuka pintu kayu dengan sikunya meletakkan Natya didalam ruangan itu. Sebelum ia kembali menutup pintu, Natya mencegahnya.

"Aku tidak mau pulang! Antarkan saja aku ke Butik Madam Uschia."

"Tempat itu lebih jauh dari istana."

"Aku tidak peduli! Antarkan saja aku kesana, atau kamu tinggalkan aku mati disini!"

Adnan mengangguk paksa, menutup pintu kayu. Ia sebenarnya tidak mau mengantarkan Natya ketempat lain selain istana, wanita itu butuh pertolongan cepat, luka dikakinya parah. Namun dari pada wanita itu tidak mau mengobrol lagi padanya, lebih baik menuruti perintah wanita itu. Lagipula Adnan lebih tidak mau meninggalkan Natya sendiri di pabrik ini.

Adnan segera menggerakkan kereta kuda menjauhi pabrik terbengkalai, tak lupa kembali menutup akses keluar masuknya.

***

Adnan menuruni kereta kudanya dan beralih membukakan pintu kayu ruangan yang ditempati Natya. Ia langsung menjulurkan tangannya agar Natya dapat turun dengan mudah, namun sayang, tangannya ditolak mentah-mentah. Natya memilih memegangi kayu ruangan untuk membantunya turun. "Kenapa kamu tidak menggunakan tanganku saja?"

Natya tidak membalasnya, dia memilih melompat dengan satu kaki yang tegak menapak alas salju yang sudah terkikis. Baru saja satu kakinya menghentakkan bumi, Natya merasakan sakit yang luar biasa pada kaki satunya yang sama sekali tidak menapak. Getaran saat melompat membuat lukanya juga merasakan getaran sakit. Wajah Natya sangat terlihat sedang menahan sakit, sedangkan Adnan langsung memegangi wanita itu untuk membantunya menegakkan diri agar tidak jatuh.

Natya melepaskan tangan Adnan dari bahunya. "Aku bisa sendiri!" Wanita itu melangkah tertatih-tatih mendekati pintu kaca di depannya.

Walaupun begitu, Adnan tetap mengawasi Natya dari belakang agar wanita itu tidak terjatuh. Namun Natya menyadarinya hingga wanita itu menoleh dengan tatapan yang sinis pada Adnan. "Mengapa masih mengikutiku? Sana pulang keistana!"

Cahaya Transmigrasi✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora