Bab 5 kerajaan Ventera

524 111 5
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Hari demi hari telah Natya lalui, latihan panahannya semakin mahir dari sebelumnya. Walaupun dirinya tidak seberuntung awal pertama kali melakukan panahan.

Hari ini tibalah acara tahunan yang diselenggarakan di kerajaan Ventera yaitu High Wetter.

"Eina, Raja benar akan mengikuti acara hari ini?" Natya bertanya kepada Eina yang sedang membawa tas berisi perlengkapan putri Rubliena untuk acara di kerajaan Ventera selama 3 hari.

"Benar Putri, ada apa?"

Natya menggelengkan kepalanya. "Tidak apa, hanya memastikan."

"Aku paham putri tidak menyukainya, jika Raja mengikuti acara tersebut sudah dipastikan selir Gia akan mengikutinya juga."

"Sudahlah Eina. Ayo!" Nayta melangkahkan kakinya lebih dulu dari Eina yang terlihat kesusahan dengan 2 tas perlengkapan putri Rubliena.

Mereka berhenti diluar istana, tepatnya berhadapan dengan kereta kuda kerajaan Aendevour dengan emblem serta bendera yang berkibar bewarna hijau, dan tentunya mewah. Eina segera dibantu pengawal yang menunggu didepan kereta kuda untuk meletakkan tas perlengkapan putri Rubliena kedalam kereta kuda.

"Apakah kita akan satu kereta dengan Raja?"

"Tidak putri, Raja dan Selir Gia akan menaiki kereta itu." Tunjuk Eina kepada kereta kuda yang lebih mewah dari kereta kuda yang akan dinaikinya. Melihat raut muka tidak suka dari putri Rubliena membuat Eina seolah salah bicara. "Maaf putri. Apakah putri tidak menyukainya?"

"Tidak apa Eina. Hanya untuk perjalanan saja, tapi kita tidak akan sekamar dengan Raja bukan?" Natya masih memandangi kereta kuda yang akan dinaiki Raja.

"Saya tidak tahu putri. Hanya kerajaan Ventera yang akan menentukannya." Perkataan Eina makin membuatnya penasaran. "Mari putri."

Ajakan dari Eina membuatnya langsung menaiki kereta kuda dengan dibantu uluran tangan dari salah satu pengawal kerajaan. Setelah dirinya mendudukkan pada bangku kereta, Eina juga memasuki kereta kuda tersebut dan duduk disebelahnya.

Melihat putri Rubliena hanya diam, Eina tidak berniat mengganggu pikiran putri sehingga dirinya juga ikut terdiam.

Kedatangan Raja beserta Selirnya membuat para mengawal menunduk hormat kepadanya. Kemudian Raja melangkahkan kaki menaiki kereta kuda miliknya bersama selir yang masih mengandung penerus kerajaan. Natya sama sekali tidak mau memandang mereka dari kejadian waktu lalu, Selir Gia begitu licik, menuduhnya karena telah mendorong.

"Rasanya aku muak, ingin kubunuh selir Gia sekarang!" ucapnya saat tak sengaja menatap wajah sok polos wanita itu serta membuatnya mengepalkan tangannya dengan gigi yang saling menekan.

Eina menatap putri Rubliena. "Akhirnya putri berpikir seperti itu."

Perkataan Eina membuatnya langsung menatap dayang pribadinya. "Maksudmu?" Ucapan Natya bertepatan dengan kereta kuda yang mulai melaju menjauhi perkarangan istana.

"Putri selalu saja mencegahku untuk melakukan sesuatu kepada selir itu, apakah sekarang putri akan memerintahku untuk mencelakainya?"

Natya hanya diam mencerna kalimat Eina, bagaimana bisa putri Rubliena berani membunuh para selir dihadapan Raja, namun tak mau melakukan sesuatu pada Selir Gia? Sebenarnya apa yang telah direncanakan wanita yang ditempati jiwanya ini?

Melihat putri Rubliena hanya diam, membuatnya angkat bicara. "Putri, bagaimana?"

"Lupakan Eina, aku belum memikirkannya. Aku tidak mau jika langkahku salah," ucapnya sebagai alasan, sebenarnya dia tidak tau apa yang akan dilakukan dan apa yang sebenarnya putri Rubliena asli pikirkan tentang selir itu.

Cahaya Transmigrasi✓Where stories live. Discover now