Pakabar brey
Masih nungguin cerita ini?
Sesuai janji komen terbaik part sebelumnya jatuh pada akun
Thanks juga buat komen kalian yang lain
●
●
●
Happy reading
Tandai typo______________
_______
___
Seperti biasa yang sudah menjadi rutinitas dari Kiara setiap hari akan berkunjung di markas geng Rovier untuk menjadi guru privat dadakan bagi Xander, bahkan tak jarang terkadang ia larut dalam kebersamaan para anggota geng Rovier itu.
Sesekali Xander melirik tajam pada temen temannya yang lagi nyantai disaat dirinya justru harus berkutat dengan buku buku dihadapannya.
"Kak Xander " tegur Kiara yang lagi lagi mendapati pemuda itu tak fokus
"Ah iya?" Jawab Xander sedikit tersentak
"Fokus"
"Iya sayang" manis Xander mampu membuat Kiara tersipu
Lain halnya dengan Kiara, teman teman Xander justru dibuat merinding dengan ucapan pemuda itu. Sejak kapan ketuanya itu bisa bertingkah manis?
"Yang jomblo jangan lupa tunggakan sewaan dibumi, belum pada kelar"ejek Edgar melihat bagaimana reaksi teman temannya.
"Ututu gemesin banget bos gue ampe ginjal gue mau copot" ucap Diego sangking jijiknya
"Bacot"
Tinggallah Kenzo dan Verren yang diam tak ikut nimbrung. Varo? Jangan tanyakan sejak kumpul tadi pemuda polos itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
"Tumben nggak main hp Ver?" Tanya Kenzo. Setaunya pemuda itu paling tak bisa jika sedetik saja tak memegang hpnya.
"Di sita pak Maman" jelasnya
"Nah ketauan lagi kan lo" tuding Edgar
"Hm"
"Gini aja gini" Diego menerobos duduk diantara mereka.
"Dengerin pantun gue, yang berhasil sambungin dengan benar gue beliin hp iphone, gimana?"
Semua orang disana langsung bersiap siap mendengar soal pantun dari Diego itu, lumayan hadiahnya. Bahkan Verren yang terkadang tak peduli kini ikut menyimak.
"Bakso angsa, bakso babi. Nah lanjut" ujarnya
Sejenak mereka berpikir hingga akhirnya Edgar mengacungkan tangannya.
YOU ARE READING
Xander (End)
Teen Fiction(Budayakan follow sebelum membaca okeee💖💖) Dunia ini di penuhi ujian dan kau termasuk salah satu dari soalnya " NGGAKK!! " " Cuman terima doang apa susahnya sih? " " Lah? Kok kamu yang ngegas? " " Makanya terima! " " Harus berapa kali aku bilang...