16

30.8K 1.5K 6
                                    

Hello, yeorobun!

Banyak banget pembaca baru yang nanya, Zea udah tunangan belum? Jadi gini, Zeanna itu udah tunangan dari beberapa Minggu sebelum ia meninggal dan raganya ditempati oleh Zea.

Di chapter tiga sama sebelas juga udah aku kasih tau lewat dialognya Galen kalau dia sama Zea itu udah tunangan, bisa dicek kembali bila mau.

HAPPY READING

*****

Pagi ini Zea sudah mulai bersekolah kembali setelah beberapa hari tidak masuk karena sakit. Ia berangkat ke sekolah bersama Galen.

Dalam perjalanan menuju sekolah, mereka berdua mengobrol santai. Tentunya Galen harus berbicara dengan sedikit berteriak, kalian tau kan jika Zea itu suka tuli mendadak ketika naik motor?

Sampai disekolah mereka berdua sudah menjadi pusat perhatian, ada banyak tatapan mata yang tertuju pada mereka. Entah itu pandangan memuja, kagum, bahkan ada juga tatapan iri dan dengki.

Zea sudah mulai terbiasa dengan itu semua, ia memilih abai terhadap pandangan semua orang padanya.

Galen merapikan rambut panjang Zea yang sedikit berantakan dengan lembut dan penuh kehati-hatian, hal itu menyebabkan beberapa orang siswi memekik kecil karena terkejut.

Mereka jelas tidak pernah melihat Galen yang memperlakukan seorang perempuan dengan begitu lembut dan penuh kasih sayang, hal itu menyebabkan sebagian dari mereka merasa iri dan marah kepada Zea.

Galen membawa Zea menuju ke kelas gadis itu, ia menggenggam tangan mungil Zea dengan erat seolah takut jika gadis itu akan hilang kapan saja.

Saat sampai dikelas Zea, Galen menyempatkan diri untuk mengecup singkat pucuk kepala gadis itu sebelum pergi menuju kelasnya.

Perlakuan Galen tanpa sadar membuat wajah Zea memanas, ia yakin sekarang ini wajahnya sudah seperti kepiting rebus.

Dengan jantung yang berdetak kencang dan wajah yang masih memerah, Zea bergerak menuju bangku miliknya.

Saat akan mendudukkan dirinya ke kursi, tiba-tiba Evelyn yang berada didepannya bersiul dengan wajah tengilnya.

"Ciee, yang berangkat sama ayang."

Zea diam, ia merasa wajahnya menjadi semakin merah sekarang ini.

"Nggak ada niatan buat traktir makan nih?" Tanya Evelyn sembari menaik turunkan kedua alisnya.

Zea menunduk, mencoba menyembunyikan senyuman yang sudah sedari tadi ia tahan.

"Minta aja sama Galen." Ucap Zea pelan.

"Sip deh." Ucap Evelyn dengan senyum lebarnya, akhirnya ia bisa makan gratis!

Tanpa mereka berdua sadari, seseorang terus menatap interaksi keduanya dengan tatapan sinis kemudian menyeringai kejam.

*****

Saat jam pelajaran dimulai, Zea mendengar penjelasan guru dengan seksama. Namun beberapa menit kemudian, ia merasa mengantuk. Zea kemudian meminta izin untuk pergi ke toilet.

Zea mengangkat tangan kanannya, "Bu, saya izin ke toilet."

Bu Merry, guru yang mengajar di kelas Zea itu mengangguk mengizinkan.

Setelah mendapatkan izin, Zea segera beranjak dari duduknya lalu mulai berjalan ke luar kelas untuk menuju toilet.

Langkah kaki Zea terdengar nyaring di lantai koridor yang sepi, sesekali ia akan bersenandung kecil dengan senyum tipis diwajahnya.

"Zee, berhenti."

Zea berhenti melangkah, ia kemudian berbalik untuk melihat seseorang yang memanggilnya. Di sana, ia melihat Austen yang sedang berjalan menuju ke arahnya.

"Lo mau bolos ya?" Tanya Austen setelah berhenti didepan Zea.

Zea menggeleng lalu menjawab, "Nggak kok, ini aku mau ke toilet."

"Yakin? Bolos yuk, kita ke taman belakang sekolah." Ajak Austen.

Zea memandang Austen bingung kemudian berkata, "Kamu kan osis, kok malah ngajak bolos?"

"Sekali-kali nggak papa lah, ehehe." Austen menyengir bodoh.

"Ayok, di sana ada Galen juga loh." Ucap Austen lagi.

Zea menimang-nimang ajakan Austen, ia kemudian mengangguk ringan. "Okay, duluan aja nanti aku nyusul, sekarang masih mau ke toilet dulu."

*****

Bel istirahat baru saja berbunyi, Zea sekarang sedang berada di kantin bersama Galen dan kedua temannya. Ia tadi ikut membolos bersama mereka.

Ia sedikit tidak menyangka bahwa Austen yang seorang osis ternyata bisa membolos juga. Ia pikir Austen itu tipe orang yang selalu mematuhi peraturan.

Ya, manusia memang sering kali salah menilai. Seperti kata pepatah, jangan menilai buku dari covernya saja.

"Zea! Lo bolos kenapa nggak ngajak-ngajak sih." Evelyn duduk disamping Zea dengan alis menukik tajam dan bibir mengerucut.

"Dasar, nggak kawan lagi kita!"

Zea meringis kecil mendengar ocehan Evelyn, "Maaf ya, kamu boleh pesen apa aja deh, nanti biar di bayar sama Galen."

Kekesalan Evelyn langsung hilang saat itu juga, ia menatap Zea dengan binar dimatanya, "Boleh beli apa aja?" Tanya Evelyn memastikan.

"Boleh dong, iya kan Galen?" Zea menatap Galen dengan senyum manisnya.

"Hm, pesen aja apa yang lo mau." Ucapnya seraya menyodorkan dua lembar uang berwarna merah kepada Evelyn.

"Yeay..makan gratis!!" Evelyn bersorak dengan girang lalu segera memesan makanannya.

"Kita nggak ditraktir juga bos?" Tanya Aiden.

"Nggak." Jawab Galen singkat kemudian kembali memakan makanannya.

Aiden berdecak kesal, "Si bos jahat banget elaahh."

Austen memukul kecil belakang kepala Aiden sembari berkata, "Lo udah habis dua mangkok bakso, anjing."

"Ya kan gue masih laper!" Ucap Aiden ngegas.

"Rakus, kayak babi." Celetuk Zea tanpa sadar.

Meja mereka hening beberapa saat, kemudian Aiden berkata sembari memegang dada kirinya dengan penuh dramatis.

"Abang sakit ati, dek."

*****

Nggak ada yang spesial di chapter ini.

Udah, aku nggak tau mau nulis apa lagi.

Bye!

1, Juli 2023
See you.

Tunangan Antagonis Novel Where stories live. Discover now