04

64.8K 3.8K 139
                                    

HAPPY READING

*****

Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, kini Zea sedang duduk di halte untuk menunggu jemputan nya.

Sesekali ia akan bersenandung kecil dengan kaki yang diayunkan, mirip anak kecil.

Tiba-tiba ada sebuah motor yang berhenti dihadapannya, seorang lelaki.

"Naik, biar gue anter." Suara serak dan berat milik pemuda itu terendam dalam helm yang dipakainya.

Dahi Zea mengernyit bingung, "Eum, siapa ya?"

Pemuda itu berdecak lalu membuka kaca helmnya, "Ini gue, Galen."

Plin-plan banget si mas Galen, tadi aja pake aku-kamu sekarang ganti lo-gue.

"Buruan naik." Lanjut Galen seraya menutup kembali kaca helmnya.

Zea masih belum beranjak dari duduknya, dan itu membuat Galen kembali berdecak kesal, "Nunggu apa lagi sih? Ayo naik."

"Supir aku lagi jalan kesini kok, kamu duluan aja." Zea berusaha menolak tawaran Galen, sebenarnya ia masih malu dengan kejadian di rooftop saat istirahat tadi.

Melepaskan helmnya lalu turun dari motor, Galen menghampiri Zea. Ia mensejajarkan wajahnya dengan Zea, "Pulang bareng gue atau gue cipok lo disini!"

Zea refleks memukul pundak Galen, "Heh! frontal banget sih bahasanya."

Tidak ingin berlama-lama, Galen dengan mudahnya mengangkat tubuh mungil Zea lalu mendudukkannya di jok belakang motornya.

Memekik ringan karena terkejut, Zea memelototi Galen yang sedang memakai helmnya, "Gak sopan! Kalau mau gendong itu harus ijin dulu."

"Lama." Ketus Galen lalu segera naik setelah selesai memakai helm miliknya.

Zea buru-buru mengambil handphone yang berada di saku almamaternya, "B-bentar aku kasih tau pak Adi dulu."

"Yaudah buruan." Galen dengan sabar menunggu.

Zea membuka aplikasi WhatsApp lalu mengetikkan beberapa kata kepada pak Adi— Supir pribadinya, setelah selesai ia kembali menyimpan handphonenya ke dalam tas. Agar lebih aman.

"Udah." Zea memberitahu Galen.

"Hm, pegangan." Menuruti perintah Galen, Zea kini memegang dengan erat ujung jaket milik pemuda itu.

Berdecak kesal, Galen mengambil tangan Zea untuk melingkar di perutnya, "Ini baru namanya pegangan."

Zea ingin menarik kembali tangannya, namun segera ditahan oleh Galen, "Jangan kaya gini, malu tau diliatin banyak orang."

Galen menyeringai, "Yaudah terserah."

Mendengar itu membuat Zea kembali menarik tangannya, lalu dipegangnya ujung jaket milik pemuda itu.

Motor Galen mulai berjalan dengan kecepatan rata-rata, namun beberapa detik setelahnya Galen menambah kecepatan hingga membuat Zea refleks memeluk erat perut pemuda itu.

"Jangan kenceng-kenceng!" Zea sedikit berteriak.

Galen memelankan laju motornya, namun saat Zea akan menarik kembali tangannya ia dengan segera menambah kecepatan hingga membuat Zea kembali memeluk erat perutnya.

Zea memanyunkan bibirnya dengan perasaan dongkol, "Ck, iya-iya pegangan."

Mendengar itu membuat Galen tersenyum tipis dibalik helmnya, ia kemudian memelankan laju motornya.

Tunangan Antagonis Novel حيث تعيش القصص. اكتشف الآن