43 - Mencekam

29.1K 4.8K 3.7K
                                    

Vote dulu ya sebelum baca 💗 komen di setiap paragraf biar gemes 🌷💗 happy reading 🌹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dulu ya sebelum baca 💗 komen di setiap paragraf biar gemes 🌷💗 happy reading 🌹

❤︎❤︎❤︎

♪ 𝘿𝙧𝙚𝙖𝙢𝙚𝙧 - 𝙄𝙐

❤︎❤︎❤︎

Selama dua hari Alana sungguh tersiksa dengan sikap Caka. Bingung sendiri bagaimana menghadapi lelaki itu. Caka suka uring-uringan, jika ditanya Alana harus apa agar Caka merasa lebih baik, Caka justru tidak menjawab dan menghindar.

Hari ini Dhaziell sampai di Indonesia. Malam nanti Alana dan Alvarez hendak menjemput Dhaziell di bandara. Mood Caka semakin tidak karuan karenanya. Caka memang diam saat mood-nya berantakan, namun semua orang dia diamkan tanpa terkecuali. Diajak bicara tidak ada satu pun yang Caka jawab termasuk Alana.

"Kak Caka nggak capek diam terus?" tanya Alana.

Caka tetap tidak menjawab. Dia sibuk sendiri bermain ponsel.

Bilal dan Alvarez yang menjadi pajangan di sana juga hanya menjadi penonton setia drama sepasang sejoli di hadapannya. Bilal yang paling muak, kemarin dia menjadi penonton drama permantanan Alvarez dan Zea. Sekarang dia menjadi penonton drama roman picisan Alana dan Caka. Bahkan Bilal pun kena imbasnya.

Hal yang membuat Bilal maupun Alvarez kesal setengah mati jika Caka sudah uring-uringan adalah saat Caka berlaku seperti saat ini. Kekurangan dari seorang pendiam seperti Caka, jika diam ya konsisten akan diam tanpa terkecuali seperti orang yang lupa caranya berbicara, seolah tak punya lidah.

"Ini kalian kenapa, sih? Caka kalau udah diam nggak ngomong sama sekali berarti dia lagi cost play jadi si buta gua hantu. Caka bakalan—" ucapan Bilal tidak berani ia teruskan setelah Caka melayangkan tatapan mematikannya ke arah Bilal.

Bilal menelan ludahnya susah payah. Caka seperti bisa menyayat tubuh seseorang hanya dengan tatapan matanya saja. Bulu kuduk Bilal sampai meremang seperti orang ketempelan makhluk halus. "Asli gue paling takut kalau Caka udah begini. Sorry, Ka. Gue cuma bercanda aja nggak ada maksud lain. Cuma mau mencairkan suasana. Jangan dimasukkan hati."

Alvarez mengembuskan napasnya, "Lo jarang bad mood, sekalinya bad mood bikin orang lain ikut bad mood juga," komentar Alvarez santai. Dia melipat kedua tangannya di dada.

"Oh iya nanti malem jadi, kan, jemput Kak Ziell?" tanya Alvarez kepada Alana.

"Udah bahas nanti aja," sahut Alana berusaha menghalihkan pembicaraan.

"Nggak bisa gitu, dong. Kan udah dibicarain dari dua hari lalu. Kalau tiba-tiba gue batal jemput karena ada urusan mendadak, Kak Ziell nanti siapa yang jemput? Yang ada kita nggak hanya diomelin Kak Ziell, tapi diomelin bokap juga!" oceh Alvarez semakin jadi. Ia sungguh tidak peka dengan situasi. Membuat Alana geregetan sendiri.

Strawberry Cloud [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang