10

44.2K 2.6K 8
                                    

Double up yeay!

Karena mood ku lagi bagus jadi aku putusin buat double up, seneng ga nih?

Jangan lupa tekan vote ya!

Tandai typo.

Enjoy!

HAPPY READING

*****

Zea sekarang sedang berjalan-jalan di taman kota, ia tadi menolak untuk pulang bersama Galen dengan alasan 'ingin jalan-jalan berdua dengan Evelyn.' padahal Zea memang tidak mau pulang bersama Galen karena masih takut jika ia dibawa kembali ke apartemen lelaki itu.

Ya...masih baik jika hanya disuruh untuk menemani tidur siang seperti kemarin, jika ternyata dirinya diculik lalu dibunuh seperti yang tertulis dalam novel? Zea tidak ingin itu terjadi.

"Naura jangan lari-lari."

Zea menegang saat mendengar suara yang familiar ditelinga nya. Ia menoleh lalu kembali menegang saat melihat keluarga yang begitu ia rindukan namun juga ia benci sedang bercanda gurau dihadapannya.

"Bagaimana bisa.."

Zea bergumam dengan lirih, dihadapannya kini ada ayah dan ibunya di kehidupan sebelumnya sedang tertawa bersama Laura, kakaknya dulu. Namun bedanya sekarang Laura masih anak-anak, sekitar umur enam tahun.

"Ayah, ibu, Naura ingin membeli itu! Boleh kan?"

"Tentu, apapun itu akan ayah berikan untuk putri kecil ayah."

Tanpa terasa air mata turun membasahi pipi putih milik Zea. Ia juga ingin diperlakukan seperti itu oleh ayah dan ibunya, "Ayah..ibu.."

"Naura sayang ayah dan ibu!"

"Ayah dan ibu juga sayang kepada Naura."

Tidak tahan lagi, Zea berlari dengan kencang tak tentu arah. Pikirannya sedang kacau, ia tidak memperdulikan orang-orang yang memandangnya aneh. Sekarang ini Zea hanya ingin menangis tanpa ada seorang pun yang tahu.

Zea berhenti di sebuah gang buntu, tubuhnya meluruh bersamaan dengan air matanya yang berlomba-lomba untuk keluar. Zea tidak memperdulikan seragam sekolahnya yang sudah kotor karena tanah. Ia hanya ingin menangis.

"Kenapa..kenapa mereka jahat sama Zea?" Zea bertanya entah pada siapa.

"Zea cuma pengen disayang! Hiks..apa permintaan Zea terlalu sulit buat dikabulin?"

"Zea..Zea juga nggak m-mau lahir dengan keadaan sa-kit..."

"Zea juga pengen sehat.."

"K-kenapa hiks..kenapa?!" Nafas Zea sesak karena menangis, ia memukul dadanya yang terasa nyeri seperti tertusuk ribuan jarum tak kasar mata.

"Hiks..mereka jahat Tuhan.." Lirih Zea lalu memeluk lututnya sendiri. Mengapa keluarganya sangat jahat pada dirinya?

"Woahh! Coba lihat, siapa yang datang kesini." Segerombolan preman bertubuh besar tiba-tiba datang dan mengitari Zea yang masih terduduk di tanah dengan keadaan menangis.

Zea mendongak dengan air mata yang sudah mulai berhenti untuk keluar, "Kalian siapa?" Zea bertanya dengan takut.

"Cantik bro." Bisik salah satu dari mereka kepada temannya.

Tunangan Antagonis Novel Where stories live. Discover now