19

22.5K 1.2K 6
                                    

Hello, yeorobun!

Masih ada yang nungguin cerita ini update?

Vote nya jangan sampai lupa yaa, sayang^^

Enjoy!

HAPPY READING

*****

Pagi ini Zea dikejutkan dengan dua ayam warna-warninya yang telah terbujur kaku. Zea sedih, ia seperti seorang ibu yang tidak becus untuk merawat anak-anaknya.

Padahal Zea sudah akan pamer kepada Evelyn bahwa ia memiliki empat ekor ayam warna-warni. Namun kini, hanya tersisa dua ayam yang berwarna kuning dan hijau.

Dengan berat hati Zea melangkahkan kakinya menuju gerbang rumahnya untuk segera berangkat ke sekolah, tentunya ia akan berangkat bersama dengan Galen.

Dua ayam warna-warninya yang mati akan diurus oleh tukang kebun di mansion nya, namanya pak Yopi. Sementara dua ayam yang masih hidup ia titipkan kepada bi Marni, salah satu maid disini.

Zea berlari kecil kearah Galen yang sedang duduk anteng diatas motornya. Dengan mata yang sedikit berkaca-kaca Zea berbicara, "Galen, ayam rainbow nya mati dua."

Awalnya Galen merasa khawatir saat melihat mata Zea yang sedikit berkaca-kaca, namun ia tidak bisa menahan tawanya ketika mendengar ucapan yang keluar dari bibir gadis itu.

Melihat Galen yang tertawa membuat mata Zea menjadi semakin berkaca-kaca, bibirnya melengkung kebawah dengan tangis yang hampir keluar. Zea merasa ia sedang ditertawakan oleh Galen karena tidak becus untuk merawat ayam warna-warni.

Galen berhenti tertawa saat melihat Zea yang sudah akan mengeluarkan air mata, ia kemudian menyentil pelan dahi gadis itu. "Dasar bocah."

"Gausah nangis, kan kemarin aku udah bilang kalau ayam itu nggak bakal bisa hidup lebih dari seminggu." Ucap Galen sembari mengusap lembut bekas sentilannya pada dahi Zea.

"Tapi.."

Galen menempelkan jari telunjuknya ke bibir gadis itu sembari berkata, "Sttss, udah, ayamnya cuma mati dua kan? Berati masih sisa dua ayam lagi. Rawat dua ayam itu, jangan sampai mati lagi, oke?"

Zea mengangguk sebanyak dua kali,

Melihat Zea yang mengangguk, Galen kemudian mengusap lembut kepala gadis itu sembari berkata, "Sekarang buruan naik, kita berangkat sekolah. Jangan sampai telat nanti dihukum sama ketos."

Zea kembali mengangguk, ia kemudian segera naik keatas motor Galen lalu memeluk pinggang pemuda itu dengan erat.

Galen menunduk, melihat tangan Zea yang melingkar di pinggangnya. Ia kemudian tersenyum senang, akhirnya Zea mau memeluknya tanpa harus disuruh seperti sebelum-sebelumnya.

Perlahan motor Galen bergerak meninggalkan halaman mansion Zea. Pemuda itu menjalankan motornya menuju sekolah dengan kecepatan rata-rata.

*****

Disalah satu kamar hotel berbintang lima, terdapat seorang lelaki paruh baya sedang menikmati indahnya mentari pagi ditemani dengan secangkir kopi hitam dan beberapa cemilan.

"Maria, bagaimana kabarmu dan anak kita?" Ucapnya entah kepada siapa.

"Maaf karena sempat melupakan kalian, aku ingin bertemu dengan kalian lagi, apakah bisa?"

Lelaki itu menghela nafas panjang, ia kemudian berdiri lalu mulai berjalan menuju balkon kamarnya. "Aku merindukan kalian, sudah berapa tahun sejak kejadian itu?"

"Pasti sekarang ini, anak kita sudah besar ya? Haha, dia pasti sangat tampan seperti ayahnya." Lelaki itu terkekeh kecil.

"Semoga kamu tidak menuruni sifat ayah yang brengsek, nak."

*****

Saat jam pelajaran dimulai, Zea merasa harus pergi ke toilet. Ia kemudian meminta izin kepada guru yang sedang mengajar.

Setelah diberi izin, Zea segera keluar kelas untuk pergi ke kamar mandi sekolah. Tanpa sepengetahuan gadis itu, ada yang pergi mengikutinya sampai ke toilet.

Zea masuk ke salah satu bilik toilet kemudian segera menyelesaikan urusannya. Diam-diam ada yang mengunci pintu toilet dari luar. Seseorang itu kemudian menyeringai lalu segera keluar dari kamar mandi sekolah.

Saat Zea sudah selesai dan akan keluar, pintunya terkunci dari luar. "Kenapa bisa ke kunci..." Beo Zea.

Zea menggedor-gedor pintu toilet yang terkunci sembari berteriak dengan panik. "Tolong, buka pintunya!"

"Siapapun itu, tolong buka pintunya!"

"Jangan bercanda, ini gak lucu! Buka pintunya, tolong.." Zea berusaha menarik pintu toilet dengan sekuat tenaga agar bisa terbuka, namun usahanya itu sia-sia. Pintunya sama sekali tidak mau terbuka.

Zea menyerah, ia kemudian duduk di closet sembari mencari handphone nya di saku almamater. "Ah, aku nggak bawa handphone?"

Sial, handphone nya masih tertinggal di dalam kelas.

Zea ingin menangis saja sekarang ini. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menunggu seseorang datang ke toilet dan menyadari keberadaannya.

Pagi ini Zea sangat sial. Dua ayam warna-warninya mati lalu sekarang, terkunci di dalam toilet? Huh, rasanya Zea ingin memakan orang hidup-hidup saat ini.

Apalagi ia sedang kelaparan karena tidak sempat sarapan pagi tadi.

Zea sudah tidak tahan, air matanya langsung keluar dengan tangisan yang terdengar cukup keras.

"Huaaaa, Galen! Hiks, selamatkan tuan putrimu yang terkunci dalam toilet dengan keadaan lapar ini..." Ucapnya dengan penuh dramatis.

*****

Sedang di usahakan untuk update (⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠_⁠_⁠_⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠)

Otakku lagi buntu, sumpah.

Hiiihhh, pegel aku raiso mikir ಥ⁠‿⁠ಥ

Embuh, mending turuu.

5, Agustus 2023
See you.

Tunangan Antagonis Novel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang