Bab 16 buku ramalan kuno

278 58 4
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Victor langsung memasuki ruangan dengan emosi, menampakkan tiga makhluk berbeda ras disana, dan satu orang terikat dengan badan terbalik. Victor langsung mengambil pisau diatas meja. Tanpa babibu dia menyeset leher makhluk yang terikat secara terbalik. "Selesaikan? Apa lagi?" Victor melempar pisau tersebut ke meja semula. Tanpa memperdulikan orang yang sedang meregang nyawa dibelakangnya.

"Tapi pangeran, kita belum mengetahui informasi dari makhluk itu," jelas makhluk ras kambing.

"Apa lagi yang dilakukannya makhluk ini ke pasar itu selain membocorkan informasi kerajaan? Kalian semua juga tahu disana ada kelompok yang sedang mencari informasi tentang kerajaan kita! Orang penghianat seperti dia tidak pantas hidup! Kalian mengerti?!"

"Mengerti pangeran."

"Cari tahu siapa saja yang ikut bersama kelompok ilegal itu! Jangan ganggu aku dan Rubliena malam ini!" Victor bergegas keluar berusaha secepat mungkin untuk kembali.

***

Natya segera mengecek seluruh jendela sesuai arahan pangeran. "Sudah semua, kurang apa ya?" Pikirnya sejenak. "Nyalakan api! Iya benar!" Natya bergegas menambahkan kayu pada api yang mulai redup.

"Pangeran kenapa belum datang juga sih?!" Kesal Natya. Namun dia memilih bermain kelinci yang sempat di beli bersama pangeran.

Natya mengeluarkan kelinci kecil itu dari kandangnya "Hai... aku akan memanggilmu Ciki. Apa kau suka?" Tidak ada jawaban dari kelinci kecil itu. "Diam berarti setuju." Natya mengelus lembut kelinci kecil itu. Ia sengaja menamai kelinci itu dengan kelinci didunia nyatanya.. Siapa tahu, bisa mengobati rasa rindunya dengan Ciki.

Natya mengambil sayuran yang masih ada didalam kandang kelinci, mulai menyuapi kelinci kecilnya. "Makan yang banyak yaa. Biar kau sebesar Ciki diduniaku, aku merindukannya," ucapnya sendu.

Ngingggg!!

Mendengar suara air mendidih pada teko didapur, Natya langsung berlari meninggalkan kelinci kecil sendirian diluar kandang. Natya segera mematikan kompor, mengangkat teko tersebut. Teko itu cukup canggih, alat itu memang didesain untuk cuaca dingin. Jadi jika teko itu tidak terbuka, maka suhu didalamnya akan sama seperti awal mendidih. "Untung tepat waktu." Sejenak menghela nafas. "Tunggu!! Ciki!" Natya ingat, meninggalkan Ciki sendirian tanpa memasukkan kedalam kandang.

Natya kembali mengecek kelinci kecilnya. Namun ia tak menemukannya disana "Ciki! Kau dimana?" Natya mencoba mencari diantara sela-sela kursi, bahkan juga mencari disudut-sudut ruangan. "Ciki!! Dimana sih? Ayolah Ciki, kemari!!" Namun usahanya nihil.

Natya mencoba melihat arah luar dari jendela, logikanya tidak mungkin, namun entah mengapa ia ingin menoleh kearah luar. "Ciki!" Herannya melihat kelinci kecilnya berada diluar rumah. "Ciki tunggu!" Natya bergegas memakai jaket tebalnya, mengejar kelinci kecil itu. "Kenapa Ciki bisa ada diluar sih? Bukankannya sudah ditutup semua."

Namun saat Natya keluar rumah, dia sudah tidak menemukan Ciki. "Ciki kau dimana?" Herannya yang tak melihat Ciki, namun untungnya dia melihat jejak kaki kelinci kecilnya, sehingga dapat mengikuti kemana pergi kelincinya.

Natya bergegas menutup pintu, meninggalkan rumah untuk mengejar kelinci. "Ciki! Kamu pasti kedinginan, pulanglah!"

Natya tetap mengikuti kemana jejak itu berakhir, untungnya dia sudah memasakkan makanan untuk mereka makan nanti malam dan dia juga sudah meletakkan salju buatannya didekat pintu masuk. Saat pangeran Victor datang, dia pasti akan melihat salju berbentuk love buatannya. Gembira rasanya membayangkan pangeran Victor yang akan datang, namun sekarang dia harus mencari kelincinya. Semoga saja pangeran belum pulang.

Cahaya Transmigrasi✓Where stories live. Discover now