08

49.1K 2.8K 26
                                    

Vote dulu sebelum baca ෆ⁠╹⁠ ⁠.̮⁠ ⁠╹⁠ෆ

HAPPY READING

*****

Malam ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Arista, Galen beserta keluarganya datang ke rumah Zea untuk makan malam bersama.

Dan disinilah mereka semua, duduk dimeja makan menikmati makan malam diiringi dengan obrolan-obrolan ringan.

"Zea makin cantik aja ya." Celetuk nyonya Devika, ibunya Galen.

Zea tersenyum tipis, "Makasih pujiannya tante, tante juga cantik kok."

"Bisa aja kamu Zee, tante udah tua lho." Devika terkekeh kecil.

Devika memang sudah berumur 38 tahun sekarang ini, tetapi walaupun begitu, wajahnya masih tetap cantik seperti wanita yang berumur 25 tahunan.

Teringat sesuatu, Zea menatap semua orang yang berada di meja makan lalu berdehem pelan, "Ekhm..Zea mau ngomong sesuatu."

Zea menatap Galen sebentar sebelum melanjutkan ucapannya, "Zea mau pertu-" Ucapan Zea dipotong oleh Galen yang tiba-tiba saja berdiri dari duduknya.

"Maaf om, tante, Galen pinjem Zea-nya sebentar ya." Tanpa menunggu jawaban dari semua orang, Galen membawa Zea menuju lantai atas.

Sedangkan para orang tua yang menyaksikan itu hanya bisa diam seraya memandang satu sama lain sampai akhirnya tuan Rey, ayahnya Galen menyeletuk memecah keheningan.

"Hm, biasalah anak muda." Ucapan Rey mampu membuat semua yang berada dimeja makan tertawa kecil.

*****

"Galen apaan sih, lepasin nggak!" Zea mencoba untuk melepaskan cekalan Galen pada pergelangan tangannya.

Galen tidak merespon ucapan Zea, dengan wajah datar dan langkah lebarnya ia membawa Zea menuju ke kamar gadis itu.

Menutup pintu kamar Zea lalu menguncinya dari dalam, Galen memojokkan gadis itu kedinding kamar, "Udah mulai berani, hm?"

Zea takut, cara bicara dan tatapan Galen sekarang ini begitu berbeda dari biasanya. Gadis itu mencoba untuk tidak menatap tepat di manik mata Galen.

Tangan besar Galen mencengkram rahangnya kuat memaksanya mendongak untuk menatap lelaki itu, "Takut, heh?" Tanya Galen saat melihat mata Zea yang sedikit berkaca-kaca.

"Takut.." Cicit Zea dengan bibir yang melengkung kebawah. Sungguh, rasanya rahang Zea akan patah sekarang ini.

"Masih mau batalin pertunangan kita?" Kali ini, Galen terlihat sedikit lebih tenang.

Zea terdiam sejenak, lalu menggeleng dengan takut-takut.

"Smart girl. Ingat! sekali lagi kamu coba untuk membatalkan pertunangan ini, aku gak segan buat kamu kelelahan ditempat tidur." Galen melepaskan cengkeramannya pada rahang Zea.

"Aku nggak pernah main-main sama ucapanku." Lanjutnya seraya memandang Zea dingin.

Zea menelan ludah dengan gugup, tentu ia tau maksud dari perkataan Galen. Ia ini lugu bukan polos, ia bahkan sudah tau bagaimana cara untuk membuat bayi.

Memikirkan tentang dirinya yang akan diterkam oleh Galen membuatnya bergidik ngeri. Apalagi mereka belum menikah!

Galen menghela nafas lalu mengusap lembut rahang Zea yang memerah, ini ulahnya, ia membuat Zea-nya terluka. "Maaf." Galen bergumam pelan.

"Eum?" Zea memandang Galen bingung.

"Maaf sudah membuatmu terluka." Ucapnya seraya memandang Zea dengan raut bersalah. Sungguh, ia tidak sengaja melakukan itu, ia terbawa emosi tadi.

Zea diam, ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

Tok! Tok!

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar lalu disusul dengan suara lembut seorang wanita.

"Galen, Zea, kalian ngapain?" Tanya Arista dari luar kamar Zea.

Orang tua Galen sudah akan pamit untuk pulang, oleh karena itu, Arista diminta untuk memanggil Galen yang sedang bersama Zea.

Zea segera membuka pintu kamarnya, "Mommy, Zea sama Galen nggak ngapa-ngapain kok."

Arista mengusap lembut kepala Zea, lalu tersenyum saat melihat Galen yang berdiri di belakang Zea, "Galen, orang tua kamu sudah mau pulang."

"Ayo, Zea sama tante bakal anter kalian sampe depan."

Galen mengangguk lalu segera turun kebawah untuk menemui kedua orang tuanya. Zea dan Arista mengikuti dari belakang.

*****

"Lain kali gantian dong, kalian yang main ke rumah kita." Ucap Devika kepada sahabatnya itu.

"Iya deh, kapan-kapan kita bakal main ke rumah kalian." Arista tersenyum.

"Bener loh ya."

"Iyaa, udah buruan itu udah ditunggu suami sama anakmu." Arista melirik Rey dan Galen yang berdiri di dekat mobil mereka.

"Yaudah, aku pulang dulu ya jeng." Arista terkekeh mendengar itu, ia merasa geli saat dipanggil dengan sebutan 'Jeng'. Menurutnya itu terdengar sedikit lucu.

"Iya, hati-hati dijalan." Ucap Arista.

Arista memperhatikan Devika yang naik kedalam mobil berwarna hitam itu, Rey dan Galen sudah masuk terlebih dahulu tadi.

Mobil hitam milik Rey mulai berjalan lalu meninggalkan halaman depan rumah Arista. Shaka dan Zea sudah masuk kedalam rumah tadi, sekarang tinggal ia seorang disini.

Arista kemudian masuk kedalam rumah lalu segera menuju ke kamar anak gadisnya. Ada sesuatu yang harus ia bicarakan dengan Zea.

Sampai didepan pintu kamar Zea, Arista mengetuk pintu sebanyak dua kali.

Tok! Tok!

Zea yang sedang bermain ponsel di kasurnya terkejut saat mendengar suara ketukan pintu, "Siapa?"

"Ini mommy, Zee." Arista menyahut dari luar kamar.

"Masuk aja mom, pintunya nggak Zea kunci."

Cklek..

Arista masuk kedalam kamar Zea, lalu menghampiri putrinya yang sedang duduk di kasur king sizenya.

"Kamu nggak papa?" Tanya Arista saat sudah duduk dipinggiran kasur. Ia menggenggam tangan Zea.

Zea memandang Arista bingung, "Zea nggak papa kok mom, emang kenapa?"

"Kamu nggak dikasarin kan sama Galen?"

Zea mematung, ia tidak tahu harus menjawab apa. Otaknya tiba-tiba saja menjadi blank.

Melihat keterdiman Zea membuat Arista mengeratkan genggaman tangannya, "Zea, mommy tau Galen itu orangnya cuek dan tempramen. Kalau kamu benar dikasarin sama dia, bilang sama mommy ya nak, mommy bisa batalin pertunangan kalian."

Zea rasanya ingin berteriak jika ia memang ingin pertunangannya dengan Galen batal! Tetapi mengingat kejadian beberapa waktu lalu membuatnya takut. Ia takut jika Galen nekat dan memperkosa dirinya, ia tidak ingin itu terjadi!

"Galen baik kok mom." Ucapnya pelan.

Arista menghela nafas lalu mengusap kepala Zea dengan lembut, "Kalau ada apa-apa bilang sama mommy atau daddy ya."

"Eum!" Zea mengangguk.

Arista kemudian keluar dari kamar Zea, meninggalkan Zea yang terdiam dengan pandangan rumit.

"Ini rumit.."

*****

4, Mei 2023
See you.

Tunangan Antagonis Novel Where stories live. Discover now