62 - Terkuak 2

17.9K 4.1K 5.5K
                                    

Vote dulu ya sebelum baca 💗 komen di setiap paragraf biar gemes 🌷💗 part ini sad, jadi bukan happy reading tapi sad reading ❤️‍🩹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dulu ya sebelum baca 💗 komen di setiap paragraf biar gemes 🌷💗 part ini sad, jadi bukan happy reading tapi sad reading ❤️‍🩹

Baca kalo kamu sendirian biar feelnya nyampe 🩷 sambil dengerin lagu sedih versi kamu.

Kalo aku bikin part ini sambil dengerin Sung Si Kyung yang judulnya every moment of you, sama Tanya dari Dere ❤️‍🩹

❤︎❤︎❤︎

Malam itu Caka segera mengajak Bu Marito bertemu setelah berpikir berulang kali. Ia menunggu di taman kompleks perumahan elit dekat rumah mewah wanita itu. Mata Caka merah usai menangis di perjalanan.

Bu Marito tidak menolak diajak bertemu meski hari itu sudah larut malam. Dia bahkan langsung mengiyakan dan menyuruh Caka menunggu sebentar setelah tahu dia berada di taman kompleks.

Caka menatap ribuan bintang di atas langit. Dia tidak pernah sebingung ini. Apa yang akan ia lakukan setelah Bu Marito datang? Apa ia harus marah? Caka berusaha memikirkannya.

Suara jangkrik di semak-semak, ranting yang bergesekan karena angin, serta deru napas Caka yang menggambarkan betapa lelahnya ia. Tubuh Caka begitu lemas. Masalah demi masalah tidak berhenti mendatanginya akhir-akhir ini.

Bu Marito datang dan langsung menyapa Caka. Ia duduk di samping Caka dengan merapatkan jaket yang dikenakannya. "Kamu tidak dingin? Kenapa tidak pakai jaket?" tanya Bu Marito.

"Dingin," jawab Caka singkat.

Bu Marito segera melepas jaket miliknya, kemudian menyampirkannya pada pundak Caka. "Pakai jaket saya saja. Saya pakai baju cukup tebal."

Wangi di jaket Bu Marito sangat khas. Sialnya wangi itu menenangkan Caka yang sedari tadi merasa gundah.

"Kamu mengajak saya bertemu untuk memikirkan ulang tawaran saya kemarin?" tanya Bu Marito. Caka tampak aneh malam itu, menunduk memperhatikan tanah tanpa melirik sedikit pun padanya.

"Saya sedang bingung," jawab Caka jujur.

"Bingung kenapa?"

"Perasaan saya. Harusnya saya marah dalam situasi ini, tapi justru sebaliknya. Saya heran kenapa saya merasa senang. Sangat senang sampai membuat saya menangis. Akhirnya saya menemukan orang untuk saya salahkan atas semua yang terjadi pada saya selama ini."

Bu Marito terkejut melihat Caka menangis dalam diam. Refleks dia menghapus air mata di kedua pipi Caka menggunakan punggung tangannya. "Caka, kamu sebenarnya kenapa? Kamu juga tampak pucat dan tidak sehat. Apa sebaiknya kita ke rumah sakit? Ayo saya antar."

Caka menggeleng lemas. "Saya tidak apa-apa. Hanya bingung dengan isi pikiran saya yang berkecamuk."

"Kamu bisa mengatakan semua kepada saya. Agar kamu tidak bingung seperti ini. Kamu buat saya khawatir," panik Bu Marito.

Strawberry Cloud [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang