Bab 29 Butik Madam Uschia

219 44 0
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Suasana hangat dan tenang terasa di kolam pemandian air panas. Natya memejamkan mata menikmati badannya yang begitu nikmat, membuat pori-porinya menari di dalam air hangat. "Huh." Natya merubah posisi tubuhnya menjadi tegak membuat punggungnya terasa dipijat arus yang mengalir deras melalui sebuah lubang di dinding kolam.

"Putri! Mau sampai kapan berendam disana?"

Natya membuka kelopak matanya, menatap Eina diatas kolam dengan tatapan sayu. "Kenapa? Kamu lelah berdiri? Duduklah! Atau kamu mau ikut berendam bersamaku?"

Eina beralih dengan posisi berjongkok tepat disamping putri Rubliena. "Aku hanya bosan."

Natya terkekeh mendengarnya. "Berani kamu berkata seperti itu padaku?"

Eina langsung melotot mendengar sahutan putri Rubliena, membuat matanya tidak sayu lagi.

"Awas matamu lepas jika terus melotot seperti itu." Natya kembali tertawa.

"Putri, jangan becanda begitu! Aku sudah ketakutan."

"Kenapa? Memangnya aku semenyeramkan itu?"

"Iya."

"Heh?" Dahi Natya mengeryit mendengar hal itu. Mana mungkin dirinya yang lemah lembut ini terlihat menyeramkan, apalagi Eina selalu melihatnya dengan penuh kelembutan, bahkan dia sama sekali tidak memperlihatkan sisi kejamnya pada Eina selama di dunia Horqiword. Namun mengapa wanita itu menganggapnya menyeramkan?

"Maaf putri aku tidak bermaksud un-"

"Sudahlah! Aku sudah malas denganmu." Natya melengoskan pandangannya kedepan membuat Eina merasa bersalah. Natya menahan tawanya melihat ekspresi Eina yang ketakutan dengan memohon.

"Putri, maafkan saya."

Yap, Eina selalu mengatakan kata 'saya' saat dirinya merasa situasi tidak baik. Tak hanya itu, Eina juga menggunakan kata 'saya' ketika dirinya berasa sangat bersalah.

Kali ini Natya tidak bisa menahan tawanya. "Prff.."

"Putri! Jangan bercanda seperti itu!" Sadar Eina bahwa putri Rubliena telah mengerjainya.

"Iya-iya maaf." Tolehnya kearah Eina yang menampakkan bibirnya yang maju 2 centi. Natya seketika bangkit didalam kolam.

"Putri sudah selesai?"

"Mungkin." Natya melangkah pada lantai-lantai kolam bertingkat. Eina segera memberikan handuk putih yang di pegang sejak putri memasuki area kolam. Natya segera menerima handuk tersebut dan langsung mengunakannya untuk menyelimuti diri. "Tak kusangka udaranya dingin."

"Bukannya ini masih musim dingin Putri?"

"Ya, aku tahu. Sepertinya aku lapar, tapi aku tidak mau makan dimeja besar." Natya melangkah menuju suatu bilik.

"Baiklah, akanku bawakan makanannya kemari." Setelah mendapatkan anggukan dari sang putri, Eina segera menunduk hormat dan bergegas pergi mengambilkan makanan.

Natya beralih memasuki suatu ruangan kecil, membuka lemari untuk mengambil gaunnya yang diletakkan didalam sana. Tak lupa menarik laci pada lemari kecil. Matanya terbelalak hebat ketika tidak melihat hair dryer didalamnya. "Terus rambutku gimana?"

Cahaya Transmigrasi✓Where stories live. Discover now