Bab 12 bandit

341 73 8
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

S

etelah penembakan itu terjadi, semua bangsawan menyebar selayaknya menyudahi tontonan yang begitu biasa di hadapan mereka. Banyak dari para bangsawan kembali menaiki kereta mereka dan pergi menuju gerbang istana.

"Mari putri." Ajak Eina.

"Aku tidak salah dengan apa yang aku lihat 'kan?" Ucap Natya tak percaya melihat kondisi dua makhluk itu.

"Tidak ada yang salah putri. Mari menuju ke kereta."

"Sebentar, aku ingin berbincang dengan pangeran Victor, kamu bawa barang-barangku ke kereta terlebih dahulu."

"Baik putri."

Natya segera menuju pangeran Victor yang akan memasuki pintu istana. "Pangeran tunggu!"

Pangeran Victor segera menoleh ke arahnya, "putri Rubliena? Kenapa kau tidak pulang? Kau ingin memberikan salam perpisahan denganku ya?"

"Tentu Pangeran, tapi apa yang akan terjadi kepada dua makhluk itu?"

Pangeran Victor menaikkan satu alisnya. "Kedua makhluk itu akan mati. Kenapa kau menanyakan hal itu? Lagipula mereka tidak bisa kabur dalam keadaan seperti itu, kau tak perlu takut."

"Emm, aku kemari hanya ingin berterima kasih padamu."

"Untuk apa?" Pangeran Victor kembali menaikkan satu alisnya seolah bertanya-tanya.

"Untuk semuanya. Terimakasih Pangeran telah menyelamatkan hidupku, terimakasih selalu mendukungku, dan terimakasih selalu berada di sisiku di saat aku berada di istanamu. Kamu membuatku nyaman pangeran Victor. Kamu membuatku yakin bahwa aku akan aman bersamamu." Natya menampakkan senyuman tulus.

Disisi lain selir Gia memandang kedua makhluk yang sudah tak berjubah dalam keadaan sekarat. Dia melangkah mendekat, tepat di depan kedua makhluk itu, selir Gia berbicara. "Bukankah aku sudah memperingati kalian. Jika kalian tidak berhasil, nyawa kalian taruhannya." Tanpa basa-basi selir Gia memutar balik badannya, meninggalkan kedua makhluk tersebut dengan santai dan tanpa rasa bersalah.

***

"Kau baik-baik ya di istanamu aku akan menjemputmu suatu saat nanti," ucap pangeran Victor menyentuh bahu Rubliena.

"Iya, aku akan menunggumu. Sampai jumpa pangeran." Natya melambaikan tangannya, meninggalkan pangeran Victor. Kemudian dirinya bergegas mencari kereta kuda kerajaannya.

"Dari mana saja kau Putri? Raja sangat cemas menunggumu." Tentu saja selir Gia yang mengatakan itu.

Namun bukannya menjawab Natya segera meminta bantuan kepada pengawal membantu dirinya menaiki kereta kuda.

"Bagaimana sayang? Apakah putriku telah kembali?" Ucap sang Raja dari dalam ketika selir Gia menaiki kereta kuda.

"Ya, dia sudah kembali. Namun, dia tidak mengatakan sepatah kata pun padaku," jawabnya setelah menduduki bangku di sebelah sang Raja.

"Kau tenang saja. Putri Rubliena akan menerimamu sepanjang berjalannya waktu, lagipula dia akan senang jika memiliki adik laki-laki." Raja menenangkan selirnya yang datang dengan raut wajah murung.

Di kereta, Natya sudah terduduk, namun tetap saja kereta kuda ini tidak jalan. Natya mengetuk kaca pembatas antara dirinya dan kusir. "Mengapa engkau tidak menjalankan kereta ini? Aku muak menunggunya."

"Maaf Putri. Kereta raja belum jalan," jawabnya.

"Ada apa putri? Bukankah putri akan meminta memperlambatkan kereta?" Tanya Eina.

Cahaya Transmigrasi✓Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin