Bab 19 penyerangan

258 50 0
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Natya masih berada di dalam kamarnya menunggu kabar baik dari Eina tentang Adnan yang belum juga menampakan diri. Tak disangka ketukan pintu terdengar di telinganya. "Putri!"

Natya yang mendengar suara dari Eina, segera berteriak. "Masuklah!"

Segera Eina memasuki diri ke dalam ruangan Putri Rubliena Aendevour.

"Ada apa Eina?"

"Mari makan putri. Meja besar sudah disiapkan."

"Kukira kamu kemari mau memberikan kabar penting tentang Adnan."

"Maaf Putri. Kabar tentang Adnan sama sekali belum terdengar, bahkan dia belum menampakkan diri kepada saya, Putri."

Rubliena bangkit dari duduknya, melangkahkan kaki mendekati Eina. "Antarkan aku ke meja besar."

Eina menunduk hormat, kemudian berkata. "Baik putri." 

Saat melangkah ke meja besar, Eina sama sekali tidak berbicara kepadanya seperti biasa, membuat Natya kebingungan, melihat Eina yang hanya terdiam mengikuti langkahnya. "Eina."

"Iya putri."

"Apakah kau ada masalah?"

"Tidak putri."

"Benarkah? Kau tidak perlu malu mengatakan apapun padaku. Siapa tahu aku bisa membantumu."

"Apakah makhluk dayang sepertiku boleh jatuh cinta?"

Pertanyaan itu membuat Natya terkejut mendengarnya. Natya tersenyum. "Tentu boleh, bahkan semua makhluk bisa merasakan jatuh cinta. Mengapa kau mengatakan itu Eina?"

"Aku hanya makhluk dayang putri, bahkan di dalam buku kerajaan makhluk dayang tidak berhak menikah. Lalu bagaimana aku bisa mengutarakan cinta itu jika tidak menikah?"

Eh, memangnya dayang tidak boleh menikah ya? Natya tersenyum menatap Eina, mencoba menenangkan. "Memang makhluk mana yang bisa membuatmu jatuh cinta? Mungkin aku bisa membantumu. Kamu itu bukan hanya sekedar dayangku, tapi bagiku, kamu adalah sahabatku. Aku akan membantu kalian menikah, tidak mewah tidak apa 'kan?

"Terimakasih putri. Itu bukan masalah." Eina mengembangkan senyumnya mendengar ucapan putri Rubliena.

"Sebelumnya beritahu, siapa makhluk yang bisa membuat dayangku jatuh cinta kepadanya?"

"Em.." Eina kembali menundukkan kepalanya, dia merasa malu menyebutkan nama makhluk itu.

"Oh jadi begitu, kamu tidak mau mengatakan namanya?"

Eina tetap saja menundukkan kepalanya seolah ia susah berkata.

"Yaudah aku tidak akan membantumu, jika kau tidak memberitahuku!" Natya kembali melangkahkan kakinya lebih cepat dari sebelumnya, meninggalkan Eina.

"Adnan!" Teriakan Eina membuat Natya menghentikan langkahnya, menoleh kembali ke arah Eina.

"Adnan? Pengawal pribadiku?" Wajah Natya terlihat syok mendengar bahwa dayang pribadinya menyukai pengawal pribadinya. Itu memang hal mudah baginya untuk menyatukan mereka berdua, namun dia tak menyangka bahwa Eina menyukai Adnan. Dari mana cinta itu bermula?

Cahaya Transmigrasi✓Where stories live. Discover now