Bab 52 merenggut nyawa

178 27 13
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

JLEP! JLEP!!

JLEP! JLEP!! JLEP!!!

Suara tombak menusuk terdengar ditelinga Natya, tapi, mengapa ia tidak merasakan apapun? Saat wanita berkulit putih itu membuka kelopak mata, matanya langsung melotot tak percaya dengan apa yang dia lihat.

Eina, dayang pribadi Putri Rubliena melindunginya dari puluhan tombak yang mengarah padanya. Seketika, tubuh kucing itu terjatuh tepat didepannya. Mata Natya berkaca-kaca melihat apa yang telah terjadi, ia bergegas mendekati tubuh kucing itu, dan meletakkan kepala Eina dipangkuannya. "Eina! Bertahanlah!"

Tak ada jawaban dari wanita itu, Eina hanya tersenyum dan akhirnya menutup kedua kelopak matanya dengan senyuman yang masih mengembang. Natya menepuk-nepuk wajah kucing itu dengan cemas, berharap wanita itu mengatakan sesuatu, namun tidak ada respon apapun dari dayangnya.

Natya melepaskan deraian air mata, hatinya amat sakit, merasa kehilangan. Bahkan, Natya berkorban untuk tidak melukai Eina, namun apa yang dilakukan Adnan! Dia membunuhnya! Membunuhnya secara sadis pada gadis kucing ini.

"Eina, bertahanlah! Kamu bilang ingin berjuang bersamaku. Bangun Eina! Bangunnnn..." Natya tidak kuat melihat tubuh Eina yang hanya diam. Ia menundukkan kepalanya meneteskan semua kesedihannya diatas kepala dayangnya.

Hal yang tak disangka-sangka, Adnan ternyata tidak tinggal diam, lelaki itu telah melayangkan banyaknya tombak dan akan melesatkannya pada tubuh wanita berkulit putih yang masih menundukkan pandangannya.

Dengan segera, Pangeran Victor melemparkan bongkahan dinding pada punggung Adnan hingga ke fokusan lelaki serigala itu hilang, benda-benda tajam yang telah melayang seketika jatuh secara bersamaan. Adnan yang berasa kesal langsung memperlihatkan tatapan tajam. Untung saja Pangeran Victor tahu bagaimana teknik penyerangan lelaki serigala itu.

Adnan membebaskan kekuatan pengendaliannya. Sejenak, benda-benda di sekitarnya bergetar dan segera menjadi senjata-senjata melayang yang mengancam. Ekspresi Adnan terlihat datar melayangkan benda-benda tersebut.

Pangeran Victor mengangkat pedangnya dengan mantap, bersiap untuk menghadapi serangan lelaki serigala itu. Adnan melemparkan serangkaian benda tajam seperti tombak, pecahan kaca, dan bongkahan dinding, dan dengan cepat melesatkannya pada Pangeran Victor.

Dalam sekejap mata, Pangeran Victor merespon dengan gerakan pedang yang cekatan, menepis dan memotong bongkahan dinding itu menjadi serpihan-sepihan kecil. Memang lain pedang Pangeran Victor ini, sangat kuat! Mari beri tepuk tangannya para readers.

Tidak berhenti di situ, dengan kelincahan yang luar biasa, Adnan memicu serangan-serangan bertubi-tubi, mengubah benda-benda di sekitarnya menjadi proyektil-proyektil mematikan yang menguji ketangkasan Pangeran Victor. Pangeran Victor harus menggunakan semua keterampilan berpedangnya untuk menghindari serangan-serangan tersebut.

Pertarungan antara Adnan dan Pangeran Victor menjadi semakin menegangkan. Adnan terus melancarkan serangan-serangan brutal yang semakin kompleks dan mematikan, menghantamkan benda benda besar kepada lelaki campuran singa itu. Sementara Pangeran Victor mempertahankan diri dengan keahlian pedangnya yang luar biasa, ia memutar, menunduk dan bersegeser untuk melindungi tubuhnya. Ruangan istana dengan pencahayaan obor menjadi saksi dari pertempuran yang sengit ini.

Pertarungan antara Adnan dan Pangeran Victor tak berhenti disitu saja. Pangeran Victor yang menghindari serangan brutal, tanpa sengaja melangkahkan pada satu jalan dengan lava merah mendidih, memperlihatkan gelembung-gelembung yang meletus dibawahnya, yang kapanpun siap membakarnya. Untungnya pangeran Victor masih bisa menghindari serangan dengan langkah hati-hati. Salah melangkah bisa sangat fatal akibatnya.

Cahaya Transmigrasi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang