34 - Dinner

31.5K 5.4K 5.3K
                                    

Vote dulu ya sebelum baca 💗 komen di setiap paragraf biar gemes 🌷💗 happy reading 🌹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dulu ya sebelum baca 💗 komen di setiap paragraf biar gemes 🌷💗 happy reading 🌹

❤︎❤︎❤︎

Caka menyeruput jus jambu yang dipesannya, sesekali melirik ke arah Alana dan Dhaziell yang tengah berbincang begitu bersemangat seolah kehadirannya tidak ada di sana. Caka bahkan tidak tahu kenapa dia bisa menerima tawaran Alvarez untuk bergabung bersama mereka.

Seperti tidak mengenal dirinya sendiri, saat ini Caka bertindak konyol. Bagaimana mungkin dia yang bisa berpikir jernih dan menata semua tindakannya kini belagak seperti keledai bodoh yang menyiksa dirinya sendiri.

Melihat Alana begitu akrab dan dekat dengan laki-laki yang tidak berkedip memperhatikan wajah cantiknya kala sedang mengoceh membuat dada Caka bergemuruh.

"Kak Iell tambah tinggi!" seru Alana.

"Iya dong, sama tambah ganteng, kan?" balas Dhaziell seraya mengedipkan salah satu matanya.

"Ganteng, tapi masih ganteng Kak Caka." Alana menjulurkan lidahnya mengejek.

Alis Dhaziell mengerut, "Caka? Siapa?"

Alana hendak mengenalkan Caka secara langsung, namun Alvarez yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya pun menyahut, "Makanya kalo orang ngenalin tuh dengerin Kak Ziell. Ini yang duduk di samping gue namanya Caka. Alana tergila-gila sama dia, nempel terus kayak lintah. Cinta mati dia sama Caka," jabar Alvarez panjang lebar.

Dhaziell melirik Caka yang duduk santai di tempatnya. Tubuh Dhaziell berputar untuk menghadap Caka. Tangannya terulur, "Sorry gue cuekin lo tadi. Gue cuma kangen aja sama Alana karena bertahun-tahun nggak ketemu. Gue Dhaziell, pangerannya little Alana."

Alana dan Alvarez yang kompak minum pun juga kompak tersedak mendengar ucapan norak Dhaziell. Bukannya menerima uluran tangan Dhaziell, Caka justru mengarah kepada Alana memberinya tisu untuk mengusap mulutnya. "Pelan-pelan," ucap Caka.

Alana mendongak menatap Caka, tangannya melambai seraya menggeleng kuat. "Kak Iell anak sahabat papi aku. Kita teman masa kecil sama kayak aku dan Kak Alvarez," jelas Alana cepat-cepat takut Caka salah paham.

"Alana, Kak Iell ngambek loh kamu nggak akuin Kakak. Dulu pas kecil kamu bilang Kak Iell prince dan kamu princess-nya?"

"Kak Ziell, udah gue geli sumpah! Alana bukan bocil lagi," gelak Alvarez. Dia merasa tergelitik karena ucapan Dhaziell.

"Kenyataan, kan, little Alana?" Ziell mencari pembelaan dengan tersenyum begitu manis ke arah Alana.

"Alana bukan anak kecil! Benar kata Kak Alvarez," Alana melirik Alvarez, "Makasih udah belain gue, Kak!"

"Wait, kenapa kamu pakai bilang lo-gue gitu? Siapa yang ajarin? Alvarez?"

Alvarez memutar bola matanya, "Jangan salahin gue terus. Kalau lo mau little Alana lo tetap polos kayak dulu, harusnya jangan ditinggal, dong! Ish! Masih untung dia gue jaga dengan benar. Masih untung juga dia sukanya sama Caka. Kalau sama orang lain habis dia," cerocos Alvarez merasa lelah sedari tadi Dhaziell menyalahkannya terus. Bahkan sebelum Alana datang Dhaziell sudah menginterogasi Alvarez becus tidak menjaga Alana.

Strawberry Cloud [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang